Langsung ke konten utama

Tujuh Hari Tanpamu

Aaahhh akhirnya tubuhku mulai membaik, meski suaraku sesekali masih terdengar seperti kodok tapi setidaknya rahangku tak lagi terasa seperti tertancap duri. Sudah dua hari ya aku tak bercerita, aku tak tau harus bilang apa lagi, aku bingung harus menulis apa selain membahas tentangmu yang tak terasa sudah seminggu terakhir ini lari dari hidupku.
Tujuh hari ya, belum cukup lama namun cukup membuat hariku selama itu seperti masuk dalam neraka yang tak ingin kusentuh. Aku masih sering bingung dan tak memahami mengapa hal seperti ini terjadi begitu saja. Apa lagi keputusanmu itu, benar-benar tak dapat kupahami hingga saat ini dan aku berharap kau pun tak memahami hingga akan menyesalinya.
Ahhh sepertinya tak mungkin ya, lagipula kelihatannya kau sudah dengan mudah melupakan berbulan-bulan kebersamaan kita itu ya. Tidak seperti aku yang masih terpaut oleh segala hal tentangmu.
Beberapa hari ini waktuku hanya kuhabiskan untuk mengurung diri didalam kamar, jika normalnya orang tidur hanya delapan jam, aku malah hanya hidup delapan jam dan enam belas jam sisanya aku manfaatkan untuk tidur dan bermimpi indah.
Bermimpi bahwa kebersamaan kita belum berakhir, bermimpi kita masih saling berbagi kisah kasih, bermimpi kita masih saling bicara via telpon setiap malamnya. Mimpi-mimpi itu begitu indah hingga sampai rasanya aku tak ingin bangun lagi dari tidurku, hingga setiap aku membuka mata dipagi hari tak terasa hatiku seketika hancur karena sadar segalanya hanya mimpi, mimpi indah yang tak pernah bisa kembali jadi nyata, mimpi yang hanya aku yang miliki, mimpi yang tak pernah kau tau, mimpi yang akan terlupakan seiring waktu berlalu.
Mengapa?? Kini kita saling mengasingkan diri, padahal kita tau pengasingan ini begitu menyakitkan.
Mengapa?? Kini aku jadi hilang kendali, padahal tadinya aku begitu terkendali.
Perpisahan tanpa alasan ini begitu menyakitiku, membunuh perasaanku secara perlahan, membuatku hatiku jadi mati. Aku pucat pasi, tapi jiwaku masih diraga ini hanya saja jiwa ini seperti kehilangan fungsinya hingga hanya menetapi raga yang kini penuh kekosongan.
Aku ingin tau?? Apakah kamu masih peduli?? Namun aku sering menerka bahwa tak mungkin kamu peduli, buktinya kamu membuatku hancur sejadi-jadinya seperti ini. Siapa pula yang akan percaya jika kamu masih peduli??
Tapi mengapa jika tak peduli, kau masih menulis tentangku di dinding facebookmu!
Aku kan yang kau bilang penulis amatiran itu saat kau menulis "she is author amateur" di dinding itu.
Mengapa? Kau ingin menertawaiku karena aku memang penulis amatiran?? Karena tulisan-tulisanku kini segalanya hanya tentangmu dan tak ada yang lain??
Jadi apa itu salahku jika aku hanya tau menulis tentang dirimu! Bukankah kau yang melarangku bercerita tentang masalaluku kala itu, kau bilang apa artinya dirimu jika aku masih menceritakan masalaluku.
Hingga kini aku tak pernah lagi bicara tentangnya dan benar-benar ada kamu sepenuhnya tapi kamu malah pergi begitu saja tanpa permisi.
Mengapa kamu begitu jahat, setelah berhasil membuatku hanya terfokus padamu tapi kamu malah mengakhiri segalanya.
Sekarang aku tak tau lagi harus menulis apa selain tentangmu, selain kisah kita, selain kejahatanmu.
Biar sajalah, lagi pula sudah terlanjur seperti ini. Mau diapakan lagi??
Biarsaja semua orang tau kisah ini, biar saja semua orang ikut merasakan luka ini, dan biar saja semua orang tau kejahatanmu itu!!
Sudahlah, jika kau ingin pergi ya pergi! Tapi jangan membayangiku lagi, jangan menebar bibit harapan itu, aku remuk karena aku tau harapan itu semuanya palsu !
Jika aku masih memikirkanmu, menulis tentangmu, bahkan menyayangimu. Ya tolong biarkan saja, ini urusanku dan perasaanku. Kamu sudah tak punya hak yang bersangkutan dengan peraaaanku ini.
Memangnya kenapa kalau diam-diam aku masih merindukanmu. Bukankah kamu tak peduli sama sekali mengenai rinduku itu.
Aku hanya tak tau sampai kapan penderitaan ini usai, sampai kapan hidupku kembali normal, aku ingin tak peduli lagi tapi sulit sekali untuk bersikap seperti itu.
Segalanya sulit bagiku, bagaimana aku harus terbiasa tanpamu, bagaimana aku harus  melupakanmu. Tapi kini segalanya sudah berbeda, aku dipaksa untuk menjauh darimu, aku dipaksa untuk merelakanmu. Hingga aku harus dipaksa percaya bahwa sampai akhirnya kita memang tak dapat lagi bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...