Aku ingin meminta, berharap Tuhan mendengarnya.
Tuhan, Kau yang paling tau apa yang terjadi dalam hidupku, hal apa yang menjadi sebab senang dan sedihku, dan bagaimana bentuk hatiku.
Jika aku menggambarkan menggambarkan, hatiku bagai pecahan kristal yang sulit disatukan, lalu berserakan hingga jauh dari kepingan lainnya, terpisah dalam sudut-sudut kosong tanpa muara.
Tuhan, biarkan aku mengeluh kali ini.
Segala upaya untuk mengembalikan kondisiku sudah kulakukan, tapi di ujung malam yang kulakukan hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
Aku ingin bersandar, rasanya sangat melelahkan, sungguh.
Aku sudah bermain peran dengan hebat, mengemas segalanya agar terlihat baik-baik saja, tertawa menutupi ribuan luka yang menghujam, dan karenanya sangat melelahkan.
Aku tak punya banyak sisa kekuatan untuk melakukannya lagi, karena semakin hari semakin tidak mudah.
Tuhan, kirimkan aku malaikat.
Jumpai aku dengan sosoknya, aku inginkan penjaga.
Siapa saja yang Kau percayai baik untukku.
Aku tak memaksakan harus dia, karena Kau yang paling tau.
Kirimkan aku Malaikat dalam wujud yang sama seperti ku. Tak perlu memiliki seribu mukjizat darimu, karena aku tau pilihanmu pasti terbaik untukku.
Kubayangkan saja dia.
Misalnya seperti lelaki bijaksana yang memberikanku hak untuk dicintai.
Yang hanya datang tanpa memikirkan pergi.
Memberiku banyak cinta, sejuta ketenangan. Tanpa bertanya apa yang terjadi hingga aku sesedih ini, tanpa bertanya aku menjalani hidup yang seperti apa, tanpa bertanya dosa apa yang membuatku begitu patah, tanpa bertanya tentang segala hal buruk yang pernah terjadi.
Hanya datang, percaya, mengajakku melanjutkan hidup, menata yang hancur, memperbaiki yang rusak, mengenalkan ku pada bahagia yang sesungguhnya, merengkuhku dari pecahan kristal yang melukai.
Bagaimana Tuhan??
Aku tau permintaan ini keterlaluan.
Tapi kumohon, dengarkan dahulu, tak apa kabulkan lain kali, jika sempat.
Tuhan, Kau yang paling tau apa yang terjadi dalam hidupku, hal apa yang menjadi sebab senang dan sedihku, dan bagaimana bentuk hatiku.
Jika aku menggambarkan menggambarkan, hatiku bagai pecahan kristal yang sulit disatukan, lalu berserakan hingga jauh dari kepingan lainnya, terpisah dalam sudut-sudut kosong tanpa muara.
Tuhan, biarkan aku mengeluh kali ini.
Segala upaya untuk mengembalikan kondisiku sudah kulakukan, tapi di ujung malam yang kulakukan hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
Aku ingin bersandar, rasanya sangat melelahkan, sungguh.
Aku sudah bermain peran dengan hebat, mengemas segalanya agar terlihat baik-baik saja, tertawa menutupi ribuan luka yang menghujam, dan karenanya sangat melelahkan.
Aku tak punya banyak sisa kekuatan untuk melakukannya lagi, karena semakin hari semakin tidak mudah.
Tuhan, kirimkan aku malaikat.
Jumpai aku dengan sosoknya, aku inginkan penjaga.
Siapa saja yang Kau percayai baik untukku.
Aku tak memaksakan harus dia, karena Kau yang paling tau.
Kirimkan aku Malaikat dalam wujud yang sama seperti ku. Tak perlu memiliki seribu mukjizat darimu, karena aku tau pilihanmu pasti terbaik untukku.
Kubayangkan saja dia.
Misalnya seperti lelaki bijaksana yang memberikanku hak untuk dicintai.
Yang hanya datang tanpa memikirkan pergi.
Memberiku banyak cinta, sejuta ketenangan. Tanpa bertanya apa yang terjadi hingga aku sesedih ini, tanpa bertanya aku menjalani hidup yang seperti apa, tanpa bertanya dosa apa yang membuatku begitu patah, tanpa bertanya tentang segala hal buruk yang pernah terjadi.
Hanya datang, percaya, mengajakku melanjutkan hidup, menata yang hancur, memperbaiki yang rusak, mengenalkan ku pada bahagia yang sesungguhnya, merengkuhku dari pecahan kristal yang melukai.
Bagaimana Tuhan??
Aku tau permintaan ini keterlaluan.
Tapi kumohon, dengarkan dahulu, tak apa kabulkan lain kali, jika sempat.
Komentar
Posting Komentar