Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

FIRASAT

aku sedang mengingat rindu saat kita menyesap kopi malam itu. kopi yang aromanya tak pernah kulupakan meski sisa pahitnya sudah menghilang. aku takut akan melupakannya ketika selamat tinggal akan terucapkan lagi. entah kenapa aku punya firasat buruk tentang selamat tinggal yang berulang-ulang, tapi mungkin kata itu akan jadi penutup kali ini,  karena diwaktu ini aku tidak sebodoh diwaktu kemarin dan kemarinnya. saat ini aku hanya ingin mematikan hal yang menyakitkan ini, -agar kelak kurindukan. hanya saja apa kamu sudah selesai mempermainkanku, dan jika belum lanjutkanlah,  aku akan menunggumu,  sampai kau berani bilang selamat tinggal lagi. aku tau kamu terlalu pengecut untuk mengambil keputusan itu hingga kamu hanya bisa bermain dititik ini,  dimana hatiku kau tarik ulur dan kau biarkan menunggu, kau bahkan mendiamkan aku saat aku mencintaimu, mencekik saat hanya namamu yang kusebut dalam lafalan doa. aku bahkan bukan malaikat tapi mengapa aku hanya membiarkanmu untuk menyaki

TERLUKA lagi

duniaku terbalik dalam seketika seakan semuanya luluh lantah. harusnya aku tau kecewa ini akan datang, tapi aku tidak pernah tau kalau luka ini akan begitu menyayat. harusnya aku tau untuk tidak berharap apapapun pada siapapun, termasuk kamu. harusnya aku pun tau jika aku tidak begitu berharga dimatamu, jika aku tidak amat di inginkan olehmu. bolehkah aku menyesal telah mencintaimu?? aku sedang berusaha mengganti kecewaku dengan pecahan tangis, namun nyatanya sayatan yang kau ukir makin terasa perih seolah cairan asin ini tepat menumpahi luka itu. bolehkah aku menyesal mempercayaimu, aku bahkan tak membatasi kesabaranku untukmu, tapi tak kusangka kamu sepicik itu. harusnya aku tak termakan oleh harapan yang kau tebarkan itu, namun kini aku terlanjur kenyang, lalu akan kuapakan sisa janji yang kuyakin akan menyayat lagi. harusnya aku tau janjimu hanyalah janji saja yang tak akan kau tepati, ucapanmu hanyalah bualan yang pasti, dan kamu bujan orang yang pantas dipercayai. kupik

Sibuk Bahagia

jangan mengganggu, aku sedang sibuk bahagia -tanpa kamu tentunya. jangan mengabari karena itu mengganggu kebahagianku -tanpa kamu. sebaiknya kita begini saja, begini seperti caramu, begini seperti yang kamu inginkan. berbahagia sendiri tanpa perlu saling membagi. berbahagia sendiri tanpa perlu saling peduli. aku dengan bahagiaku, kamu dengan bahagiamu -yang kau sombongkan itu. harusnya dari awal aku tau, aku dan kamu tak akan bisa jadi -kita. akan sulit meski dipaksakan seperti apapun. sudahlah, kau urus saja hidupmu yang sempurna tanpa gangguan dariku. lakukanlah maumu, hobimu, dan urusanmu. aku sungguh-sungguh-sungguh tak akan peduli -padamu juga bahagiamu. pergi saja tinggalkan aku disini dengan bahagiaku sendiri. lari sejauh yang kau bisa tanpa takut akan kuikuti, karena aku tak akan mengejarmu. kau hiduplah dengan sehat dan bahagia, jangan kuatirkan wanita ini lagi. tenang saja, aku tak akan lagi merengek-rengek ingin kesana kesini, aku tak akan lagi memaksamu berfo

Memeluk Masa Lalu

Apa aku menyerah saja. Aku sungguh takut pertahananku roboh, setelah kamu mendatangiku dalam mimpi, menegur diri ini dengan tawa dan canda tanpa benci, dan aku malah menatap pedih. Aku tau itu bukan kamu, bahkan dinding yang terbangun diantara kita cukup kental untuk menyiratkan kebencian, tapi sungguh aku tak membencimu, aku hanya membenci kebodohanku, -kala itu. Kenapa kamu muncul dengan senyum selebar itu, senyum yang bahkan membuatku menangis melihatnya, lekuk yang terlupakan dari wajahmu itu muncul dan membuatku jadi tak karuan. Entah aku bahagia atau sedih, hanya saja saat terbangun ada rasa yang tak ku mengerti -aku takut. Aku menyelami kenangan yang tlah berlalu, ada yang membuatku tersebyum kecil, ada juga yang membuatku terisak dalam diam, yang jelas ada kamu. Apa kamu hadir untuk memberitahuku, atau menyalahkanku, atau ingin membodohiku?? Maaf, aku tau aku terlalu naif. Aku baru tau, bahwa menyalahkanmu dimasa lalu adalah kebodohan terbesarku. Aku baru menyadari, b

dedaunan kering

Selamat petang. Makin gelap rindu ini makin mencanduiku, maafkan yang tak bisa menolak perihal ini. Tulisan ini masih tentangmu, akan tentangmu, dan selalu tentangmu, sampai kau memberi penawarnya -pertemuan. Maaf aku menulis perihal tentang kamu, tanpa seizinmu, anggap saja ini ilegal, tapi biarkan rindu ini tak terpenjara lagi. Malam mulai sunyi, hanya suara detik jam yang terdengar, bahkan jangkrik dan katak bersembunyi ditempat peraduannya karena dingin. Aku gelisah, makin lama makin resah, detak jantungku kini lebih cepat dari detik jam yang menempel di dinding itu. Aku tak tau aku kenapa, tapi kupikir ini adalah gejala -rindu. Ada lelah yang mendampingi rindu ini, aku lelah mengekalkan kamu dalam ingatan berbentuk rindu. Aku kalah -karena jarak dan waktu yang menjemukan ini tak dapat kutaklukkan. Apa aku menyerah saja?? Kabur, lari, lalu sembunyi  ;seperti kamu haha! Berlari menghindari penyebab rindu, lari dari penular rindu, sembunyi dari kamu yang tak tau di rindu.

Tanpa Temu

‌hari ini langit menawarkan hujan, jelas aku menerimanya, hanya saja senja sore ini terlampau dingin, amat dingin untuk berdiri didepan rumah menantimu. aku masih memandangi titik-titik air yang makin lama makin deras, hujan yang cukup indah dikala senja. aku mencarimu dari banyaknya waktu yang ada, dengan penuh keyakinan sambil meninggalkan sisi lain diriku, dan berharap kau akan kutemui meski entah dibelahan mana bumi ini. masih sama, dari dulu selalu begini, selalu aku yang mengharapkan pertemuan diantara kita, hanya aku yang suka menanti sedangkan diriku bukanlah yang dinanti kamu. kamu selalu begitu.. selalu membuatku menerka-nerka. jika malam menawarkan gelap dan pagi menawarkan rutinitas, kamu selalu menawarkan rindu, yang tak bisa kutolak. rindu ini bukan perihal ingin, tapi takdir yang membawanya, kau seharusnya mengetahuinya, kau adalah ancaman untukku terluka, tidak kurang dan tidak lebih, dan lagi tak bisa kutolak. malam ini lebih gelap dari biasanya dan rindu ini

Melelahkan

Aku tau tidak ada seorang pun yang benar-benar kuat dalam hidup ini, siapa pun orangnya mereka pasti pernah merasa bahwa kesulitan yang ditemui dalam hidup itu begitu melelahkan. Banyak keluhan yang ingin kusampaikan jika dapat, hanya saja aku belum tau dimana tempat yang tepat, kadang segala yang kuanggap sulit itu kututupi dengan senyuman untuk meringankan sedikit beban. Hanya saja, aku merasa memakai topeng, senyuman itu begitu palsu, apalagi saat kuhadapkan wajahku dengan cermin. Aku merasa wajah yang kulihat dicermin itu lebih asli, yang anehnya sosok yang kulihat di cermin itu bergitu terpuruk, dia tak dapat berhenti  menangis, dia terus berteriak, wajahnya nampak ketakutan, begitu malang, aku ingin menolongnya tapi aku malah tertawa, aku bingung siapa yang kulihat dicermin itu, aku bingung mengapa tak ada bayanganku yang sedang terbahak-bahak, lalu siapa gadis menyedihkan itu?? Kadang aku merasa hidup ini begitu tidak adil, namun siapa yang dapat disalahkan atas ketidakadila