Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

Menepi

Menepi, aku kembali pada jalanan yang sunyi. Hanya berani menyusuri nya ditepian saja. Ironisnya aku mengaku kalah, menyerah yang bukan berarti pasrah, dalam gulita ku resah tak usai-usai. Ku tak tau apa maunya hati, risau riuh tak redam-redam. Jua nan jiwa raga yang berontak saat separuh hatinya direnggut si memesona. Kalut aku pada nyatanya yang menohok terlalu dalam. Diam aku, bungkam saja, menjerit ku tak kuasa bahkan menangis saja tidak. Kubiarkan saja, mungkin diri ini bak pelabuhan sementara nya, yang dianggap kayunya usang pada pinggiran dermaga. Kalah jauh bila dibandingkan dengan si memesona. Menjauh aku dari ombak, senja, juga hujan yang sangat kucintai. Sebab segalanya tentang hal yang berkaitan menikamku berulang-ulang, jadi enggan ku kembali. Aku bukan tenang yang menghanyutkan, bukan juga memesona yang menakjubkan, apalagi bunga yang diharapkan. Tak harum, tak indah, tak nampak, tak pula menjadi yang di inginkan. Ada saja hampir tiada- Menarik diri dari kes