Terenyuh sejenak hati yang tadinya sudah kokoh dari keretakan yang disebabkan oleh kehancuran masalalu, pipi yang tadinya masih merekah merah muda seketika menjadi basah dialiri air yang mengalir dari kelopak mata sayu ini.
Artikel luar biasa tentang surat terakhir gadis 8tahun yang meninggal berapa waktu lalu.
"Santa Claudia" gadis yang menulis catatan harian dengan potlot di lembar kertas bergambarkan tokoh animasi dalam film "Frozen" dengan aksen merah muda. Tulisannya begitu membuatku mengerti bagaimana isi hatinya, pedih namun tak dapat diungkapkan, aku rasa hal itu lah yang dialaminya sejak tiga bulan terakhir setelah perceraian kedua orang tuanya.
Ungkapan sedih dan rindu yang ia coretkan dengan pensil dalam lembar kertas itu pun begitu nyata aku turut merasakannya, begitu sedih namun tak tahu apa yang harus diperbuat juga begitu rindu dengan temu bahagia yang tak mungkin terulang lagi.
Hatiku terus berdebar tanpa ada celah untuk memelankan ritme nya, begitu malangnya gadis kecil yang tersiksa karena rindu itu, terlebih lagi ia harus pergi bersama ayahnya dengan cara tragis yang tak terbayangkan olehku.
"Santa Claudia" aku tahu lukamu, aku pernah merasakan pedih itu juga. Namun kini aku sudah lebih dewasa untuk mengerti pedih itu, aku pun sudah cukup dewasa untuk mencoba ikhlas dengan segala hal yang aku alami, aku sudah mengurangi lukaku, kucoba mengerti kondisi yang amat kubenci beberapa tahun terakhir ini.
Tuhan memberiku kesempatan untuk berhenti membenci takdirnya, aju turut bersedih dan begitu amat berduka untukmu, kau pergi dengan kondisi hati yang pelik, sedih dengan hal yang belum kau mengerti dengan nalar, juga rindu yang tak dapat kau rengkuh.
Apa kah kau tahu?? Kurasa kita memiliki banyak kesamaan, kisah kita, luka kita, bahkan cara kita mengungkapkan segalanya.
Tulisan, ya lewat tulisan segalanya kita ungkapkan, kau benar-benar mengingatkanku pada masa aku berada diposiai yang sama sepertimu itu.
Setelah membaca surat terakhirmu, bergegas aku membuka kotak hitam yang didalamnya terdapat beberapa buku catatan harian yang kumiliki sejak semasa kecil.
Buku kecil beraksen biru dengan gambar tokoh "Snow White" terdapat disampulnya.
Sejenak kupandangi buku itu dengan perasaan tak karuan, kubuka lembar pertama buku itu, disana terdapat coretan tulisan yang amat kukenali ukiran katanya, kuraba tulisan yang sudah bertahun-tahun lalu aku ukir dikertas itu.
Puisi sederhana yang mengungkapkan kerinduan pada Ibu yang kubuat waktu itu berada pada lembar pertama, puisi yang baru ku ingar bahwa aku pernah membuatnya ini begitu memilukan, membuatku terbayang sosok gadis yang menulisnya beberapa tahun lalu dengan raut sedih yang begitu mendalam, gadis itu aku.
Lalu kubalik untuk melihat lembar selanjutnya, dilembar itu terdapat ungkapan sedih yang seorang gadis yang merasa kesepian, ya gadis itu pun aku.
"Santa Claudia" padahal aku berpikir, jika saja kau belum pergi dari dunia ini, dihari kau akan beranjak di usiaku sekarang kau akan tumbuh sebagai gadis yang lebih kuat dari aku, gadis yang akan lebih bijak menerima kenyataan pahit ini, juga kau akan menjadi penulis hebat, menceritalan kisahmu pada dunia, membuat kepedihan menjadi kisah yang membahagiakan pembacanya.
Tapi "Santa Claudia" kurasa Tuhan punya rencana yang lebih indah untukmu di nirwananya, dia memanggilmu lebih cepat untuk menjadi penulis berbakat yang menghuni nirwananya, memberikanmu rasa bahagia dan menghapus perih luka serta rindu yang kau derita di dunia fananya.
Kau lebih beruntung dariku "Santa Claudia" bisa meninggalkan luka lebih cepat dari pada yang kurasa, andai aku dapat bertemu dengannya sama sepertimu kala itu, dikala aku merasa hidup yang kupunya tidak begitu adil.
Tapi tak apa, biarlah begini karena Tuhan ingin skenario yang seperti ini, aku hanya bisa menikmatinya kini.
Artikel luar biasa tentang surat terakhir gadis 8tahun yang meninggal berapa waktu lalu.
"Santa Claudia" gadis yang menulis catatan harian dengan potlot di lembar kertas bergambarkan tokoh animasi dalam film "Frozen" dengan aksen merah muda. Tulisannya begitu membuatku mengerti bagaimana isi hatinya, pedih namun tak dapat diungkapkan, aku rasa hal itu lah yang dialaminya sejak tiga bulan terakhir setelah perceraian kedua orang tuanya.
Ungkapan sedih dan rindu yang ia coretkan dengan pensil dalam lembar kertas itu pun begitu nyata aku turut merasakannya, begitu sedih namun tak tahu apa yang harus diperbuat juga begitu rindu dengan temu bahagia yang tak mungkin terulang lagi.
Hatiku terus berdebar tanpa ada celah untuk memelankan ritme nya, begitu malangnya gadis kecil yang tersiksa karena rindu itu, terlebih lagi ia harus pergi bersama ayahnya dengan cara tragis yang tak terbayangkan olehku.
"Santa Claudia" aku tahu lukamu, aku pernah merasakan pedih itu juga. Namun kini aku sudah lebih dewasa untuk mengerti pedih itu, aku pun sudah cukup dewasa untuk mencoba ikhlas dengan segala hal yang aku alami, aku sudah mengurangi lukaku, kucoba mengerti kondisi yang amat kubenci beberapa tahun terakhir ini.
Tuhan memberiku kesempatan untuk berhenti membenci takdirnya, aju turut bersedih dan begitu amat berduka untukmu, kau pergi dengan kondisi hati yang pelik, sedih dengan hal yang belum kau mengerti dengan nalar, juga rindu yang tak dapat kau rengkuh.
Apa kah kau tahu?? Kurasa kita memiliki banyak kesamaan, kisah kita, luka kita, bahkan cara kita mengungkapkan segalanya.
Tulisan, ya lewat tulisan segalanya kita ungkapkan, kau benar-benar mengingatkanku pada masa aku berada diposiai yang sama sepertimu itu.
Setelah membaca surat terakhirmu, bergegas aku membuka kotak hitam yang didalamnya terdapat beberapa buku catatan harian yang kumiliki sejak semasa kecil.
Buku kecil beraksen biru dengan gambar tokoh "Snow White" terdapat disampulnya.
Sejenak kupandangi buku itu dengan perasaan tak karuan, kubuka lembar pertama buku itu, disana terdapat coretan tulisan yang amat kukenali ukiran katanya, kuraba tulisan yang sudah bertahun-tahun lalu aku ukir dikertas itu.
Puisi sederhana yang mengungkapkan kerinduan pada Ibu yang kubuat waktu itu berada pada lembar pertama, puisi yang baru ku ingar bahwa aku pernah membuatnya ini begitu memilukan, membuatku terbayang sosok gadis yang menulisnya beberapa tahun lalu dengan raut sedih yang begitu mendalam, gadis itu aku.
Lalu kubalik untuk melihat lembar selanjutnya, dilembar itu terdapat ungkapan sedih yang seorang gadis yang merasa kesepian, ya gadis itu pun aku.
"Santa Claudia" padahal aku berpikir, jika saja kau belum pergi dari dunia ini, dihari kau akan beranjak di usiaku sekarang kau akan tumbuh sebagai gadis yang lebih kuat dari aku, gadis yang akan lebih bijak menerima kenyataan pahit ini, juga kau akan menjadi penulis hebat, menceritalan kisahmu pada dunia, membuat kepedihan menjadi kisah yang membahagiakan pembacanya.
Tapi "Santa Claudia" kurasa Tuhan punya rencana yang lebih indah untukmu di nirwananya, dia memanggilmu lebih cepat untuk menjadi penulis berbakat yang menghuni nirwananya, memberikanmu rasa bahagia dan menghapus perih luka serta rindu yang kau derita di dunia fananya.
Kau lebih beruntung dariku "Santa Claudia" bisa meninggalkan luka lebih cepat dari pada yang kurasa, andai aku dapat bertemu dengannya sama sepertimu kala itu, dikala aku merasa hidup yang kupunya tidak begitu adil.
Tapi tak apa, biarlah begini karena Tuhan ingin skenario yang seperti ini, aku hanya bisa menikmatinya kini.
Komentar
Posting Komentar