Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Aku Ingin Pucat Pasi

Semilir angin merasuk secara perlahan. Ditengah galau, dilema, dan kacau ini rasa muram dan durja menjalar kemana-mana. Aku kalap, aku kecewa dalam lelah. Hujan, aku rindu gemercikmu yang suaranya bising namun meneduhkan hatiku, aku rindu dingin yang membuat tubuhku menggigil kaku, hujan aku ingin pucat pasi. Aku lelah karena lelahku tak dihargai. Apa mereka tak tau kalau lelahku ini karena mereka bahkan untuk mereka!! Aku berjalan diatas duri menahan perih dengan hati yang berdarah karena siapa??? "karena mereka". Persoalan yang mereka tak mengerti tapi mereka komentari itu begitu menyulitkanku, aku lelah hujan. Tolong tutup mulut mereka atau tutup saja kupingku ini, agar aku lebih tegar dari pada hari ini. Aku rapuh, benar-benar dititik kerapuhan yang tertinggi. Kini sampai aku sulit bernafas, aku sesak, aku tak kuasa membendung bulir asin ini. Hujan, tanpamu aku tak bisa menangis dengan bebas. Aku takut mereka tau. Aku tak ingin caci maki terdengar lagi, aku ingin

Rindu Terjebak Basah Bersama

Ada gemuruh yang terdengar  menggelegar, diikuti sinar kilat yang bercahaya dari langit, langit pun gelap karena putih  awan sepertinya berubah jadi kelabu. Cuaca tak bersahabat yang dirindukan oleh tanah, rumput, pepohonan, serta seluruh penghuni jagatraya yang kehausan pada musim kemarau. Suara riuh bahagia terdengar dari sahut-sahutan kodok yang ritmenya indah, anak-anak berlarian bersiap untuk perang tanah dibawah hujan. Semuanya menyambut tetesan air dari langit itu dengan bersahaja. Titik demi titik air berjatuhan bagaikan jarum-jarum patah, makin lama makin menyerbu. Aku memandangi embun yang mulai muncul dijendela dari kamarku, makin lama makin tebal, biasanya aku suka menggambar payung pada kaca yang berembun seperti itu. Tapi rasanya sedang tidak biasa, entah mengapa rasanya gamang padahal biasanya aku paling suka hujan. Ah tidak, sampai sekarang malah aku masih suka hujan, "hujan yang deras, bising, dan membuat basah". Aroma debu jalanan menyeruak perlahan k

I'm Not "Rest Area"

Aku lelah dari kemarin berjalan terseok-seok tanpa arah. Aku sendiri tak tau aku mencari apa, entah atau aku memang pura-pura tidak tau. "padahal aku tau, aku mencari kamu". Aku tak mau mengakui apa-apa, yang jelas aku sedang hilang akal sehat, iya aku sakit jiwa. Aku sedang berkonspirasi dengan hatiku. "aku takut kalah". Kamu masih bersamaku saja aku amat khawatir kalau kamu hilang, bagaimana jika kita dipisahkan oleh jarak?? Pikiran buruk tentang segala kemungkunan menggelayutiku, aku frustasi, benar-benar frustasi. Kamu jangan pergi lagi, aku tak mau kembali dalam neraka yang kulalui sendiri, "aku mau kamu berjanji takkan pergi". Aku siapa??  Aku tau ucapanku tak harus kau dengarkan, aku takut memaksamu, aku takut kau malah kabur. Siang-siang saja aku disuguhi mimpi buruk, rasanya seperti nyata terjadi kalau kamu jalan menjauh dengan punggung yang membelakangi, "jangan pergi, aku tak mau menderita sendiri". Fikiranku malah menghantui

Hanya ingin bilang "Aku Lelah"

Aku tidak mampu berbohong lagi. Tuhan, kau tau apa saja penderitaanku serta duka hatiku. Kau pun tau jelas kondisi serta mampuku untuk menghadapi segala hal itu. Tidak sebentar bahkan sudah cukup lama aku dikondisikan dalam keterpurukan, lalu mengapa segala hal itu tak kau mudahkan tapi malah bertambah parah kondisinya. Aku lelah, entah sudah kali keberapa kukatakan hal itu dalam hati. Lelah yang tak pernah ku ungkapkan, lelah yang kuabaikan, lelah yang ku coba hilangkan namun tak kunjung habis. Bukan aku sabaran tapi aku hanya ingin tau kapan segalanya membaik? Aku hanya merasa begitu amat menyedihkan, menyimpan kemuraman durja ini lewat tulisan-tulisan cengeng seperti ini. Tak semua kutunjukkan, padahal lukaku banyak, perihku penuh, sakitku bertubi-tubi. Karena aku masih tau batasanku. Aku cukup punya otak untuk tidak mengatakan hal yang tak pantas, tapi aku pun lelah merasa tak pantas ada diantara dunia yang menuntut kesempurnaan ini. Bising, kedengarannya bising sekali dunia

Tikus Tinta

Aku punya banyak cerita lewat tinta. Mulai dari goresan yang terkecil sampai dengan coretan yang menghasilkan karya. Iya, aku memang seorang amatiran, bukan penulis ternama yang karya nya banyak dipajang di Toko buku Gr*medi*. Sampai saat ini aku masih suka bermimpi lewat tinta, walau hanya dengan menggambar daun yang gugur lalu tertiup angin, aku berharap angin yang membawa daun itu juga berhembus membawa mimpiku agar tersebar ke dunia penuh imajinasi nyata. Baru kemarin rasanya, aku terjebak dalam mimpi buruk. Daun-daun yang kugambar tidak tertiup angin, namun ada yang menyapu dan memasukkannya dalam tong sampah. Aku begitu resah, bagaimana dengan nasib mimpi-mimpiku jika ia pun ikut terjebak diatas tumpukan daun kering yang disapu itu. Aku tak ingin mimpiku terbakar bersama daun yang terjebak itu. Aku ingin memperjuangkannya, biarkan tanganku bergerak bebas, mengukir setiap huruf dengan tinta, berjuang dengan tulisan, menyatukan tiap kata agar punya makna yang tersampaikan, hingg

Dasar Rumput Liar

Aku mulai lelah, mulai bosan.... Kurasa kamu terlalu tarik ulur, padahal aku bukan layangan Kamu kenapa?? Kenapa bisa jadi siluman berwajah dobel. Dari depan bisa terlihat bagai malaikat namun sisi belakangmu nampak seperti iblis. Aku benci kamu yang seperti malaikat itu, jika kamu memang iblis seharusnya jangan bodohi aku dengan menyamar sebagai malaikat. Aku tau dunia tempat kita tinggal ini bagaikan panggung sandiwara, tapi aku tak mau bermain peran yang seperti ini, aku benci lakonmu yang membuatku terperangah hingga terpedaya. Aku benci itu. Aku takut menganggap kamu yang pura-pura itu sungguhan. Aku takut terlalu berharap jadi pemeran utama jika nyatanya aku hanya seorang figuran. Aku lelah, bolehkah aku mengeluh?? Aku sesak, bolehkah aku menangis?? Aku terluka, bolehkah aku menyembuhkannya? ? Hatiku berdarah parah, tak terlihat merah namun aku sangat yakin lukanya sangat dalam. Apa sebenarnya ini, sepertinya aku semakin bergurau, kataku jadi makin ambigu, dan aku terl