Siang hari ini setelah menyelesaikan soal UAS Apresiasi Komputerku aku segera bergegas pulang tidak seperti biasanya tanpa aku menghabiskan waktu dikamar kos teman terbaikku. Entah mengapa sekarang suasananya jadi berbeda, hubunganku dengan temanku itu jadi agak renggang, aku pun tak mengerti rasanya tak seasik dan menyenangkan biasanya. Aku atau dia yang berubah atau entahlah.
Belum seperempat dari perjalanan pulangku, terasa air sedikit demi sedikit turun dari langit.
Dan tak kuhiraukan namun makin lama air itu datang semakin banyak dan mengguyur tubuhku membuat bajuku bagian depan agak sedikit basah. Aku sedang tidak ingin sakit mengingat besok masih ada beberapa hari lagi untukku menyelesaikan Ujian Akhir Semesterku jadi kuputuskan untuk menghidupkan lampu sen kearah kiri dan berhenti disebuah warung kecil yang sedang tutup untuk berteduh.
Sebenarnya bukan inginku berhenti disana namun itu adalah tempat terdekat yang dapat kusinggahi sejenak sambil menunggu hujan reda. Ah sialnya ternyata ini adalah tempat yang sama dengan waktu itu, saat aku berteduh juga namun bedanya kala itu aku tidak sendiri seperti saat itu. Aku bersamamu.
Kutadahkan tanganku pada tetesan air hujan dan kutatap langit yang masih gelap, membuatku teringat peristiwa tak berarti kala itu, terbayang setiap momennya dalam pikiranku, terdengar percakapan sederhana yang diikuti gelak tawa kita kala itu membuatku menjadi sesak. Mengapa harus ditempat ini aku berhenti, membuat kenangan kita kembali terkupas, aku tidak ingin bersedih mengingat kenangan yang tak dapat kita ulang lagi itu.
Lebih baik kuputuskan bergegas dari tempat ini, tak peduli dengan gerombolan air yang masih tyrun dari langit, tak peduli jika efeknya menimbulkan sakit ditubuhku dari pada aku tetap disitu dan menimbulkan sakit dihatiku.
Hujan yang semakin deras membasahi pakaian dan tubuhku, airnya mengalir juga diwajahku walaupun aku menggunakan helm. Dadaku terasa sesak, tubuhku lemas, mataku panas dan aku terisak. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, apakah warung dipinggir jalan tadi yang menjadi penyebab aku begini. Isakku semakin kencang nafasku semakin terengah dan air mataku terus mengalir. Namun tak ada yg tahu aku bersedih, hanya hujan yang tahu, hujan yang menghapus air mataku, membawa air mataku. mengalir bersamanya
Belum seperempat dari perjalanan pulangku, terasa air sedikit demi sedikit turun dari langit.
Dan tak kuhiraukan namun makin lama air itu datang semakin banyak dan mengguyur tubuhku membuat bajuku bagian depan agak sedikit basah. Aku sedang tidak ingin sakit mengingat besok masih ada beberapa hari lagi untukku menyelesaikan Ujian Akhir Semesterku jadi kuputuskan untuk menghidupkan lampu sen kearah kiri dan berhenti disebuah warung kecil yang sedang tutup untuk berteduh.
Sebenarnya bukan inginku berhenti disana namun itu adalah tempat terdekat yang dapat kusinggahi sejenak sambil menunggu hujan reda. Ah sialnya ternyata ini adalah tempat yang sama dengan waktu itu, saat aku berteduh juga namun bedanya kala itu aku tidak sendiri seperti saat itu. Aku bersamamu.
Kutadahkan tanganku pada tetesan air hujan dan kutatap langit yang masih gelap, membuatku teringat peristiwa tak berarti kala itu, terbayang setiap momennya dalam pikiranku, terdengar percakapan sederhana yang diikuti gelak tawa kita kala itu membuatku menjadi sesak. Mengapa harus ditempat ini aku berhenti, membuat kenangan kita kembali terkupas, aku tidak ingin bersedih mengingat kenangan yang tak dapat kita ulang lagi itu.
Lebih baik kuputuskan bergegas dari tempat ini, tak peduli dengan gerombolan air yang masih tyrun dari langit, tak peduli jika efeknya menimbulkan sakit ditubuhku dari pada aku tetap disitu dan menimbulkan sakit dihatiku.
Hujan yang semakin deras membasahi pakaian dan tubuhku, airnya mengalir juga diwajahku walaupun aku menggunakan helm. Dadaku terasa sesak, tubuhku lemas, mataku panas dan aku terisak. Aku tak tahu apa yang terjadi pada diriku, apakah warung dipinggir jalan tadi yang menjadi penyebab aku begini. Isakku semakin kencang nafasku semakin terengah dan air mataku terus mengalir. Namun tak ada yg tahu aku bersedih, hanya hujan yang tahu, hujan yang menghapus air mataku, membawa air mataku. mengalir bersamanya
Komentar
Posting Komentar