Aku mulai lelah, mulai bosan....
Kurasa kamu terlalu tarik ulur, padahal aku bukan layangan
Kamu kenapa??
Kenapa bisa jadi siluman berwajah dobel. Dari depan bisa terlihat bagai malaikat namun sisi belakangmu nampak seperti iblis.
Aku benci kamu yang seperti malaikat itu, jika kamu memang iblis seharusnya jangan bodohi aku dengan menyamar sebagai malaikat.
Aku tau dunia tempat kita tinggal ini bagaikan panggung sandiwara, tapi aku tak mau bermain peran yang seperti ini, aku benci lakonmu yang membuatku terperangah hingga terpedaya. Aku benci itu.
Aku takut menganggap kamu yang pura-pura itu sungguhan. Aku takut terlalu berharap jadi pemeran utama jika nyatanya aku hanya seorang figuran.
Aku lelah, bolehkah aku mengeluh??
Aku sesak, bolehkah aku menangis??
Aku terluka, bolehkah aku menyembuhkannya? ?
Hatiku berdarah parah, tak terlihat merah namun aku sangat yakin lukanya sangat dalam.
Apa sebenarnya ini, sepertinya aku semakin bergurau, kataku jadi makin ambigu, dan aku terlihat lugu hingga aku kau anggap dungu.
Aku tau aku memang bukan sosok ideal seperti yang kau idamkan, aku cukup tau diri akan hal itu. Tapi perlu kau tau wahai pria setengah dewa yang sok sempurna!! Aku memang bukan peri bersayap putih dan berhati bersih, tapi hatiku yang kau potong-potong ini punya cinta untukmu.
Cinta yang kau tak pernah tau, cinta yang kau anggap konyol, cinta yang takkan pernah tersampaikan, cinta yang dari kemarin kau tarik ulur, cinta yang kau fikir hanya sebuah peran, cinta yang hanya aku saja rasakan sepihak.
Beberapa waktu lalu hatiku masih utuh, sebelum kau bibit harapan yang tak pernah tumbuh itu. Aku kini terlalu lelah menanti bibit itu berkembang, padahal sudah kusiram dan kupupuk, tapi kau malah membiarkan rumput liar tumbuh disekitarnya.
Aku benci kamu, petani yang tak tau caranya menanam bibit! Aku benci kamu, rumput liar yang tumbuh disekitar bibit.
Aku ingin pergi saja sekarang, menjadi angin yang berhembus dan tak kan pernah berbalik arah.
Kurasa kamu terlalu tarik ulur, padahal aku bukan layangan
Kamu kenapa??
Kenapa bisa jadi siluman berwajah dobel. Dari depan bisa terlihat bagai malaikat namun sisi belakangmu nampak seperti iblis.
Aku benci kamu yang seperti malaikat itu, jika kamu memang iblis seharusnya jangan bodohi aku dengan menyamar sebagai malaikat.
Aku tau dunia tempat kita tinggal ini bagaikan panggung sandiwara, tapi aku tak mau bermain peran yang seperti ini, aku benci lakonmu yang membuatku terperangah hingga terpedaya. Aku benci itu.
Aku takut menganggap kamu yang pura-pura itu sungguhan. Aku takut terlalu berharap jadi pemeran utama jika nyatanya aku hanya seorang figuran.
Aku lelah, bolehkah aku mengeluh??
Aku sesak, bolehkah aku menangis??
Aku terluka, bolehkah aku menyembuhkannya? ?
Hatiku berdarah parah, tak terlihat merah namun aku sangat yakin lukanya sangat dalam.
Apa sebenarnya ini, sepertinya aku semakin bergurau, kataku jadi makin ambigu, dan aku terlihat lugu hingga aku kau anggap dungu.
Aku tau aku memang bukan sosok ideal seperti yang kau idamkan, aku cukup tau diri akan hal itu. Tapi perlu kau tau wahai pria setengah dewa yang sok sempurna!! Aku memang bukan peri bersayap putih dan berhati bersih, tapi hatiku yang kau potong-potong ini punya cinta untukmu.
Cinta yang kau tak pernah tau, cinta yang kau anggap konyol, cinta yang takkan pernah tersampaikan, cinta yang dari kemarin kau tarik ulur, cinta yang kau fikir hanya sebuah peran, cinta yang hanya aku saja rasakan sepihak.
Beberapa waktu lalu hatiku masih utuh, sebelum kau bibit harapan yang tak pernah tumbuh itu. Aku kini terlalu lelah menanti bibit itu berkembang, padahal sudah kusiram dan kupupuk, tapi kau malah membiarkan rumput liar tumbuh disekitarnya.
Aku benci kamu, petani yang tak tau caranya menanam bibit! Aku benci kamu, rumput liar yang tumbuh disekitar bibit.
Aku ingin pergi saja sekarang, menjadi angin yang berhembus dan tak kan pernah berbalik arah.
Komentar
Posting Komentar