Langsung ke konten utama

mari bertukar hati

Heyy Tuan
Entah mengapa aku bagaikan laksana taman permainanmu, tempat kau tertawa dan bersenang-senang, hingga kau bosan dan kemudian ku ditinggalkan.
Meski ramai yang bermain disekitarku, namun rasanya taman itu bagaikan tempat kosong yang tak dihuni. Ramai yang menyedihkan, seperti itu gambaran diriku.
Aku merindukanmu bagaikan rumput yang menantikan embun pagi, tapi sepertinya rumput itu lebih beruntung dari pada diriku, penantian rumput itu pasti karena pagi selalu benar-benar kembali, tidak seperti kamu yang bagaikan halusinasi.
Sejujurnya aku sangat lelah, lelah menantimu, lelah merindukanmu, lelah bersabar, lelah menahan tangis, lelah terluka lagi, hingga kusadar ternyata mencintaimu begitu sangat melelahkan.
Hey Tuan
Marilah bertukar hati, agar aku tak perlu lelah menjelaskan bagaimana kau buat hati ini patah, dan agar kau tak perlu payah untuk mengerti, agar kau tau rasanya merindukan seseorang yang bahkan menganggapmu tak ada.
Ragaku terlalu usang dan jiwaku terlalu layu untuk kau titipi rindu ini, rindu ini terlalu lama bersemayam bagaikan hujan yang telah menghujam, dan menitik saat terpejam.
Bukankah cinta itu bagaikan rumah, tempat dimana yang mencinta dapat kembali pulang, tempat dimana yang mencinta merasakan nyaman.
Apa aku bukan rumah bagimu??
Kau bilang kau mencintaiku, jika aku adalah rumahmu, mengapa kau biarkan rumah ini lusuh dan rapuh, padahal aku membiarkan pintunya terbuka agar kau dapat masuk dengan mudah, tapi mengapa kau malah sibuk mengetuk pintu-pintu yang lain.
Kupikir aku terlalu naif, aku terlalu memaksakan kita. Aku baru menyadari bawa kita memang berdiri dibawah langit yang sama tapi bukan berarti kita memiliki cinta yang sama.
Ku kira aku bukan rumah bagimu, aku hanyalah ruang kosong yang tercipta setelah kau pergi.
Pergilah, dan carilah sofa untukmu duduk, hingga kau tak perlu lagi menendang kursi kayu yang kubersihkan untuk kau duduki. Aku cukup tau diri bahwa aku tak senyaman itu bagimu, meskipun bagiku kamu tetaplah beban terindah yang pernah menjamahiku.
Aku tau perasaan ini terlalu gila untuk kau pahami, aku tak memaksakan segalanya, apalagi hatimu yang kuyakin sudah tak ada lagi tempat untukku, meskipun aku tak pernah berhenti berharap bahwa keyakinanku saja yang terlalu percaya diri.
Kini benar-benar tak dapat lagi kudengar suaramu memanggil namamu, aku bahkan tak berani bertaruh jika kau masih mengingatku, karena bagimu aku hanyalah buih yang menghilang dibalik kabut.
Semoga kau bahagia tanpa gangguan dariku, Tuan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...

Apa Kamu Tau ???

Apa kamu tau hal yang paling indah dari hujan???  Hujan masih mau kembali meskipun ia tau rasanya jatuh berkali-kali. "Aku mau kamu seperti hujan, aku mau kamu terus kembali meski terkadang aku membuatmu tersandung sampai kau tersungkur, aku mau kau mengabaikan sakit hadir saat jatuh itu dan percayalah, aku akan menyesal sudah membuatmu terjatuh". Apa kamu tau mengapa aku suka hujan??? Karena hujan memahamiku, karena hanya dibawah hujan aku dapat menyembunyikan air mata. "Aku ingin suka kamu seperti aku suka hujan, aku ingin kamu dapat memahamiku lebih dari hujan, aku ingin kamu dapat menyeka air mataku atau membiarkan bahumu basah dengan air mataku, bukan hanya sekedar menyembunyikan tapi menghapusnya dan takkan membiarkan air asin itu membanjiri kelopak mataku ini". Apakah kamu tau kalau cinta itu menguatkan tapi Egois dapat merusaknya???  Iya bukankah selama ini hanya keegoisan yang membuat cinta kita berjarak. "Aku ingin kamu tetap cinta walau terkadang...