Ramuan kata dimalam yang hujan~
Tuhan..
Bukannya aku kurang bersyukur atas segala hal yang kumiliki, hanya saja izinkan aku mengeluh, aku sudah terlalu lelah saat ini.
Ingin kupertanyakan segalanya dan biarkan rinai hujan malam ini yang jadi saksinya.
Mengapa Tuhan hal-hal sulit menjumpaiku secara beruntun, tidak hanya satu atau dua, bahkan lebih dari itu, malah bertumpuk-tumpuk seperti gundukan sampah yang mengonggok dan hampir membusuk.
Aku tak tau Tuhan harus melalui kesulitan yang mana terlebih dulu.
Maaf Tuhan, aku terlalu banyak mengeluh, tapi sungguh hati ini lelah, berusaha menjalani dengan perasaan baik tapi kenyataannya tidak sebaik itu.
Aku tau Tuhan, rasanya amat sakit jika hati ini patah, dan mengapa malah engkau berulang kali patahkan hati yang tidak ada cadangannya ini.
Aku harus sekuat apa lagi, saat aku tau dan harus melalui segalanya sendiri seperti ini. Tempat bersandarpun aku tak punyai.
Kadang kala aku ingin berbagi penderitaan ini, bahkan sering kali aku coba membagi, tapi nyatanya kepercayaan yang terbangun susah payah langsung dirobohkannya seketika.
Dihianati padahal hati sudah mulai mengerti, dibohongi padahal diri sudah meyakini.
Apa aku sebodoh itu hingga secara berulang-ulang hanya dibodohi.
Apa aku sepolos itu hingga tak bisa bedakan mana yang benar-benar peduli dengan yang bermaksud mainkan hati.
Aku patah lagi, bahkan pada yang baru kuyakini dirinya dapat kupercayai, ternyata dia hanya rubah yang sedang menyamar. Tak berbeda jauh seperti siluman yang kemarin meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya. Bahkan rubah ini lebih jahat lagi, untung saja hati ini sudah seperti baja yang ditempa tiada henti, hingga kecewa dan sakit dapat tertutupi.
Lagi pula harus mengungkapkan seperti apa lagi, bahkan kecewa saja hanya aku yang tau sendiri, yang lain hanya ingin tau dan mencampuri bukan karena benar ingin peduli.
Hujan makin bising, dan hatiku makin tak dapat kumengerti. Saat siang aku berharap lekas berganti malam, namun saat semua gulita seperti ini rasanya aku merindukan hangatnya mentari.
Bukannya aku tak menikmati setiap detik waktu yang berharga ini, hanya saja aku tak ingin berlama-lama melalui kesulitan yang tiada henti ini, aku ingin waktu cepat berputar dan berpindah pada rotasi dimanaa segalanya pada posisi yang lebih menyenangkan dari ini.
Aku hanya ingin bebas, tenang, lepas, dan bahagia, apa tidak boleh??
Aku hanya lelah menjadi yang selalu disalahkan. Aku hanya lelah jika harus menahan beban secara berkelanjutan. Aku hanya lelah berdiri sendiri tanpa sandaran. Aku hanya lelah untuk menyembunyikan kesedihan yang nyata. Aku hanya lelah berperan bagai orang yang bahagia. Aku hanya lelah terus menerus berkata tak apa-apa. Aku hanya lelah melangkah dengan perasaan yang tak kuharapkan. Aku lelah menjadi sosok yang terkesan kuat padahal nyatanya aku terlalu rapuh. Aku hanya lelah berharap bahagia untuk segera menghampiri. Aku hanya lelah berandai-andai dilingkupi cinta yang nyata. Aku lelah untuk tidak mengeluh. Aku lelah dengan segala kenyataan pahit ini.
Aku lelah selelah-lelahnya.
Sungguh, dan ini sulit.
Kadang aku ingin berlari, tapi lagi-lagi, aku tak punya tempat yang kutuju. Berlari sejauh mungkin apakah harus? Bagaimana jika aku tersesat? Apakah akan ada yang menyadari jika aku hilang, aku bahkan hanya kepingan partikel dari bagian yang terbuang, sudah tak berarti!
Seringkali berpikir untuk pergi bersam peri yang ada dalam fantasi, atau ingin pucat pasi menemani raga yang ingin terbang tinggi.
Namun nyatanya tak semudah itu, lagi-lagi itu hanya pikiran tolol yang melintas serta melayang-layang sebagai bukti bodohnya diri, tapi aku bisa apa lagi, hanya berdiri rapuh disudut sempit bumi ini dan merutuki diri.
Mengumpat dalam hati dan menyalahkan diri sendiri seta meratapi kenyataan yang sulit ini.
Aku hanya pecundang dalam kehidupan yang tidak adil ini, hanya sampah di realita yang sementara ini !!!
Tuhan..
Bukannya aku kurang bersyukur atas segala hal yang kumiliki, hanya saja izinkan aku mengeluh, aku sudah terlalu lelah saat ini.
Ingin kupertanyakan segalanya dan biarkan rinai hujan malam ini yang jadi saksinya.
Mengapa Tuhan hal-hal sulit menjumpaiku secara beruntun, tidak hanya satu atau dua, bahkan lebih dari itu, malah bertumpuk-tumpuk seperti gundukan sampah yang mengonggok dan hampir membusuk.
Aku tak tau Tuhan harus melalui kesulitan yang mana terlebih dulu.
Maaf Tuhan, aku terlalu banyak mengeluh, tapi sungguh hati ini lelah, berusaha menjalani dengan perasaan baik tapi kenyataannya tidak sebaik itu.
Aku tau Tuhan, rasanya amat sakit jika hati ini patah, dan mengapa malah engkau berulang kali patahkan hati yang tidak ada cadangannya ini.
Aku harus sekuat apa lagi, saat aku tau dan harus melalui segalanya sendiri seperti ini. Tempat bersandarpun aku tak punyai.
Kadang kala aku ingin berbagi penderitaan ini, bahkan sering kali aku coba membagi, tapi nyatanya kepercayaan yang terbangun susah payah langsung dirobohkannya seketika.
Dihianati padahal hati sudah mulai mengerti, dibohongi padahal diri sudah meyakini.
Apa aku sebodoh itu hingga secara berulang-ulang hanya dibodohi.
Apa aku sepolos itu hingga tak bisa bedakan mana yang benar-benar peduli dengan yang bermaksud mainkan hati.
Aku patah lagi, bahkan pada yang baru kuyakini dirinya dapat kupercayai, ternyata dia hanya rubah yang sedang menyamar. Tak berbeda jauh seperti siluman yang kemarin meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya. Bahkan rubah ini lebih jahat lagi, untung saja hati ini sudah seperti baja yang ditempa tiada henti, hingga kecewa dan sakit dapat tertutupi.
Lagi pula harus mengungkapkan seperti apa lagi, bahkan kecewa saja hanya aku yang tau sendiri, yang lain hanya ingin tau dan mencampuri bukan karena benar ingin peduli.
Hujan makin bising, dan hatiku makin tak dapat kumengerti. Saat siang aku berharap lekas berganti malam, namun saat semua gulita seperti ini rasanya aku merindukan hangatnya mentari.
Bukannya aku tak menikmati setiap detik waktu yang berharga ini, hanya saja aku tak ingin berlama-lama melalui kesulitan yang tiada henti ini, aku ingin waktu cepat berputar dan berpindah pada rotasi dimanaa segalanya pada posisi yang lebih menyenangkan dari ini.
Aku hanya ingin bebas, tenang, lepas, dan bahagia, apa tidak boleh??
Aku hanya lelah menjadi yang selalu disalahkan. Aku hanya lelah jika harus menahan beban secara berkelanjutan. Aku hanya lelah berdiri sendiri tanpa sandaran. Aku hanya lelah untuk menyembunyikan kesedihan yang nyata. Aku hanya lelah berperan bagai orang yang bahagia. Aku hanya lelah terus menerus berkata tak apa-apa. Aku hanya lelah melangkah dengan perasaan yang tak kuharapkan. Aku lelah menjadi sosok yang terkesan kuat padahal nyatanya aku terlalu rapuh. Aku hanya lelah berharap bahagia untuk segera menghampiri. Aku hanya lelah berandai-andai dilingkupi cinta yang nyata. Aku lelah untuk tidak mengeluh. Aku lelah dengan segala kenyataan pahit ini.
Aku lelah selelah-lelahnya.
Sungguh, dan ini sulit.
Kadang aku ingin berlari, tapi lagi-lagi, aku tak punya tempat yang kutuju. Berlari sejauh mungkin apakah harus? Bagaimana jika aku tersesat? Apakah akan ada yang menyadari jika aku hilang, aku bahkan hanya kepingan partikel dari bagian yang terbuang, sudah tak berarti!
Seringkali berpikir untuk pergi bersam peri yang ada dalam fantasi, atau ingin pucat pasi menemani raga yang ingin terbang tinggi.
Namun nyatanya tak semudah itu, lagi-lagi itu hanya pikiran tolol yang melintas serta melayang-layang sebagai bukti bodohnya diri, tapi aku bisa apa lagi, hanya berdiri rapuh disudut sempit bumi ini dan merutuki diri.
Mengumpat dalam hati dan menyalahkan diri sendiri seta meratapi kenyataan yang sulit ini.
Aku hanya pecundang dalam kehidupan yang tidak adil ini, hanya sampah di realita yang sementara ini !!!
Komentar
Posting Komentar