Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Monster Tak Berhati

Hujan menenangkan suasana hatiku, namun flu yang kini menyerangku benar-benar menyiksa. Hari ini kondisi tubuhku tidak begitu baik, seharian aku hanya meringkuk didalam selimutku. Kebetulan hari ini hujan turun dengan gilanya, ia tidak memberikan kesempatan bagi para manusia untuk menjalani aktivitas mereka dengan lancar. Kubuka tirai jendelaku, ku tatap butir-butir air yang turun dari langit itu.  Jalanan begitu sepi, tak ada pejalan kaki yang lewat, pengendara sepeda motor pun tak terlihat, hanya beberapa mobil pribadi yang berlalu lalang. Beberapa hari ini hidupku terasa melankolis, segala hal yang terjadi terasa salah dan menyedihkan. Entah aku yang berlebihan dengan sikapku atau memang nyatanya begitu melankolisnya. Bencana alam terjadi dimana-mana, namun bukan bencana alam seperti halnya gempa bumi, banjir, tanah longsor atau semacamnya. Namun bencana dalam realita kehidupan, penghianatan, kebohongan, terbongkarnya fakta kejahatan, konspirasi merajalela, hingga lunturnya r

Rahasia dalam Sujudku

Ditengah malam yang hujan aku terbangun dari tidurku, kegelisahan terasa dalam hatiku karena mimpi dalam tidurku. Mimpi itu membuatku amat khawatir akan dirimu, begitu resahnya hingga takut terjadi hal buruk pada dirimu. Apakah kau baik-baik saja saat ini, begitu beratnya kutahan diriku untuk menghubungimu. Ingin sekali kutanyakan kabarmu walau aku tahu tak akan ada jawaban yang kuterima. Aku yang salah, membiarkanmu sendiri dalam kesulitan, melepasmu disaat benar-benar membutuhkanku. Maaf kan aku, apa yang dapat kulakukan. Resahku tak segera hilang, ku ambil air untuk bersuci, kulakukan tahajud untuk menenangkan diri. Maafkan aku menyebut namamu dalam doa usai sujudku. Aku tak dapat melakukabn banyak untukmu, namun aku tahu hanya Dia yang dapat membantumu. Aku memintanya untuk membiarkanku merasakan sakit yang kau rasa agar kutahu pedihnya lukamu. Aku memintanya untuk membagi masalah yang kau derita agar kutahu bagaimana sulitnya penderitaanmu. Aku memintanya untuk meringank

tidak sebaik dia namun juga tak sejahat dia

Masih sama dengan kisah biasanya, terjadi saat hujan. Sudah beberapa jam berlalu sejak terakhir aku menerima kabar darimu. Entahlah mengapa begini, sulit memang bagiku memulai hubungan baru juga dengan sosok yang baru. Terlebih lagi kamu, sosok yang tidak begitu menganggapku penting namun kau ucap cinta padaku. Aku fikir tidak serumit ini, untuk membiasakan diri denganmu dan melepas ketergantunganku darinya. Bagaimana bisa aku yang serba apa adanya ketika berhadapan dengannya dulu kini jadi sosok yang berbeda saat bersamamu. Bahkan aku kini jadi merasa frustasi karena kamu terus mempermasalahkan berat badanku yang terus meningkat, sikapmu membuatku rindu dirinya yang menerima segala bentuk kekuranganku, bahkan aku rindu ketika ia malah mengejekku dengan tubuhku yang makin membengkak dan mengatakan aku makin terlihat cantik seperti itu. Dia tidak pernah masalah aku makan sebanyak apa, bahkan ketika aku tidak makan hanya untuk diet, dia memarahiku habis-habisan, bahkan dengan satu

Selamat hari menetas wanita hebat

Heyy.. selamat hari menetas. Terimakasih untuk satu mangkuk mie ayam nya sore ini. Peluhku berjatuhan dan bajuku bagian belakang mulai basah oleh keringat, kutatap matahari yang tepat berada diatasku, ah membuat mataku menyipit, pantas saja udara begitu terik dan panas, kulihat jam dilenganku ternyata tepat pukul 12:00. Kutengok kearah belakang masih tak kujumpai seseorang yang kutunggu, malah debu jalanan yang menyapaku. Ponselku berdering, ternyata aku menunggu ditempat yang salah, ah sialnya. Jika bukan untuk bertemu denganmu mungkin aku sudah amat kesal, rindu menghilangkan keluhku. Temu yang kuharapkan akhirnya tersampaikan, bahagia amat kurasa, namun antusiasku tetap kutahan dengan tidak meluapkan rindu yang meledak-ledak. Tetaplah seperti itu sahabat, kulihat raut lelah dalam wajahmu namun engkau masih tetap tersenyum. Hampir tiga tahun perkenalan kita terimakasih kau menjadi sosok yang dapat mengerti taraf keegoisanku sebagai seorang teman. Masa yang kulalui tanpamu seus

bernafas tanpamu

Berikan aku sedikit waktu untuk bernafas tanpamu, segala nya tak mudah bagiku, terlebih lagi untuk harus melupakanmu aku rasa begitu tidak mungkinnya. Pergi menjauh darimu sudah berhasil kulakukan, walaupun terkadang aku masih sering mendekat padamu melalui kenangan-kenangan kita dimemori otakku. Maafkan aku yang tanpa sepengetahuanmu masih sering memperhatikanmu. Aku masih belum bisa untuk tidak peduli dengan hal yang berkaitan denganmu. Aku tak pernah bermaksud untuk mengusik kehidupanmu ataupun mengganggu setiap ketentraman hidupmu, maka biarkanlah aku untuk mengawasimu dari jauh. Tak apa seperti ini, aku hanya ingin menjadi sosok yang tetap peduli akan dirimu walau dalam persembunyian. Entah sampai kapan nafasku ini masih teriring oleh langkahmu. Bukan maksudku menjadi penguntit dalam hidupmu, aku hanya ingin mengetahui keadaanmu. Biarkanlah seperti ini, biarkan aku melakukannya, jangan hentikan aku. Dan kamu, tetaplah disitu, tetap diposisimu, biarkan aku memperhatikanmu d

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari

Gue Gak Doyan Reggae

Kutatap pantulan wajahku dicermin, namun aku lebih tertarik melihat potret yang tersablon dikaosku. Kaos yang diberikan olehmu sebagai oleh-oleh perjalanan touringmu ke anyer dengan vespa tua bersama teman-temanmu dua tahun lalu. Masih ku ingat dengan jelas percakapan jarak jauh via telpon yang kita lakukan kala itu,  saat aku sedang kesal karena kau terlalu asik dengan perjalananmu hingga mengabaikanku berhari-hari, kau bilang kau membawakan hadiah untukku yang akan membuat kita begitu terlihat sebagai pasangan yang keren saat mengenakannya. Ahh.. aku jadi tak sabar menunggu kepulanganmu kala itu. Apa ini???  Suasana hatiku yang bahagia seketika berubah menjadi kesal melihat apa yang kau bawakan untukku. Sepasang baju untukku dan untukmu yang bagian depannya tersablon potret pria dengan kumis serta rambutnya yang gimbal panjang sedang tertawa lebar hingga giginya terlihat jelas. Sosok yang kau kagumi namun tidak sama sekali kusukai "Bob Marley." Apa kau bercanda, tidak m

dua puluh satu yang terlewatkan

Sore tadi kulihat kalender yang tergantung dibelakang pintu kamarku, ternyata hari ini tanggal 22, dan mataku tertarik untuk melihat angka disebelah kirinya, hatiku seketika terketuk. Aku merasa seperti akrab sekali dengan angka tersebut, 21. Ohh rasanya angka itu begitu melekat dalam sukmaku, namun kini sudah berjamur dihatiku karena sudah lama tak ku ingat. Kini setelah memandang angka tersebut, aku tiba-tiba tenggelam dalam suatu hal, sesuatu yang disebut kenangan. Kenangan-kenangan singkat namun membahagiakan, juga kenangan yang menyakitkan hingga terasa lama. Tak kukira aku akan bisa melewati beberapa kali dua puluh satu dengan biasa, tanpa perayaan, tanpa ucapan happy anniversary sayang: '). Ahh, iya baru ku ingat dua puluh satu kita, dua puluh satu yang kita rayakan  selama empat tahun belakangan namun kini telah terlewati. Tak pantas aku mengingatnya lagi, aku kira kau pun sudah tidak peduli. Siapa aku kini berani-beraninya mengenang peristiwa di dua puluh satu. Meng

ketakutan gila

Udara malam ini begitu dingin, membuatku makin betah meringkuk didalam selimutku yang hangat. Dari luar terdengar suara hujan yang turun sangat deras, sudah sekitar dua jam kurasa hujan itu belum juga berhenti. Entah mengapa saat ini aku merasa risau, hatiku berdebar tak karuan, bahkan aku merasa sedih hingga aku menangis. Tak kupahami apa yang telah terjadi kepada diriku ini, begitu kacaunya perasaanku. Kurasa kebiasaan lamaku muncul lagi, ketakutanku datang lagi, rasa ini kembali menghantui. Kusadar kala aku mulai merintih dengan lirih menyebut namamu, aku membutuhkanmu. Disaat ketakutan terbesarku ini muncul, seperti ada sosok yang menangis ditelingaku, merintih memintaku datang kepadanya, terlebih lagi khayalanku yang  membuat ketakutanku menjadi nyata. Biasanya disaat seperti ini ada kamu yang menenangkanku, ada kamu yang menemaniku menghadapi ketakutan gila ini. Tapi kini aku disini tanpamu, bagaimana aku menghadapi hal buruk ini, rasanya aku terjebak dalam mimpi buruk ya

Mawar Putih

Lanjutan 22:50 Tak ada kamu disana, aku masih berdiri dan membisu. Apakah yang sebenarnya terjadi, tubuhku seketika lemas seakan jiwaku terpisah dari raganya, aku berusaha beranjak dari tempatku berdiri menuju tempat tidurku, namun seketika semua menjadi gelap. Terasa agak pusing dikepalaku saat kubuka kelopak mataku, rasanya seperti aku sudah tidur lama sekali. Aku beranjak dari tempat tidurku dengan tubuh yang lemah, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Segala yang ku ingat rasanya semua bagaikan mimpi, tapi apa maksud dari mimpi itu. Kubuka pintu kamar dan berjalan keluar, kulihat kedua orang tuaku mengenakan setelan baju berwarna hitam, mereka menatapku dengan tatapan yang menguatkanku. "Apa yang terjadi?? ", ujarku. Penjelasan mereka membuatku merasa lemah, aku tak percaya apa yang mereka katakan. Aku bersiap menuju kediamanmu, sepanjang perjalanan entah apa yang kurasakan, aku tak percaya apa yang orang tuaku katakan tentangmu, tapi mengapa aku bersedih, mengapa

22:50

Langit semakin pekat, kubuka tirai jendela untuk melihatnya tak ada cahaya bintang ataupun rembulan yang menghiasi malamnya. Kurasa sebentar lagi hujan akan turun dari persembunyiannya, dan kini terdengar gemuruh diatas sana. Lampu dikamarku sudah padam dan suasana diluar pun sudah semakin sepi, tak ada lagi kendaraan berlalu lalang yang lewat dijalan depan rumahku. Kutatap layar ponselku dan terlihat jam di ujung sebelah kanan layar ponselku yang menunjukkan sekarang sudah pukul 22.50. Tubuhku sudah terasa lelah namun mataku masih enggan untuk terpejam. Masih kupandangi layar ponselku namun kali ini aku melihat walpaper yang muncul dilayar ponselku itu, disana terlihat potretmu bersama denganku. Ahh.. aku resah saat ini, mengapa sampai selarut ini kamu belum juga mengabariku. Aku sudah merasa lelah menunggu pesan singkatmu, namun yang kuherankan mengapa aku masih tetap saja menunggu. Hatiku menggebu gebu karena resah, aku khawatir karena kabar terakhir yang kuterima darimu adalah kau

dia tapi aku

Lagi lagi hujan.. Kamu masih percaya dia sedang menikmati hujan seperti yang kamu lakukan sekarang. Sudahlah jangan memikirkan orang yang tidak memperdulikan dirimu sama sekali, dia tidak akan pernah memikirkanmu lagi, bukankah dia yang pergi meninggalkanmu tanpa alasan, kamu terlalu membuang waktumu untuk wanita sepertinya. Dia sudah punya kekasih, tidak mungkin bagimu untuk bersanding dengannya, jangan pernah berfikir dia akan kembali padamu. Mengapa kini kamu malah terlihat bagai kayu yang rapuh padahal beberapa waktu lalu kau masih keras bagaikan batu. Apakah karena perpisahanmu dengannya kau jadi terlihat menyedihkan seperti itu. Bodoh!  Abaikan saja semuanya, aku tahu sulit bagimu untuk melupakan segala kenangan-kenangan itu, terlalu banyak yang telah kalian lewati namun apakah kau pernah berpikir kalau dia tidak perduli dengan semua hal itu, dia sudah tidak peduli sedikitpun hal yang berkaitan denganmu. Waktumu terlalu berharga jika kau habiskan hanya untuk menunggunya. Ay

Terimakasih serta Maaf dariku

Selamat pagi dunia selamat pagi alam semesta, aku bersyukur karena masih dapat bernafas pagi hari ini, menghirup udara yang begitu segar dan merasakan kehangatan dari sang surya. Hari ini aku bukan ingin berbagi kisah atau cerita seperti biasanya, aku hanya ingin mencurahkan rasa bersyukur terimakasih serta maaf kepada orang-orang yang kusayangi dan orang-orang terdekatku. Yang pertama pastinya kepada sang pencipta yang begitu hebatnya serta maha segalanya Allah SWT, Terimakasih engkau telah menciptakan hamba lahir kedunia ini sebagai sosok manusia dengan bentuk fisik yang sempurna, terimakasih pula atas segala kelebihan yg engkau berikan kepada hambamu ini, dan maafkan karena sebagai ciptaan aku terkadang masih lalai akn segala kewajibanku dan untuk segala keluhan yg sering hamba lontarkan mohon engkau mengerti ya Tuhan. Untuk kedua orang tuaku, Ibu dan Bapakku terimakasih kalian telah jadi perantara sebab aku lahir di dunia ini, terimakasih atas rasa sayang yg mungkin kalian milik

de javu

Kamu merasakan hal yang sama dengannya bukan, kalian sama-sama rindu, kalian berharap temu, kalian saling merasakan kekhawatiran, dari jauh kalian saling memikirkan. Namun kalian terlalu malu untuk mengakuinya, terlalu bodoh dengan rindu yang kalian pendam, terlalu mempertahankan egois yang sangat tinggi. Kalian mengaku sudah nyaman dengan kehidupan kalian yang sekarang, namun aku tahu kalian sangat menderita oleh perasaan kalian. Kamu yang diam tiap kali mengingat hal tentangnya, siang tadi aku melihatmu menangis, aku tahu kau sangat sedih ketika ada gadis kecil yang menyapamu dengan suara yang keras diiringi tawanya yang renyah dengan senyum polos yang dimilikinya. Aku dapat melihat ada sesuatu dalam fikiranmu, beberapa  kenangan yang bersangkutan dengan gadis itu. Aku lihat kau ada disuatu rumah dimana ada gadis itu dan keluarganya, kau melakukan berbagai hal bersama didalam rumah itu, memasak dan membuat kue bersama ibunya , bersenda gurau bersama anggota keluarganya yang lain.

Lupa Kehidupan

Sepertinya aku sudah lupa bagaimana caranya untuk menikmati hidup, segalanya kini begitu terasa sangat membosankan. Aku lupa rasanya bahagia bahkan aku lupa rasanya bersedih, tak ada lagi kini yg dapat kujadikan suatu alasan bagiku tertawa bahkan untukku menangis. Rasanya sangat kosong, hari-hari yang kujalani amat biasa, tak ada gairah untuk menikmati setiap detik waktu dalam hidupku. Tak ada suatu hal yang menjadi pembangkit semangatku, tak ada lagi alasan bagiku untuk menjalani hidup ini dengan penuh gairah. Bahagia yang sudah lama tak kudapatkan bahkan aku tak menginginkannya apa lagi sedih yang dulu setiap harinya menjadi makanan sehari-hari bagiku kini pun sudah kulupa pedihnya. Rasanya aku merindukan bermacam-macam perasaan yang pernah berkecamuk dalam hatiku. Mengapa kini jadi amat kosong, mengapa setiap hal nya dapat berubah begitu saja. Aku benci dengan hidupku yang seperti ini, aku ingin marah namun apa yang dapat kujadikan alasan untuk melampiaskan amarah ini. Aku sering

Ia yang bodoh!

Tidak ada bedanya denganmu, lelaki itu juga hanya ingin menjamahinya, memanfaatkan nya disaat iya sedang terdesak. Apa yang bisa dilakukannya seorang wanita yang rindu akan segala perhatian, menolak serta menepis ia enggan. Bicara tentang materi pun lelaki itu menggunakan lidahnya dengan baik untuk memanfaatkannya tanpa wanita itu sadar jika ia hanya menjadi bank bagi lelaki bajingan itu. Awalnya ia pikir lelaki itu lebih baik dari dirimu, tapi apakah memang lelaki seperti itu. Hanya diawal ia memberikan kesan manis, menyanjung wanitanya setinggi langit namun setelah ia mendapat apa yang diinginkannya, ia lalu menghempaskan wanita itu sampai samudera terdalam. Hingga wanita tenggelam dalam beribu penyesalan, lalu  hanya racun pahit dari kenangan yang merambat menggerogoti hati dan pikiran sang wanita hingga ia terpuruk tak berdaya. Dia sudah tidak percaya ada lelaki yang berbeda, setiap kali ada yang mendekatinya maksudnya selalu sama. Hanya mempermainkannya! Ia tidak mencari, ia t

maaf karena aku mencintaimu

Malam semakin gelap, hujan pun semakin deras, detik jam yang biasanya terdengar pun kini kalah dengan suara derasnya hujan. Aku tak tahu sekarang pukul berapa, namun sepertinya hampir tengah malam karena lampu-lampu di kota ku telah banyak yang padam. Dikamar ku sambil memandangi layar ponsel dengan penuh harap aku menunggumu. Rasa kantuk yang kualami terkalahkan oleh rasa gelisahku. Teringat kejadian siang tadi yang kita alami saat kita sedang menghabiskan waktu bersama, tiba-tiba ada seorang wanita cantik dengan setelan yang sangat modis terlihat seperti kebanyakan wanita yang kulihat di ftv. Dia menghampiri kita dengan ekspresi marah, ia berjalan dengan langkah cepat hingga rambutnya yang terurai panjang menjuntai kebelakang mengikuti angin. Aku tahu siapa dia, dia kekasihmu. Aku terdiam membiarkan dia menampar pipiku hingga membuat wajahku berpaling kesamping karena tamparannya. Rasanya panas, terlebih lagi ia memakiku dengan hebatnya didepan banyak orang. Wanita jalang, murahan

Hal Yang Tak Dapat Ku Sampaikan

Kekasihku, ada yang ingin kusampaikan padamu namun rasanya hal ini tak sanggup kulontantarkan kepadamu. Tak kumiliki keberanian yang cukup untuk mengatakannya. Aku bingung dengan diriku sayang, mengapa aku begitu bodoh mau menerimamu sebagai kekasihku. Aku merasa diriku sebagai wanita yang jahat, aku tahu saat dekat denganku kau sudah memiliki kekasih, namun mengapa aku tak dapat mengabaikan mu kala itu, mengapa aku terpedaya oleh beribu kata manismu. Sesungguhnya kala itu pun aku memiliki hubungan dengan seorang pria, pria yang benar-benar kucintai lebih dari pada aku mencintaimu saat ini sayang. Hanya saja memang hubunganku saat itu sedang bagaikan kapal yang terbelah karena menabrak karang. Disaat hal itu terjadi bagaimana aku dapat mengabaikanmu, kau datang memberikan perhatian yang lebih disaat aku haus karenanya. Kau datang sebagai sosok pria dewasa yang humoris, kau membuatku nyaman saat berada didekatmu, bahkan parasmu yang lebih tampan dari kekasihku waktu itu membuatku beg

Hujan Siang Ini ☔

Siang hari ini setelah menyelesaikan soal UAS Apresiasi Komputerku aku segera bergegas pulang tidak seperti biasanya tanpa aku menghabiskan waktu dikamar kos teman terbaikku. Entah mengapa sekarang suasananya jadi berbeda,  hubunganku dengan temanku itu jadi agak renggang, aku pun tak mengerti rasanya tak seasik dan menyenangkan biasanya. Aku atau dia yang berubah atau entahlah. Belum seperempat dari perjalanan pulangku, terasa air sedikit demi sedikit turun dari langit. Dan tak kuhiraukan namun makin lama air itu datang semakin banyak dan mengguyur tubuhku membuat bajuku bagian depan agak sedikit basah. Aku sedang tidak ingin sakit mengingat besok masih ada beberapa hari lagi untukku menyelesaikan Ujian Akhir Semesterku jadi kuputuskan untuk menghidupkan lampu sen kearah kiri dan berhenti disebuah warung kecil yang sedang tutup untuk berteduh. Sebenarnya bukan inginku berhenti disana namun itu adalah tempat terdekat yang dapat kusinggahi sejenak sambil menunggu hujan reda. Ah sialn

Kamu Tak Dapat Melihatku Tapi Aku Dapat Melihatmu

Setelah berpisah denganku mengapa kau terlihat semakin kacau, mengapa kau kembali bersahabat dengan obat terlarang, minuman keras dan pergaulan yang hitam. Aku tahu mungkin segalanya sulit bagimu, aku tahu selain kau frustasi dengan perpisahan kita kau pun dipusingkan dengan masalah keluargamu. Maaf kan aku telah membuatmu begini, maaf aku telah jadi salah satu penyebab kekacauanmu, terlebih lagi aafkan aku tak mendampingimu ditengah problema hidupmu. Aku dengar ada sosok lain yang mengganggu keluargamu, memecah hubungan antara ibu dan ayahmu. Aku turut bersedih akan hal itu, karena hingga kini aku masih menganggap keluargamu adalah bagian keluargaku. Keluargamu yang penuh kehangatan, kebahagiaan yang selalu menerimaku berada ditengahnya. Aku pun terluka melihat ibu mu dilukai, terlebih lagi mengingat adikmu yang sudah kuanggap adikku sendiri itu masih belum cukup umur untuk menghadapi hal pahit seperti itu. Kau tahu kondisi keluarga ku seperti apa bukan, aku tidak dapat membayangka

Tuan Egois

Heyy tuan egoisku.. Tuan egois aku ingin bercerita tapi bagaimana caraku mengatakan ini, aku merasa malu pada diriku sendiri, bahkan mengucapkan sepatah kata mengenai hal ini pun rasanya begitu sulit. Setelah kita berpisah aku bingung akan kepada siapa lagi menumpahkan segala keluh kesahku segala masalah hidup yang bagai duri itu. Selama ini aku hanya berani mengatakan segalanya kepadamu, setiap detailnya dapat dengan mudah ku keluh kesahkan padamu. Masalah dengan temaku, masalah dengan ayah dan ibuku, keluargaku, sekolahku, kesehatanku, keuanganku, masa depanku bahkan masalah keintimanku pun segalanya kukatakan padamu untuk menemukan segala solusinya. Kamu membantuku menghadapi segalanya, menemaniku melewati masa-masa tersulit dalam hidupku. Tuan egois aku merindukanmu disaat hal sulit menerpa hidupku seperti ini, mungkin kau akan menganggapku wanita yang tidak tahu diri bagai sosok monster dalam kehidupanmu dengan taraf keegoisan yang tinggi, mungkin kau akan mencelaku denga

part 2

Tetap bertahan dengan luka atau menata hidup dengan meninggalkan luka Hal itu yang menjadi pertanyaanku beberapa waktu silam Hingga tiba saatnya aku harus memutuskan mana yang akan ku pilih Dan aku memilih untuk menata hidup dengan meninggalkan luka Yahhh.. namun tak semudah yang kubayangkan Untuk meninggalkan luka ternyata malah membuatku semakin terluka Menyakitkan meninggalkan luka yang nyatanya penuh dengan kenangan Satu hal yang lebih menyakitkan dari pada gagal meninggalkan luka Yaitu aku tak dapat menata hidupku dengan baik tanpa luka itu Hidupku berserakan ketika luka-luka itu mulai pergi Aku kesulitan untuk menatanya kembali Aku tak tau dengan apa yang harus kulakukan Aku tersesat didalam kehidupanku sendiri Aku tersesat ditengah luka yang berserakan Luka yang indah Luka yang menyesakkan Luka yang membuatku tertawa Luka yang membuatku menangis Luka yang membawaku ke masalalu bersamamu Luka yang membangkitkan luka lainnya Dan hingga