Aku merindukanmu. Aku rindu berlibur dengan sepasang kakimu. Aku rindu menyambut pagi, saat hari itu akan kulalui denganmu. Menghabiskan waktu, hingga pagi tergantikan oleh malam. Aroma pagi tak pernah semanis itu. Saat kau sampai depan rumahku, aku menyambutmu dengan senyuman, sambil bilang “aku naik ya”. Kita berada dijalan yang panjang. Dan hari itu lumayan ramai, tapi debu dan asap kendaraan tak lagi jadi menyebalkan, sebab obrolan sepanjang perjalanan sangat menyenangkan. Entah apa yang kita bicarakan, berkali-kali ucapanmu tak terdengar dan banyak “apa” yang terlontar dari mulutku, kau sedikit menengok kebelakang lalu sesekali menatap dari kaca spion, kemudian kita tertawa begitu saja. Pegangan katamu, lantas kedua tanganku meraih pinggang itu. Yang erat katamu lagi, dan aku hanya tersenyum ragu-ragu karena malu. Masih diperjalanan, bisa saja kau membuat jantungku berdegup tak karuan, untung saja aku dibelakangmu, jadi tak terlihat rona merah dipipiku kala itu.
Abadilah dalam tulisanku