Langsung ke konten utama

Postingan

hati?

Hati, aku harap kita akan selalu memahami. Seperti saat aku sendiri, hanya kamu yang tau sesaknya itu. Dan saat kamu merasakan sesak, hanya aku yang tau itu. Aku dan hatiku, tanpa kalian para penonton juga juri dihidupku. Nilai saja, lihat saja, terserah kalian, aku akan mengusahakan kalau aku dan hatiku ini selalu baik-baik saja meski pecah, retak, belah, atau terluka parah. Hati, entah mengapa hari ini rasanya begitu melelahkan. Aku merasa seluruh dunia tiba-tiba memusuhi. Apa yang terjadi tidak pernah berpihak pada kita, bahkan kemana pun kita berpijak, langkah ini terasa berat. Hati, bagaimana caranya agar kita bahagia tanpa melukai siapapun. Bagaimana caranya kita bahagia tanpa membuat orang lain tidak suka. Aku mulai kuwalahan dengan mereka, mereka, dan mereka lainnya. Hati, bukankah kita pernah berdialog. Mengenai apa yang kita lakukan kemudian dia tidak menyutujuinya, lalu kita mendengarkannya, tak kita lakukan hanya untuk terlihat baik dimatanya. Namun dia yang la...

mimpi

Karena bagiku, kesulitan untuk tidur tidaklah sesederhana insomnia. Ada ketakutan tersendiri yang menyebabkannya. Bukan perihal memanfaatkan waktu sampai begitu larut. Tapi sejenis rasa yang tidak diinginkan ketika sudah berhadapan dengan dunia bawah sadar. Seperti mimpi misalnya. Terkadang aku merutuki, mengapa tidak bisa kupilih mimpi yang indah untuk menjagaku dalam lelap. Atau misalnya sesederhana pilihan untuk tetap terjaga dan berharap kamu selalu ada menemani malam-malamku yang gelap.

Genangan Penuh Kenangan

Aku mulai memahami dan mulai menikmati eloknya menunggu dan indahnya terabaikan. Namun tetap saja rindu hadir secara tiba-tiba, tanpa menyengaja, bahkan sebelum aku sempat berencana untuk merindumu. Aku sedang diambang bimbang, aku tenggelam dilautan luka saat aku mencoba menyelamimu, kau tau jelas aku tak pandai berenang, tapi kau biarkan aku menyelam hingga tenggelam semakin dalam, mungkin maksudmu ingin aku hilang. Dalam hidup ini, seberapa kali kehilangan harus kita jalani. Apa juga harus sesering siang yang kehilangan terang, sebab malam datang. Sesungguhnya, kehilangan hanya milik mereka yang pernah memiliki. Lantas bagaimana dengan kita? Sebenarnya, kehilangan hanyalah tentang kebiasaan. Kebiasaan yang seperti bernafas, sehingga ketika sesuatu itu sudah tak ada, yang akan dirasakan adalah sesak dalam dada. Dan sialnya aku terlalu terbiasa denganmu hingga kini terlalu candu. Sejatinya, kehilangan adalah jalan pulang paling dekat dengan kenangan. Kenangan yang sering disura...

Neraka dan luka bersamamu

Malam ini terlalu dingin untuk diselimuti sunyi. Rasanya banyak resah tapi lebih banyak rindu, dan banyak juga yang tak kumengerti. Aku masih gamang, kupandangi malam yang semakin pekat, namun tetap resah ini tak jua hilang, malah rindu terus berlalu lalang. Aku ketakutan, aku takut pada malam yang merenggut indahnya senja, ia terlalu pekat. Aku takut detak jam dinding disunyinya malam, ia terlalu mencekam. Aku takut angin malam yang berhembus mengitariku, ia terlalu sentimental. Dan yang paling kutakutkan adalah, kamu menghilang diujung penantian, itu terlalu menyakitkan, dan tak sanggup kubayangkan. Taukah kamu??  Kudengar, siapa yang paling banyak cintanya, justru ia pula yang terluka paling banyak. Lucu yaaa. Lantas, diantara kita siapa yang cintanya paling banyak?? Jelas aku. Karena dari milikmu, aku hanya dapat separuh. Sudahlah, dari awal kutahui itu -brengsek! Bukan bodoh, tapi inilah cinta pada nalarnya. Saat tau segalanya akan berakhir menyakitkan, aku tak sangg...

apakah kita begitu mustahil?

Aku mengerti, aku hanya bisa melakukan langkah-langkah kecil untuk memperjuangkanmu. Aku hanyalah usapan halus diubun-ubun kepalamu, diantara megahnya pelukan kekasihmu. Dan segala kecupmu yang mendarat diwajahku tidak berarti apapun, selain kebetulan dan dukungan suasana. Ada dunia dalam dirimu yang sangat ingin kusinggahi. Tapi aku sadar diri, kubiarkan mataku hanya mengintip setengah dalam dirimu, dan aku hanya memahami sebisaku, karena yang kutakutkan hanya satu, -aku mencintaimu terlalu dalam. Namun kau tak mau dengar penjelasanku, kau genggam erat tanganku mengajakku masuk kedalam duniamu, sedangkan aku terlalu tak berdaya untuk berkata tidak. Kemudian kau peluk aku erat sekali, seakan tak ingin kehilangan, seperti tidak ingin aku pulang. Semua terus berlanjut, bahkan aku tak mengerti maksud ajakanmu yang menyebabkan pertemuan kita jadi begitu rutin. Aku tidak mengerti mengapa saat itu aku merasa benar-benar dicintai, sekaligus merasa bersalah karena kamu sudah ada yang memil...

"ketidaktahuan"

Tentang ketidaktahuan kita yang lebih dari sekedar tidak tau yang membahagiakan ini, sisi lain hatiku merasakan sesak yang mendalam saat realita mulai datang dan menohok hatiku. Bukan soal ketidakpastian tapi lebih dari itu aku malu kepada kenyataan karena ia mengetahui aku sedang pura-pura tidak tau tentang hal yang jadi permasalahan, aku sedang berusaha untuk tidak peduli tentang milik siapa sebenarnya dia, yang kutau saat bersamaku -dia milikku. Hujan makin deras dan malam makin larut, menyamarkan isakanku yang tertahan dan malah makin menyesakkan ini, gelap malam menyembunyikan bulir asin yang mengalir lewat pipi ini, dan mataku makin sayu digenanginya. Amat menyedihkan, ini seperti aku yang terlalu memaksakan. Padahal aku tau, tentang keberlangsungan kita, segalanya hanya soal seberapa mampu aku bertahan, -bertahan diantara kalian -dia dan kekasihnya. Aku merasa terjebak didalam keadaan yang mengambang, dan aku menyimpan perasaan yang tidak dia rasakan. Aku tidak bisa menyes...

"kepiluan"

Aku butuh lautan untuk menghujankan seluruh tangisku, segalanya begitu tragis untuk ku konsumsi sendiri. Semilir angin meniup dedaunan kemudian ia terbang melalui semburat jingga di senja sore ini. Senja yang pilu_. Aku harus apa lagi jika sudah tau bahwa sebagai bukan yang pertama aku harus siap untuk tidak di prioritaskan. Bahkan saat rindu ini menekan hati, aku harus tau diri untuk tidak menghubungimu, dan membiarkan waktu dengan leluasa mengawasi kalian sampai aku sesak menunggumu tiap detiknya ditemani pikiran, -pasti kamu sedang bahagia dalam peluknya. Mengapa menyukaimu semenyesakkan ini, dan aku benci karena tidak ada yang bisa kusalahkan perihal ini, pun hati malah semakin tersayat kala aku terbelenggu diantara sepi. Masih sadarkah kau akan keberadaanku, aku sedang mengamatimu, dan aku mengerti, aku tak boleh mengganggu waktu kalian. Aku menunggu, bersama keresahan bercampur peluh yang makin menyesakkan. Apa kamu cemas?? Aku sedang cemas, aku sedang rindu, bahk...