Aku ingin menjadi penulis, ujarku kepada diri sendiri setiap
kali ada orang yang bertanya aku ingin menjadi apa.
Jawaban itu hanya ku katakan pelan dalam hati, dengan suara
yang tak pernah terdengar.
Terlalu malu, padahal aku sungguh ingin.
Membayangkan menandatangani ratusan lembar halaman awal buku
untuk diberikan kepada penggemar, tertawa geli dengan bahagia yang menjalar.
Apakah bisa? Aku meraih mimpi itu.
Aku yang sering kali hilang rasa percaya diri, berlagak
paling berani hanya karena tak ingin dengar caci.
Aku yang seringkali meremehkan karya sendiri karena begitu
membosankan untuk dibaca ulang, berlagak bangga menunjukkannya, menyebarkan
lewat segala media, berharap satu dua puji terucap dari yang membaca.
Aku yang sering kali menyalahkan dunia karena merasa ia tak
pernah adil, berlagak bijak dengan bicara soal rasa syukur yang aku sendiri tak
begitu mengerti.
Nanti, ucapku selalu nanti akan datang waktunya bahwa
segalanya akan membaik, hanya saja terlalu banyak hari yang tersiakan ketika
nanti tercap lagi.
Melangkah sedikit, namun kemudian mundur terlalu jauh hingga
tertinggal dibelakang.
Aku ingin berani, harus berani.
Takutku semua hanya akan jadi mimpi yang tak teraih, bahkan
hingga aku mati nanti.
Komentar
Posting Komentar