Sesak, mengapa hati ini terasa terhimpit. Lalu apa ini, mengapa pelupuk mataku banjir, air apa ini yang mengalir hangat sampai ke pipi. Sakit, mengapa begitu amat menyakitkan? Hingga rasanya pilu sekali. Aku benci, aku kecewa. Mengapa kamu tak mengerti, aku butuh kamu. Aku sendiri tak tau dengan kondisiku. Menantimu, menatap layar ponsel yang cahayanya mati. Berharap kamu menyapa supaya kita bisa bercakap sampai larut. Tak usah bicara pun tak apa jika kau tak mau, hanya diam diujung telpon dan mendengarkanmu pun aku tak apa. Temani aku, aku hanya kesepian. Saat ini aku kacau, aku ketakutan. Aku bukan pengecut tapi aku takut. Kamu kemana?? Kamu tak peduli sama sekali. Abaikan saja aku, lakukanlah sesukamu Tuan. Jika kau anggap aku ini memang bukan apa-apa untukmu jangan terlihat sok peduli waktu dulu. Apa ingin lagi kau permainkan wanita bodoh ini?? Apa ingin lagi kau acuhkan wanita ini. Lihatlah Tuan, betapa menyedihkannya dia karenamu. Mengapa kay senang sekali menarik ul
Abadilah dalam tulisanku