Semilir angin merasuk secara perlahan. Ditengah galau, dilema, dan kacau ini rasa muram dan durja menjalar kemana-mana. Aku kalap, aku kecewa dalam lelah. Hujan, aku rindu gemercikmu yang suaranya bising namun meneduhkan hatiku, aku rindu dingin yang membuat tubuhku menggigil kaku, hujan aku ingin pucat pasi. Aku lelah karena lelahku tak dihargai. Apa mereka tak tau kalau lelahku ini karena mereka bahkan untuk mereka!! Aku berjalan diatas duri menahan perih dengan hati yang berdarah karena siapa??? "karena mereka". Persoalan yang mereka tak mengerti tapi mereka komentari itu begitu menyulitkanku, aku lelah hujan. Tolong tutup mulut mereka atau tutup saja kupingku ini, agar aku lebih tegar dari pada hari ini. Aku rapuh, benar-benar dititik kerapuhan yang tertinggi. Kini sampai aku sulit bernafas, aku sesak, aku tak kuasa membendung bulir asin ini. Hujan, tanpamu aku tak bisa menangis dengan bebas. Aku takut mereka tau. Aku tak ingin caci maki terdengar lagi, aku ingin
Abadilah dalam tulisanku