Aku tak tau ingin memulai ini
dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan
untuk ku aksarakan.
Sayang, sebelum bertemu
denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal
terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang
berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi.
Aku punya banyak mimpi yang
kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih
nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah
ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya
yang terlihat indah serta membahagiakan.
Taukah kamu sayang, akhir-akhir
ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu.
Mungkin jika kuceritakan akan
terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan
kurasakan.
Pernah kubilang bukan, bahwa
aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan
di pinggiran bendungan saat senja mulai berganti malam dan kehilangan
jingganya. Jingga sore itu tidak banyak, tapi cukup untuk mewarnai langit sore
itu.
Kita saling bertukar cerita,
dan setelah kuingat kala itu lebih banyak membahas tentangku, dengan perasaan gamblang,
nyaman, canggung karena kita tidak sedekat itu pada kenyataannya, hingga
perasaan yang tak kita mengerti itu berlarut-larut.
Aku bahkan masih sering tidak
percaya, akan terjadi seperti ini diantara kita, siapa yang meramalkannya, aku
pernah menghayalkannya dulu saat kita bahkan tak pernah bertegur sapa, atau
sekedar kujadikan candaan renyah dengan teman-teman saat sedang bergurau, hanya
saja sangat tidak mungkin anggapanku kala itu, karena itu hal gila yang
ternyata sekarang benar-benar ada.
Memulai segalanya dengan orang
baru, harus pendekatan lagi, basa-basi lagi, kenalan lagi, itu melelahkan
kataku kala itu, aku tak ingin melakukannya lagi. Tapi tanpa kusadari segalanya
malah ku mulai denganmu. Entah kamu orang baru atau bukan, aku pun tak tau,
bahkan sejak kapan kita kenal, dekat, atau basa-basi aku tak tau pasti
jelasnya, hanya saja malah kulakukan lagi.
Ini mungkin terdengar gila,
entah mulai kapan sayang, tapi juga kupikir, kamu mulai jadi sebab senangku,
sedihku, perasaan tak karuanku, sesak mendadakku, atau malah hahahihi tanpa
sebabku.
Sekali lagi ini akan terdengar
berlebihan sayang, tapi kurasa aku mulai mengharapkan lebih dari aku dan kamu
serta hubungan yang agak aneh ini.
Entah apa pendapatmu, aku
memang begini, terlalu sial dalam hal mencintai, selalu jatuh sejatuh-jatuhnya,
hingga mencintai terlalu berlebihan, bahkan padamu yang tak masih seperti tak
nyata.
Aku tau diantara kita ini
seperti kejutan, tapi bagiku kita adalah ketidaksengajaan yang diatur Tuhan,
bagaimana menurutmu?
Entah kamu ataupun aku, tak ada
yang tahu ini akan berakhir seperti apa, sendu, rindu, ragu, utuh, indah,
bersama atau berpisah, yang jelas selalu kunikmati setiap detik ini saat
melibatkanmu diantara waktu yang tak kembali itu.
Terkadang aku takut, pada ragu
yang seharusnya tak perlu dianggap keberadaannya, masalah hati wanita memang
selalu lebih perasa, sampai ia malah terbunuh oleh prasangka.
Sayang, setuju atau tidak kamu,
aku tetap inginkan ini, selalu membuatmu hidup dalam tulisanku, hingga kelak
apa yang kita mulai ini bersifat abadi meski diantara kita sudah ada yang mati,
entah mati perasaan ataupun tubuh ini.
Kupikir akan menyenangkan jika
apa yang kuharapkan akan kamu inginkan juga, seperti khayalan atara fantasimu
dan fiksiku bersatu. Aku ingin melihat dunia bersamamu dari sudut padang yang
berbeda, menyatukan mata kita, hati kita, dalam candu yang tak ada obatnya. Memikirkan
ingin menua bersamamu mungkin terdengar begitu serius bagimu. Tapi bisakah kelak,
ada aku yang kau lihat disetiap pagimu, setelahnya kudaratkan kecupan manis
dikeningmu diiringi sapaan selamat pagi yang ditemani senyum penuh kasih.
Atau bisakah kelak, ada kamu
yang kutanyakan hari ini ingin makan apa? Atau kukeluhkan bahwa aku bosan dirumah
menunggumu pulang, atau ada kamu yang kutanyakan kemana kita akan pergi akhir pekan
ini, kerumah ibuku atau ibumu?
Dan bisa jugakah, ada aku yang
kau ajak berdebat tentang nama anak-anakmu, lebih mirip siapa mereka, aku atau
kamu, kalau menyebalkan sudah jelas sepertimu haha..
Barangkali juga bisa ada
pertengkaran kecil antara aku dan kamu, yang diakhiri dengan tangisku kemudian
disembuhkan oleh peluk hangatmu, hingga esok harinya semua kembali normal lagi.
Bisa juga seperti aku yang menunggumu pulang hingga larut, dan kau pulang
dengan aroma alkohol serta asap rokok yang pengap, namun kutatapi kamu dengan
kekhawatiran karena marahku pasti akan kamu abaikan.
Juga bisa seperti kamu yang
kepusingan karena aku belanja terlalu berlebihan, atau kamu yang kuomeli karena
seharian tidak makan dirumah.
Seperti pasangan normal
lainnya, aku ingin melalui ini itu bersamamu, tanpa harus mempermasalahkan
rambut siapa yang akan memutih lebih dulu. Menjalani kebersamaan tanpa alasan
yang dibuat-buat, bukan hanya mengerti satu sama lain tapi memahami lebih dari
diri sendiri.
Hingga kita mengawetkan
kenangan pada setiap waktunya karena entah kamu atau aku pasti aka nada yang
pelupa lebih dulu, memandangi tanpa bosan hingga diantara kita ada yang
penglihatannya hilang lebih dulu, mendengar lebih sering tanpa mengabaikan
hingga diantara kita hanya bisa mendengar dengan lemah, hanya untuk sekedar
mengingat sisa hidup yang mungkin tak akan lama begitu indah kita lalui
bersama, hingga akhirnya saling rindu saat diantara kita entah siapa yang akan
pergi terlebih dahulu.
Hingga kita memastikan bahwa
cinta ini selalu indah sampai kita tak bisa lagi mengingat, melihat, dan
mendengar karena menua.
Komentar
Posting Komentar