Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

meminta

Aku ingin meminta, berharap Tuhan mendengarnya. Tuhan, Kau yang paling tau apa yang terjadi dalam hidupku, hal apa yang menjadi sebab senang dan sedihku, dan bagaimana bentuk hatiku. Jika aku menggambarkan menggambarkan, hatiku bagai pecahan kristal yang sulit disatukan, lalu berserakan hingga jauh dari kepingan lainnya, terpisah dalam sudut-sudut kosong tanpa muara. Tuhan, biarkan aku mengeluh kali ini. Segala upaya untuk mengembalikan kondisiku sudah kulakukan, tapi di ujung malam yang kulakukan hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Aku ingin bersandar, rasanya sangat melelahkan, sungguh. Aku sudah bermain peran dengan hebat, mengemas segalanya agar terlihat baik-baik saja, tertawa menutupi ribuan luka yang menghujam, dan karenanya sangat melelahkan. Aku tak punya banyak sisa kekuatan untuk melakukannya lagi, karena semakin hari semakin tidak mudah. Tuhan, kirimkan aku malaikat. Jumpai aku dengan sosoknya, aku inginkan penjaga. Siapa saja yang Kau percayai baik untukku. Aku

Cemas'

Aku tidak tau sebenarnya aku kenapa, aku hanya seperti kebingungan, dan kehilangan arah untuk diriku sendiri. Beberapa waktu lalu kupikir arah itu masih menuju ke dirimu, tapi lamat-lamat kamu menjauh dari jarak rengkuhku. Memikirkanmu, aku berada di dalam ilusi rentan pada sunyi yang penuh dengan kecemasan. Sungguh cemas, seperti merindukanmu adalah dosa yang tak seharusnya kulakukan. Tak sanggup merelakan karena harapan menjadi kejanggalan yang menjelma menjadi sebuah pertanyaan. Seperti itu dirimu kugelisahkan namun kemudian menjelma menjadi keraguan tanpa harapan. Kamu dimana sekarang? Aku masih disini, ditempat semula dimana hatiku tak pernah berhenti mencintaimu, di tempat semula dimana diri ini menunggumu. Aku masih menunggu, meski ku tau beberapa pergi tak mengenal pulang. Aku berusaha ikhlas, meski ku tau beberapa salah tak mengenal maaf. Aku masih menanti, meski beberapa belum tak mengenal sudah. Dan aku akan terima, meski beberapa lara tak mengenal rela.

Semesta lainnya'

Aku hanya ingin pergi, kemanapun terserah. Menjauh dari hiruk pikuk yang menyebalkan ini. Adakah semesta lainnya untuk ku singgahi, aku ingin kesana, menciptakan jarak yang tak sanggup kau ukur dengan kilometer, lebih jauh dari jarak terjauh yang kau pikirkan. Semesta dimana tak dapat kau tinggali, semesta yang tenang dan menyuguhkan bahagia yang sesungguhnya, hanya ada aku dan bahagiaku. Tak ada kamu, kamu, dan kamu, juga yang lainnya. Tanpa beban, tiada masalah, lepas, tak terasa berat, hanya diam, sunyi, lenggang, terhampar luas, kosong, hingga aku dapat melakukan apa saja sesuka hatiku. Disini terlalu menyesakkan, terlebih lagi ditambahkan dengan kenyataan bahwa dunia terlalu melankolis untuk tak diperdulikan. Aku sungguh kesulitan menghadapi semesta ini, aku merasa dihukum begitu lama dan terlalu lama. Ah sial, segalanya hancur hanya dalam satu waktu, padahal susah payah aku menyembuhkan hatiku dari kehilanganmu kemarin, malah disaat semuanya berlalu segalanya terungkap d