Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Untuk Wanita Hujan

Hujan sore tadi menemaninya pulang, tak ada kamu, tak ada pula dia "kekasihnya". Aku tau dia sengaja pulang disaat hujan belum sepenuhnya reda, aku tau dia suka berjalan dibawah langit yang basah. Aku sama sepertinya, sama-sama suka hujan, suka aroma debu yang mengubar saat hujan turun dengan deras secara tiba-tiba. Tidak dingin menurutnya, yah aku tau karena hatinya lebih dingin dari tubuhnya yang basah itu. Sambil berjalan ia menengadahkan tangannya, untuk menampung air yang jatuh dari semesta, ia suka memandangi air yang mengalir melalui celah-celah jarinya, sama halnya seperti ia suka memandangimu "ketidakmungkinan yang masih ia semogakan". Hatinya sedang sakit, bukan lidahnya yang bicara, tapi tatap matanya menyiratkan itu. Banyak hal yang harus ia lalui walaupun itu sulit "sesungguhnya ia butuh semangat darimu". Aku tau, sulit baginya untuk meniadakan kamu,  walau dari celah tersempit di bagian hatinya. Itu yang lebih sulit, karena kamu tersemb

JEDA

Aku fikir aku punya kamu, nyatanya kamu masih seperti angin. Apa yang aku harapkan, selain sekedar sapaan selamat malam darimu. Beberapa hari ini aku merasa amat lelah, menjalani hari sambil menunggu kamu yang baunya hampir kulupa. Cepat-cepat kudekapi kamu dalam semu yang barusan diterpa angin, aku tak ingin kamu terbang lagi, atau bahkan mengepakkan sayap terlalu tinggi hingga kau tak dapat lagi kuraih. Hari ini aku merasa begitu tolol, menatapi layar ponsel yang bahkan layarnya sama sekali tak berkedip, menunggu beberapa pesan singkat yang biasanya menjadi penyemangat darimu, menununggu ditepi jalan berharap temu atau hanya untuk sekedar melihatmu lewat. Namun nyatanya kamu begitu semu, tak tersentuh bagai kabut. Aku mulai membenci perasaanku saat ini, perasaan yang dipenuhi pikiran-pikiran kusut, aku takut kamu hilang, kamu pergi, kamu berpaling, atau kamu melakukan entah apa yang membuat hati ini seperti terhimpit batu. Sesak, yah seperti itu. Sesak ini tak akan kamu meng

Rabu pagi

Rabu, pagi. mentari pagi menembus embun yang mangambang di udara, hangat pun menjalar menggantikan dingin yang menikam, tapi kenyataan tak dapat dipungkiri, hangat itu tidak menyeruak seperti biasanya, malah rasanya seperti gundah terpaut asa. aku tak mengerti, dan untuk kesekian kalinya tak mengerti, tentang hidup, hidup yang terkadang begitu lucu, aneh, membahagiakan, juga menyakitkan. aku tak mengerti mengapa harus ada yang diatas dan harus ada yang dibawah, mengapa harus ada yang tertawa sedangkan yang lain terluka, dan begitu lainnya entah berapa banyak perbandingan yang bertolak belakang itu ada. sebenarnya, aku harus jadi yang seperti apa. dari kemarin aku menguras habis air mataku, entah heran mengapa aku menyia-nyiakan air asin tak berdosa itu. aku yang berdosa, lalu apa salah nya?? apakah kalian tau makna apa yang ada dibalik "waktu". aku sedang mencoba untuk mengerti hal yang berhubungan dengannya, waktu dari masa lalu, waktu sekarang, dan waktu yang akan