Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Kemarin itu

Mengapa harus kamu? Jika ku ketahui pemilik hati ini yang sesungguhnya, beranjak aku dari kemarin. Aku.. Disampingmu bukan karena memilihmu, hanya waktu itu semua menetap dengan sendirinya. Seringkali kamu yang tak tau diri itu jadi sebab depresiku, namun tak tau mengapa ragaku masih bersikukuh untuk menetap. Kian hari mencintaimu membuatku kelelahan, aku bertahan diantara banyak pertanyaan yang tak sanggup terutarakan, dan kamu menenggelamkan ku dalam ketidakpastian yang gamblang antara perasaan yang nyata atau hanya halusinasi sementara. Aku dalam kondisi sadar sejak kemarin, saat aku melibatkan diri dengan sosok bodohmu. Tapi sepertinya mabukmu tak pernah reda sejak kemarin itu, hingga aku tak tau, apakah aku pernah kau anggap nyata. Seperti angin, aku merasa hanya berlalu disekitarmu, tak seperti oksigen yang selalu kau butuhkan meski dalam mabukmu. Bahkan kulit hitammu cukup tebal untuk tak merasakan aku berhembus berlalu lalang, tak seperti daun yang berguguran karenaku.

Diriku hilang, di November yang hujan-

November datang lagi, hanya saja hari-hari berlalu lama akhir-akhir ini. Hujan menyambut mulai dari awal November. Namun tidak setenang biasanya, segalanya makin kalut jika dirasakan. Segalanya tak berjalan sesuai rencana, apa yang diharapkan banyak tak tercapai, seperti aku menjalani hidup yang bukan milikku. Kupikir setelah banyak kesulitan terlalui, menjadi dewasa adalah hal yang mudah, namun nyatanya menjadi dewasa tak sesederhana itu. Sebelumnya tak pernah aku pikir akan sesulit ini, dan rasanya sangat menyusahkan. Segala keputusan saling melibatkan, hingga aku merasa, -aku kehilangan diriku sendiri. Hidup tanpa jiwa, hanya dengan raga yang terlalu lelah untuk dipaksakan. Jika pilihan adalah sebuah langkah untuk meninggalkan lainnya, bisakah aku tak perlu memilih?? Jika kenangan terasa begitu dirindukan setelah segalanya berlalu, bisakah waktu berhenti pada detik yang ku inginkan saja? Jika kenyataan akan terasa begitu menyulitkan, bisakah aku hanya menjadi tokoh fiksi