Langsung ke konten utama

Postingan

"ketidaktahuan"

Tentang ketidaktahuan kita yang lebih dari sekedar tidak tau yang membahagiakan ini, sisi lain hatiku merasakan sesak yang mendalam saat realita mulai datang dan menohok hatiku. Bukan soal ketidakpastian tapi lebih dari itu aku malu kepada kenyataan karena ia mengetahui aku sedang pura-pura tidak tau tentang hal yang jadi permasalahan, aku sedang berusaha untuk tidak peduli tentang milik siapa sebenarnya dia, yang kutau saat bersamaku -dia milikku. Hujan makin deras dan malam makin larut, menyamarkan isakanku yang tertahan dan malah makin menyesakkan ini, gelap malam menyembunyikan bulir asin yang mengalir lewat pipi ini, dan mataku makin sayu digenanginya. Amat menyedihkan, ini seperti aku yang terlalu memaksakan. Padahal aku tau, tentang keberlangsungan kita, segalanya hanya soal seberapa mampu aku bertahan, -bertahan diantara kalian -dia dan kekasihnya. Aku merasa terjebak didalam keadaan yang mengambang, dan aku menyimpan perasaan yang tidak dia rasakan. Aku tidak bisa menyes...

"kepiluan"

Aku butuh lautan untuk menghujankan seluruh tangisku, segalanya begitu tragis untuk ku konsumsi sendiri. Semilir angin meniup dedaunan kemudian ia terbang melalui semburat jingga di senja sore ini. Senja yang pilu_. Aku harus apa lagi jika sudah tau bahwa sebagai bukan yang pertama aku harus siap untuk tidak di prioritaskan. Bahkan saat rindu ini menekan hati, aku harus tau diri untuk tidak menghubungimu, dan membiarkan waktu dengan leluasa mengawasi kalian sampai aku sesak menunggumu tiap detiknya ditemani pikiran, -pasti kamu sedang bahagia dalam peluknya. Mengapa menyukaimu semenyesakkan ini, dan aku benci karena tidak ada yang bisa kusalahkan perihal ini, pun hati malah semakin tersayat kala aku terbelenggu diantara sepi. Masih sadarkah kau akan keberadaanku, aku sedang mengamatimu, dan aku mengerti, aku tak boleh mengganggu waktu kalian. Aku menunggu, bersama keresahan bercampur peluh yang makin menyesakkan. Apa kamu cemas?? Aku sedang cemas, aku sedang rindu, bahk...

"kesalahan"

Dihampir pagi ini hujan masih merintik, dari atap yang berlubang air menitik. Mendung dimataku bisa jadi hujan dihatiku. Perasaan selalu menyusahkan, memang! Hatiku terlibat terlalu banyak saat ini, pikiran, akal, dan kenyataan namun tak seiring dengannya. Rasanya ada sesak yang tak dapat kujelaskan tapi semoga kamu mengerti perihal nyeri hatiku ini, nyeri yang indah, nyeri yang kutau pasti kudapati, nyeri yang akan kamu abaikan. Bagaimana rasanya begitu tidak adil, makin kesini aku makin ingin kamu seutuhnya, sedangkan kenyataannya aku tak tau berapa bagian dari hatimu yang memang milikku. Rasanya masih samar-samar, ini begitu abu-abu dan terlalu aneh bagiku. Aku tak tau kita ini apa, tak ada komitmen tapi ada perasaan yang salah. Aku begitu bodoh sedangkan kamu begitu brengsek dan kita terlibat makin jauh, keterlibatan yang kita tak tau bagaimana akhirnya. Pikiranku selalu buruk jika membahas soal ini, upayaku untuk tidak peduli pada status kita tidak pernah berhasil, karena...

"kerahasiaan"

Selamat pagi sayang, semoga harimu menyenangkan, aku tidak suka ada jarak diantara kita hingga aku harus membatasi segalanya antara kamu dan aku, karena ini begitu menyakitkan. Entah aku yang merasa atau kamu pun begitu, bahwa hubungan kita hanya sekedar cinta-cinta saja tanpa ikatan karena kamu tak akan pernah bisa berpaling darinya. Setiap malam saat mimpi buruk mengganggu tidurku, aku amat ketakutan, tapi memikirkanmu dan kita setelahnya makin membuatku lebih takut lagi, aku takut saat aku bangun nanti tak ada lagi kamu, jadi aku mencoba untuk tidak terlalu terbiasa dengan ini. Banyak ketakutan yang tak pernah kupahami sedangkan kamu tak pernah mau tau itu. Rasanya begitu membingungkan dan amat mengesalkan, menjadi yang disembunyikan dan dinomorduakan. Dan aku cukup tau diri bahwa sebagai yang kedua aku tak bisa menuntut segalanya. Hanya saja kini hatiku makin rumit, karena memelukmu ditengah persembunyian tak lagi menyenangkan. Karena bertingkah didepan siapapun, seakan kita...

menginginkanmu begitu menyesakkan

Aku yakin kelak tiap dari kita akan bahagia, meski jalannya kearah yang berbeda. Aku tak tau kemana, dan kamu pasti kembali padanya. Aku bukan jalang yang tak tau diri, aku tak tau kalau menginginkanmu semenyesakkan ini, aku kalah mutlak-lagi. Aku bingung harus apa, aku terjebak oleh pikiranku sendiri, kini bukan hanya bahagiaku yang jadi prioritasku, tapi bahagiamu, juga kekasihmu. Ini begitu menyiksaku, rasanya aku ingin bilang "kembalilah pada kekasihmu" tapi aku juga mencintaimu. Aku takut kembali ke dunia nyata, yg mana kamu memang miliknya, dan aku hadir diantara kalian entah bermaksud apa, yang kutau aku ingin kamu. Tapi hati nuraniku terluka, aku tau kekasihmu begitu mencintaimu, dan aku tau kalian saling cinta, aku tau dia lebih memahamimu dari pada aku, dia lebih mengenalmu jauh dari ini, dia lebih pantas dariku dalam seegala hal. Sedangkan aku apa?  Aku hanya wanita tak tau diri yang tiba-tiba nyaman oleh perlakuanmu kemudian sayang hingga ingin memilikimu, l...

"kenyataannya"

Pertanyaannya adalah menyakiti atau mempermainkan?? Pilih saja satu, toh aku yang mempersilahkan, tak perlu merasa bersalah, aku sudah tau kau tak punya perasaan. Kenapa harus kecewa??  dari awal kita hanya sebatas teman, aku saja yang berekspetasi terlalu tinggi kalau taruhan itu serius. Jalani saja nyamanmu, jangan hiraukan pintaku untuk -jangan pergi. Aku akan tetap disini, tidak pergi dan tidak pula kemana-mana, aku hanya akan memperhatikanmu yang semakin lama semakin memudar. Dari awal menyukaimu adalah suatu kejutan untukku, ini terjadi begitu saja tanpa direncanakan, dan aku tak mengerti hal itu. Aku sedang mencoba berdamai dengan hatiku, untuk sadar pada kenyataan ini dan tidak terpaku pada ego yang tak seharusnya. Hatiku tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan teman berdialog yang menyenangkan sepertimu adalah patah hati yang amat besar. Hatiku pun tak bisa terima bahwa kemungkinan kehilangan pendengar yang baik sepertimu adalah luka parah. Tapi aku lebih kua...

"ketidakberdayaan"

hujan menghampiriku saat sendiri, hujan yang menyedihkan menemaniku yang sedang tidak baik-baik saja. entah mengapa rasanya begitu resah, suasana hujan makin membuat keadaan jadi melankolis. aku benci situasi yang seperti ini, terlalu dingin untuk kurasakan sendiri. aku tidak mengerti apa sebab yang pasti dari resah ini, yang jelas aku ingin terus menulis tanpa titik. hanya saja tak akan jadi kalimat yang indah jika tanpa tanda baca. tapi aku tidak suka tanda titik, aku tak suka kamu berkata titik, titik bagiku adalah sebuah akhir, hanya ada cerita yang berbeda setelah titik, dan aku tak mau kita berakhir tanpa memulainya. aku tau kita adalah kesalahan, atau lebih tepatnya aku yang salah bukan kamu. hanya saja aku terlanjur jatuh, aku terlanjur ingin kamu, yang jelas aku candu kamu. aku hampir hilang akal sehat jika memikirkan tentangmu, banyak hal yang kutakuti yang tak akan pernah kamu pahami. katamu tak ada yang bisa disalahkan jika itu perihal perasaan, tapi bagaimana jik...