Langsung ke konten utama

Postingan

meminta

Aku ingin meminta, berharap Tuhan mendengarnya. Tuhan, Kau yang paling tau apa yang terjadi dalam hidupku, hal apa yang menjadi sebab senang dan sedihku, dan bagaimana bentuk hatiku. Jika aku menggambarkan menggambarkan, hatiku bagai pecahan kristal yang sulit disatukan, lalu berserakan hingga jauh dari kepingan lainnya, terpisah dalam sudut-sudut kosong tanpa muara. Tuhan, biarkan aku mengeluh kali ini. Segala upaya untuk mengembalikan kondisiku sudah kulakukan, tapi di ujung malam yang kulakukan hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Aku ingin bersandar, rasanya sangat melelahkan, sungguh. Aku sudah bermain peran dengan hebat, mengemas segalanya agar terlihat baik-baik saja, tertawa menutupi ribuan luka yang menghujam, dan karenanya sangat melelahkan. Aku tak punya banyak sisa kekuatan untuk melakukannya lagi, karena semakin hari semakin tidak mudah. Tuhan, kirimkan aku malaikat. Jumpai aku dengan sosoknya, aku inginkan penjaga. Siapa saja yang Kau percayai baik untukku. ...

Cemas'

Aku tidak tau sebenarnya aku kenapa, aku hanya seperti kebingungan, dan kehilangan arah untuk diriku sendiri. Beberapa waktu lalu kupikir arah itu masih menuju ke dirimu, tapi lamat-lamat kamu menjauh dari jarak rengkuhku. Memikirkanmu, aku berada di dalam ilusi rentan pada sunyi yang penuh dengan kecemasan. Sungguh cemas, seperti merindukanmu adalah dosa yang tak seharusnya kulakukan. Tak sanggup merelakan karena harapan menjadi kejanggalan yang menjelma menjadi sebuah pertanyaan. Seperti itu dirimu kugelisahkan namun kemudian menjelma menjadi keraguan tanpa harapan. Kamu dimana sekarang? Aku masih disini, ditempat semula dimana hatiku tak pernah berhenti mencintaimu, di tempat semula dimana diri ini menunggumu. Aku masih menunggu, meski ku tau beberapa pergi tak mengenal pulang. Aku berusaha ikhlas, meski ku tau beberapa salah tak mengenal maaf. Aku masih menanti, meski beberapa belum tak mengenal sudah. Dan aku akan terima, meski beberapa lara tak mengenal rela. ...

Semesta lainnya'

Aku hanya ingin pergi, kemanapun terserah. Menjauh dari hiruk pikuk yang menyebalkan ini. Adakah semesta lainnya untuk ku singgahi, aku ingin kesana, menciptakan jarak yang tak sanggup kau ukur dengan kilometer, lebih jauh dari jarak terjauh yang kau pikirkan. Semesta dimana tak dapat kau tinggali, semesta yang tenang dan menyuguhkan bahagia yang sesungguhnya, hanya ada aku dan bahagiaku. Tak ada kamu, kamu, dan kamu, juga yang lainnya. Tanpa beban, tiada masalah, lepas, tak terasa berat, hanya diam, sunyi, lenggang, terhampar luas, kosong, hingga aku dapat melakukan apa saja sesuka hatiku. Disini terlalu menyesakkan, terlebih lagi ditambahkan dengan kenyataan bahwa dunia terlalu melankolis untuk tak diperdulikan. Aku sungguh kesulitan menghadapi semesta ini, aku merasa dihukum begitu lama dan terlalu lama. Ah sial, segalanya hancur hanya dalam satu waktu, padahal susah payah aku menyembuhkan hatiku dari kehilanganmu kemarin, malah disaat semuanya berlalu segalanya terungkap d...

Datanglah

Masih pagi, lagi-lagi terlalu pagi hanya untuk memikirkanmu. Pagi ini aku benar-benar membeku, menunggumu semalaman dalam hiruk pikuk yang terasa begitu sepi, hingga aku terlelap dan berakhir seperti ini, terbangun dalam kehampaan. Aku merasa begitu sedih, karena kejauhan jadi nampak teramat nyata. Apakah kamu merasakannya, kesedihanku itu Tuan. Dalam ingar-bingar yang sudah berakhir, aku masih berharap kita dapat bergandeng tangan, dan aku masih menjadi tempatmu untuk pulang. Tapi tidak seperti itu, mengapa kamu memilih untuk berhenti berjalan, jika bagimu rasa itu tak mungkin tersimpan lagi, lalu bagaimana dengan perasaanku yang terus mengalir tanpa tahu caranya berhenti. Katamu tak ada jalan untuk kembali?? Mengapa kamu terlalu mudah menyerah seperti itu, haruskah selalu aku yang mengupayakan kita? Ini terlalu menyakitkan Tuan, aku benci kita seperti ini, berada dalam satuan jarak terpanjang, pada kedekatan yang tak saling menyapa. Aku tak punya kekuatan dibalik ketiadaan in...

kuharap ramai

Aku hanya ingin berhenti menjadi satu-satunya yang mengerti dan berupaya sendiri. Bukan menyerah, aku hanya kelelahan, tapi mengapa aku tak kau hampiri hanya sekedar untuk membantuku berjalan. Sebaliknya kamu malah berbalik arah dan lamat-lamat jauh hilang dari pandangan. Apa hanya aku yang satu-satunya patah hati karena perpisahan ini. Aku bahkan tak berpikir ini benar-benar berakhir, tapi mengapa kau tak jua datang, barangkali untuk menjemputku dan kembali merengkuhku dalam dekap pelukmu. Sepi rasanya, aku berjalan tanpa tau arah yang kutuju. Sepi ini menyayat hatiku, entah berapa banyak air mataku tumpah hanya untuk menangisi jarak ini. Bahkan aku membenci angin malam yang tidak sengaja membawaku pada ingatan tentangmu. Aku tersedu dalam derajat celcius yang rendah, rasanya dingin dan teramat dingin, seperti aku akan membeku menunggumu. Bukan seperti ini yang kumau, jauh dari yang kumaksudkan, tak bisa kujelaskan, sedangkan kamu tak berusaha tuk memahaminya. Mungkin jarak...

Tiba-tiba

Tiba-tiba​ Tiba-tiba mendung menghampiri mata, kala mataku tertaut pandang padamu. Bukan jarak yang cukup jauh, jika hanya untuk datang, menghampirimu, kemudian memelukmu dengan erat, kemudian berkata dengan lirih ditelingamu, aku merindukanmu. Tiba-tiba berkabut, masih saat mataku memandangmu yang berjalan menjauh dari tempatku berdiri, hanya sekilas mata kita bertemu, namun kau lempar pandangan itu begitu cepat, dan seketika aku merasa dicampakkan. Cukup singkat hingga kamu menghilang dari pandanganku, sedangkan aku masih mematung membisu dengan kabut dimataku. Tiba-tiba seperti tersambar, gemuruh riuh terdengar dimana-mana, tapi aku merasa sepi, amat sepi sejak banyak waktu kulewati tanpa kita saling mengabari, aku tak tau kamu dimana, sedangkan aku masih ditempatku bersama gemuruh yang sepi menantimu menyapaku, menghampiri memelukku, membisikkan dengan lirih ditelingaku, bahwa kau pun merindukanku, lebih banyak. Seperti akan hujan.. Mendung, kabut, dan gemuruh jadi satu, dan...

Tanpa

Aku tak tau bahwa segala hal yang kuupayakan berakhir seperti ini. Mengalir, menguap, lambat-lambat jelas tapi memudar. Kita pudar, aku dan kamu. Aku tak ingin berdebat dan kamu tetap pada dirimu, tak ingin peduli sama sekali. Aku hanya merasa tak dicintai lagi, atau dari awal cinta itu memang tak pernah ada bagimu? Sungguh, aku benar-benar masih ingin mengupayakan segalanya, bahkan perasaan dilukai ini membuatku semakin tertarik pada sebatas mana kemampuanku bertahan. Tapi ini sungguh menjijikkan, aku berdiri sendiri dengan cinta yang jelas lebih besar dari milikmu seperti si tolol yang tak tau diri. Seperti si bodoh yang hilang akalnya. Ditertawakan, dilempari tatapan kasihan, dianggap manusia bodoh sedunia karena selalu mengharapkanmu dengan penuh cinta. Apa rasanya jadi aku, kamu tak pernah ingin tau tentang hatiku, dan hatimu terlalu sempit untuk kulalui. Aku dan kamu seperti sebuah nada yang tak pernah seirama, hanya saja aku yang terlalu memaksakan agar semuanya tak t...