Langsung ke konten utama

Dasar Rumput Liar

Aku mulai lelah, mulai bosan....
Kurasa kamu terlalu tarik ulur, padahal aku bukan layangan
Kamu kenapa??
Kenapa bisa jadi siluman berwajah dobel. Dari depan bisa terlihat bagai malaikat namun sisi belakangmu nampak seperti iblis.
Aku benci kamu yang seperti malaikat itu, jika kamu memang iblis seharusnya jangan bodohi aku dengan menyamar sebagai malaikat.
Aku tau dunia tempat kita tinggal ini bagaikan panggung sandiwara, tapi aku tak mau bermain peran yang seperti ini, aku benci lakonmu yang membuatku terperangah hingga terpedaya. Aku benci itu.
Aku takut menganggap kamu yang pura-pura itu sungguhan. Aku takut terlalu berharap jadi pemeran utama jika nyatanya aku hanya seorang figuran.
Aku lelah, bolehkah aku mengeluh??
Aku sesak, bolehkah aku menangis??
Aku terluka, bolehkah aku menyembuhkannya? ?
Hatiku berdarah parah, tak terlihat merah namun aku sangat yakin lukanya sangat dalam.
Apa sebenarnya ini, sepertinya aku semakin bergurau, kataku jadi makin ambigu, dan aku terlihat lugu hingga aku kau anggap dungu.
Aku tau aku memang bukan sosok ideal seperti yang kau idamkan, aku cukup tau diri akan hal itu. Tapi perlu kau tau wahai pria setengah dewa yang sok sempurna!!  Aku memang bukan peri bersayap putih dan berhati bersih, tapi hatiku yang kau potong-potong ini punya cinta untukmu.
Cinta yang kau tak pernah tau, cinta yang kau anggap konyol, cinta yang takkan pernah tersampaikan, cinta yang dari kemarin kau tarik ulur, cinta yang kau fikir hanya sebuah peran, cinta yang hanya aku saja rasakan sepihak.
Beberapa waktu lalu hatiku masih utuh, sebelum kau bibit harapan yang tak pernah tumbuh itu. Aku kini terlalu lelah menanti bibit itu berkembang, padahal sudah kusiram dan kupupuk, tapi kau malah membiarkan rumput liar tumbuh disekitarnya.
Aku benci kamu, petani yang tak tau caranya menanam bibit!  Aku benci kamu, rumput liar yang tumbuh disekitar bibit.
Aku ingin pergi saja sekarang, menjadi angin yang berhembus dan tak kan pernah berbalik arah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...