aku sedang mengingat rindu saat kita menyesap kopi malam itu. kopi yang aromanya tak pernah kulupakan meski sisa pahitnya sudah menghilang. aku takut akan melupakannya ketika selamat tinggal akan terucapkan lagi. entah kenapa aku punya firasat buruk tentang selamat tinggal yang berulang-ulang, tapi mungkin kata itu akan jadi penutup kali ini, karena diwaktu ini aku tidak sebodoh diwaktu kemarin dan kemarinnya. saat ini aku hanya ingin mematikan hal yang menyakitkan ini, -agar kelak kurindukan. hanya saja apa kamu sudah selesai mempermainkanku, dan jika belum lanjutkanlah, aku akan menunggumu, sampai kau berani bilang selamat tinggal lagi. aku tau kamu terlalu pengecut untuk mengambil keputusan itu hingga kamu hanya bisa bermain dititik ini, dimana hatiku kau tarik ulur dan kau biarkan menunggu, kau bahkan mendiamkan aku saat aku mencintaimu, mencekik saat hanya namamu yang kusebut dalam lafalan doa. aku bahkan bukan malaikat tapi mengapa aku hanya membiarkanmu untuk menyaki
Abadilah dalam tulisanku