Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Tak Penting Lagi

Sesak, mengapa hati ini terasa terhimpit. Lalu apa ini, mengapa pelupuk mataku banjir, air apa ini yang mengalir hangat sampai ke pipi. Sakit, mengapa begitu amat menyakitkan?  Hingga rasanya pilu sekali. Aku benci, aku kecewa. Mengapa kamu tak mengerti, aku butuh kamu. Aku sendiri tak tau dengan kondisiku. Menantimu, menatap layar ponsel yang cahayanya mati. Berharap kamu menyapa supaya kita bisa bercakap sampai larut. Tak usah bicara pun tak apa jika kau tak mau, hanya diam diujung telpon dan mendengarkanmu pun aku tak apa. Temani aku, aku hanya kesepian. Saat ini aku kacau, aku ketakutan. Aku bukan pengecut tapi aku takut. Kamu kemana?? Kamu tak peduli sama sekali. Abaikan saja aku, lakukanlah sesukamu Tuan. Jika kau anggap aku ini memang bukan apa-apa untukmu jangan terlihat sok peduli waktu dulu. Apa ingin lagi kau permainkan wanita bodoh ini??  Apa ingin lagi kau acuhkan wanita ini. Lihatlah Tuan, betapa menyedihkannya dia karenamu. Mengapa kay senang sekali menarik ul

Apa Kamu Tau ???

Apa kamu tau hal yang paling indah dari hujan???  Hujan masih mau kembali meskipun ia tau rasanya jatuh berkali-kali. "Aku mau kamu seperti hujan, aku mau kamu terus kembali meski terkadang aku membuatmu tersandung sampai kau tersungkur, aku mau kau mengabaikan sakit hadir saat jatuh itu dan percayalah, aku akan menyesal sudah membuatmu terjatuh". Apa kamu tau mengapa aku suka hujan??? Karena hujan memahamiku, karena hanya dibawah hujan aku dapat menyembunyikan air mata. "Aku ingin suka kamu seperti aku suka hujan, aku ingin kamu dapat memahamiku lebih dari hujan, aku ingin kamu dapat menyeka air mataku atau membiarkan bahumu basah dengan air mataku, bukan hanya sekedar menyembunyikan tapi menghapusnya dan takkan membiarkan air asin itu membanjiri kelopak mataku ini". Apakah kamu tau kalau cinta itu menguatkan tapi Egois dapat merusaknya???  Iya bukankah selama ini hanya keegoisan yang membuat cinta kita berjarak. "Aku ingin kamu tetap cinta walau terkadang

I Have a Dream

Hanya coretan sang pemimpi yang gila dengan imajinasi Egoiskah jika aku menginginkan kamu jadi sebab bahagiaku?? Mungkin aku terdengar seperti terlalu memaksa, tapi apa dayaku yang tak kuasa jika kamu yang kucintai malah jadi sebab sedihku. Aku takut. Aku takut kamu pergi lagi Padahal aku punya mimpi kalau kita bisa bersama  sampai besok, minggu depan, bulan selanjutnya, tahun yang akan datang, selama aku hidup, sampai kita terpisah di dunia yang fana hingga dipertemukan lagi di nirwana. Aku terlanjur candu. Aku takut kalap jika tak menghirup aroma tubuhmu, aku tak masalah kalau harus overdosis karena berlebihan memandangimu. Seperti kemarin saat kamu pergi, aku tak mengerti hidupku, mengapa tiba-tiba seperti didunia ini aku hanya sendiri. Aku gila, sampai tak tau aku ini siapa. Kamu juga gila, meninggalkan aku saat sedang cinta-cintanya. Ya, kita berdua adalah orang gila yang saling cinta. Ketergantungan ini amat membebaniku, menghantui setiap sudut fikiranku kalau sewaktu-

Terjebak Basah Bersama

Aku sedang menatap hujan yang hadir sore ini, tak ada yang menarik hanya air yang datang secara bersamaan dari langit. Seperti itulah hujan, namun dalam setiap rintiknya aku sedang membangun beberapa mimpi indah, menulis mimpi yang mungkin akan hujan sampaikan kepada langit. Aku suka melihat titik-titik hujan karena tampak seperti jarum-jarum  patah dari langit. Warnanya keperakan ketika ditimpa sinar lampu jalanan. Jatuhnya susul menyusul sampai terlihat seperti tirai benang. Indah sekali. Aku punya sekeping mimpi yang sejak lama hanya kubiarkan mengambang bersama dedaunan yang tertiup angin. Angin yang hanya berseliweran disekelilingku. Ada selembar daun yang jatuh melayang tanpa daya. Warnanya sudah kecoklatan, kemudian daun itu menyentuh permukaan air hujan yang menggenang. Apakah mimpiku akan bernasib sama dengan daun itu?  Apakah mimpiku sama halnya akan menyentuh genangan air hujan yang akan mengering jika mentari datang?? Entahlah.. biar segalanya berlalu seperti angin, aku

Tujuh Belas Hari Kejahatanmu Berlalu

Apakah kamu pernah merasakan rindu namun tak berani berharap temu ? Aku pernah. Apakah kamu pernah merasakan sesak didada karena melihat orang yang ingin kau sentuh namun tak dapat tersentuh?  Aku pernah. Apakah kamu pernah merasakan sakit karena ditinggal pergi saat sedang cinta-cintanya?  Aku pernah. Apakah kamu pernah merasakan sulitnya menahan perasaan tapi malah perasaan itu meluap-luap?  Aku pernah. Entah apa namanya perasaanku saat ini. Aku amat begitu tak mengerti. Hari ini aku banyak sekali bertemu dengan orang yang sama-sama kita kenal. Tak ada yang istimewa, hanya saja mereka semua bertanya padaku mengenai hubungan kita?  Apakah begitu terlihat dimata dunia tentang perpisahan kita ini, mengapa semua orang menanyakan kebersamaan yang telah hilang itu. Hatiku sesak, lidahku kelu. Entah aku harus menjawab apa, berkata sebenarnya bahwa kita memang bukan siapa-siapa lagi rasanya amat menyakitiku. Tujuh belas hari, lewat dua pekan kita berjalan sendiri tanpa saling mengenal

Jarak Yang Tak Terjangkau

Apakah kamu tau aku masih menyimpan segalanya didalam kotak yang namanya kenangan ?? Aku seperti berada dua musim secara bersamaan. Musim yang bengis dan membuat kelu secara tiba-tiba dalam kurun waktu yang hanya se per sekian detik. Musim itu lebih beku dari pada musim salju, membuat segalanya terasa dingin hanya dengan dilihat mata. Musim itu juga lebih kering dari musim kemarau, membuat segalanya terasa panas hanya dengan merasakannya. Panas dan dingin itu datang secara bersamaan menjalar keseluruh tubuh tanpa diperintah. Panas dingin itu menimbulkan rasa aneh, rasa aneh yang aku tau namanya, Rindu. Aku masih belum percaya dan benar-benat tak percaya dengan apa yang kulihat barusan tadi, ada sosok yang sangat kukenali hanya dengan melihat punggungnya dari belakang, sosok yang aku hafal benar setiap lekuk tubuhnya, kamu iya kamu. Kamu yang barusan tadi ada di depanku, dan hanya beberapa meter kita dipisahkan oleh jarak, dan jarak itu tak dapat kujangkau. Aku, aku terpaku, terd

Empat Belas Hari Setelah Kau Pergi

Hari ini panas begitu terik. Kemarau panjang melanda bumi juga hatiku. Aku fikir rasa rapuh hanya akan datang saat hujan, tapi mengapa aku rapuh di bawah terik matahari. Aku bahkan merasa rindu dengan hujan. Aku ingin bercengkrama dengan hujan dan membiarkan kesedihan ini tumpah ruah bersamanya. Hari ini hari ke empat belas. Iya rasanya masih sama menyedihkannya seperti hari pertama saat kau pergi tanpa lambaian tangan. Hanya hari ini aku sudah cukup merelakanmu walau sesungguhnya hatiku tak ingin. Ya namun apa daya hatiku,  ia tak dapat memaksa keinginannya bukan. Aku tak tau harus berbuat apa lagi kini untuk menyembunyikan kesedihanku. Aku sudah berusaha untuk terlihat sebahagia mungkin dimatamu juga dimata dunia. Aku sudah berusaha untuk terlihat tak apa walaupun aku kenapa-kenapa. Aku hanya lelah berpura-pura, aku lelah mbohongi diri. Aku tak ingin memaksa kau hadir kembali, tapi setidaknya jangan muncul dan terus gentayangan dihati juga otakku. Aku amat tak kuasa karena pend

Sepuluh Hari !

Hallo Past... Masih bolehkan aku menyapamu, maaf aku hadir disaat seperti ini, sungguh aku hanya ingin menyapa lewat tulisan ini dan tak ada maksud lain. Lagi pula aku tau kau takkan pernah membaca ini, karena aku masih ingat benar kau sama sekali tak peduli pada kegemaranku yang gila akan imajinasi ini. Iya kamu tak seperti dia Past, dia begitu suka membaca tulisan-tulisanku, ia begitu memperhatikan cerita-ceritaku, ia bahkan sering menantikan cerita dariku, ia juga sering menanyakan hal mengenai kegemaranku ini. Tapi hal itu sudah tak ada lagi Past, dia sudah tak peduli tentang segalanya. Maaf Past, seharusnya aku tak membandingkan kamu dengannya, karena kalian memang berbeda, kesamaannya hanyalah kalian adalah pria yang kucintai begitu dalam, dan perbedaannya kamu adalah cinta dari masalaluku yang kutinggalkan, dan dia adalah cintaku yang kini meninggalkan. Jika saat ini kamu tau kondisiku pasti kamu ingin menertawakannya Past, ia tak apa tertawalah sepuasmu, aju takkan marah at

Sembilan Hari Berlalu

Malam ini berbeda dari biasanya. Angin yang bertiup membuat tubuh ini tak kuasa untuk tidak bersembunyi dibalik selimut. Namun malam ya tetap saja begini, gelap, sunyi, dan sepi. Seolah pagi benar-benar enggan untuk kembali. Aku masih disini dan belum memahami apapun mengenai perpisahan kita yang tak terasa sudah sembilan hari berlalu. Aku lihat kamu baik-baik saja tanpaku, tak seperti diriku yang begitu terlihat menyedihkannya karena merasa menderita oleh perpisahan ini. Tampaknya kau bahagia?? Egois sekali perasaanmu itu, bahkan aku disini bersedih karena berhari-hari memeluk rindu yang tak dapat kurengkuh. Aku mencoba menjauhkan segalanya tentangmu dari hidupku, tapi mengapa tetap saja walau tanpa diminta kamu masih bermunculan disudut hati dan otakku. Kamu benar-benar tak tau diri, mengapa tak mau pergi dari hati ini padahal hatimu saja sudah mengusirku secara paksa dengan kejamnya. Malam ini aku mencoba membalas chat dari beberapa teman priaku, tapi tetap saja tak ada yang men

Tujuh Hari Tanpamu

Aaahhh akhirnya tubuhku mulai membaik, meski suaraku sesekali masih terdengar seperti kodok tapi setidaknya rahangku tak lagi terasa seperti tertancap duri. Sudah dua hari ya aku tak bercerita, aku tak tau harus bilang apa lagi, aku bingung harus menulis apa selain membahas tentangmu yang tak terasa sudah seminggu terakhir ini lari dari hidupku. Tujuh hari ya, belum cukup lama namun cukup membuat hariku selama itu seperti masuk dalam neraka yang tak ingin kusentuh. Aku masih sering bingung dan tak memahami mengapa hal seperti ini terjadi begitu saja. Apa lagi keputusanmu itu, benar-benar tak dapat kupahami hingga saat ini dan aku berharap kau pun tak memahami hingga akan menyesalinya. Ahhh sepertinya tak mungkin ya, lagipula kelihatannya kau sudah dengan mudah melupakan berbulan-bulan kebersamaan kita itu ya. Tidak seperti aku yang masih terpaut oleh segala hal tentangmu. Beberapa hari ini waktuku hanya kuhabiskan untuk mengurung diri didalam kamar, jika normalnya orang tidur hanya