Heyy Tuan Entah mengapa aku bagaikan laksana taman permainanmu, tempat kau tertawa dan bersenang-senang, hingga kau bosan dan kemudian ku ditinggalkan. Meski ramai yang bermain disekitarku, namun rasanya taman itu bagaikan tempat kosong yang tak dihuni. Ramai yang menyedihkan, seperti itu gambaran diriku. Aku merindukanmu bagaikan rumput yang menantikan embun pagi, tapi sepertinya rumput itu lebih beruntung dari pada diriku, penantian rumput itu pasti karena pagi selalu benar-benar kembali, tidak seperti kamu yang bagaikan halusinasi. Sejujurnya aku sangat lelah, lelah menantimu, lelah merindukanmu, lelah bersabar, lelah menahan tangis, lelah terluka lagi, hingga kusadar ternyata mencintaimu begitu sangat melelahkan. Hey Tuan Marilah bertukar hati, agar aku tak perlu lelah menjelaskan bagaimana kau buat hati ini patah, dan agar kau tak perlu payah untuk mengerti, agar kau tau rasanya merindukan seseorang yang bahkan menganggapmu tak ada. Ragaku terlalu usang dan jiwaku terlalu
Abadilah dalam tulisanku