Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Datanglah

Masih pagi, lagi-lagi terlalu pagi hanya untuk memikirkanmu. Pagi ini aku benar-benar membeku, menunggumu semalaman dalam hiruk pikuk yang terasa begitu sepi, hingga aku terlelap dan berakhir seperti ini, terbangun dalam kehampaan. Aku merasa begitu sedih, karena kejauhan jadi nampak teramat nyata. Apakah kamu merasakannya, kesedihanku itu Tuan. Dalam ingar-bingar yang sudah berakhir, aku masih berharap kita dapat bergandeng tangan, dan aku masih menjadi tempatmu untuk pulang. Tapi tidak seperti itu, mengapa kamu memilih untuk berhenti berjalan, jika bagimu rasa itu tak mungkin tersimpan lagi, lalu bagaimana dengan perasaanku yang terus mengalir tanpa tahu caranya berhenti. Katamu tak ada jalan untuk kembali?? Mengapa kamu terlalu mudah menyerah seperti itu, haruskah selalu aku yang mengupayakan kita? Ini terlalu menyakitkan Tuan, aku benci kita seperti ini, berada dalam satuan jarak terpanjang, pada kedekatan yang tak saling menyapa. Aku tak punya kekuatan dibalik ketiadaan in

kuharap ramai

Aku hanya ingin berhenti menjadi satu-satunya yang mengerti dan berupaya sendiri. Bukan menyerah, aku hanya kelelahan, tapi mengapa aku tak kau hampiri hanya sekedar untuk membantuku berjalan. Sebaliknya kamu malah berbalik arah dan lamat-lamat jauh hilang dari pandangan. Apa hanya aku yang satu-satunya patah hati karena perpisahan ini. Aku bahkan tak berpikir ini benar-benar berakhir, tapi mengapa kau tak jua datang, barangkali untuk menjemputku dan kembali merengkuhku dalam dekap pelukmu. Sepi rasanya, aku berjalan tanpa tau arah yang kutuju. Sepi ini menyayat hatiku, entah berapa banyak air mataku tumpah hanya untuk menangisi jarak ini. Bahkan aku membenci angin malam yang tidak sengaja membawaku pada ingatan tentangmu. Aku tersedu dalam derajat celcius yang rendah, rasanya dingin dan teramat dingin, seperti aku akan membeku menunggumu. Bukan seperti ini yang kumau, jauh dari yang kumaksudkan, tak bisa kujelaskan, sedangkan kamu tak berusaha tuk memahaminya. Mungkin jarak

Tiba-tiba

Tiba-tiba​ Tiba-tiba mendung menghampiri mata, kala mataku tertaut pandang padamu. Bukan jarak yang cukup jauh, jika hanya untuk datang, menghampirimu, kemudian memelukmu dengan erat, kemudian berkata dengan lirih ditelingamu, aku merindukanmu. Tiba-tiba berkabut, masih saat mataku memandangmu yang berjalan menjauh dari tempatku berdiri, hanya sekilas mata kita bertemu, namun kau lempar pandangan itu begitu cepat, dan seketika aku merasa dicampakkan. Cukup singkat hingga kamu menghilang dari pandanganku, sedangkan aku masih mematung membisu dengan kabut dimataku. Tiba-tiba seperti tersambar, gemuruh riuh terdengar dimana-mana, tapi aku merasa sepi, amat sepi sejak banyak waktu kulewati tanpa kita saling mengabari, aku tak tau kamu dimana, sedangkan aku masih ditempatku bersama gemuruh yang sepi menantimu menyapaku, menghampiri memelukku, membisikkan dengan lirih ditelingaku, bahwa kau pun merindukanku, lebih banyak. Seperti akan hujan.. Mendung, kabut, dan gemuruh jadi satu, dan