Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kita Partikel Yang Sama

Bersama hujan,  kau datang membawa awan gelap yang menenggelamkan matahari~ Aku lupa bahagia,  iya sepertinya aku benar-benar lupa. Beberapa waktu ini aku hilang imajinasi,  bahkan aku mengabaikan hidupku hanya karena perasaanku. Aku terlalu sibuk untuk menghilangkan sakit yang bersarang dihati beberapa waktu lalu, tapi setidaknya aku sudah lebih baik. Meracik kata,  menghubungkan satu persatu kata menjadi untaian kalimat yang indah,  hal itu adalah ramuan penyembuh lukaku.  Membuat perasaan lebih ringan~ Kemarin,  aku menangis dibawah hujan,  sekali lagi agar tidak ada seorang pun yang tau.  Aku sendiri tak tau jelas mengapa membasahi diri dengan sukarela dan bercengkrama dengan air yang mengalir dan meresap ketubuhku, rasanya menenangkan,  dan meneduhkan. Aku menatap langit,  dan aku tak melihat matahari,  ada awan gelap yang menyembunyikan cahayanya. Aku sedang takut,  setelah ditinggalkan saat sedang cinta-cintanya,  aku merasa lelah,  merasa segalanya sudah tak lagi berart

Bukan Lagi Tentangmu

Sebelum sejauh matahari Kita pernah sedekat nadi Ini bukan serial tentangmu,  aku berikrar pada diriku tak akan ada lagi serial tentangmu. Aku lelah dan sudah ini benar2 titik jenuhku.  Aku akan melupakan meski terlalu banyak hal yang begitu indah untukku. Lagi pula kurasa sudah tak ada artinya lagi,  begitu menurutmukan? Aku hanya mengikuti alur permainanmu saja,  menikmati sebagai penonton dan pemeran yang dicampakan. Tenang saja,  kau tak usah khawatir ataupun merasa bersalah,  aku sudah cukup baik saat ini,  ternyata tanpamu tidak seburuk bayanganku sebelumnya. Aku pikir aku bukan apa-apa tanpamu,  tapi ternyata tak seperti itu,  kata mereka aku lebih berharga tanpamu. Kalau aku sedih,  kamu tak usah peduli,  itu urusanku dengan hatiku. Dan kalau kamu memang sungguh ingin pergi,  pergilah sejauh yang kau mau,  atau menghilang saja di benua antartika. Aku,  punya banyak mimpi yang ingin kuraih, tak perlu kamu disampingku,  aku sudah bisa. Percuma saja,  menunggu hal yan

Tujuh Hari Tanpamu

Tujuh hari tanpamu,  aku pikir aku baik-baik saja Tapi nyatanya tidak.  Hari terasa berjalan amat lama dan segalanya makin menyulitkanku karena hatiku masih belum mengizinkan kamu untuk pindah tempat. Aku harus apa kalau nyatanya aku tidak sekuat itu untuk terlihat baik. Aku lelah lagi karena harus terus menerus memakai topeng ini. Lalu,  aku harus apa jika melihat foto kita tiba-tiba membuat dadaku sesak,  lalu aku harus apa jika mendengar namamu saja aku rindu,  lalu aku harus apa jika semua orang bertanya tentang hubungan kita,  lalu aku harus apa jika tatkala kita berpapasan ditengah pelarian,  lalu aku harus apa jika melihatmu saja pandangan ini selalu lekat. Aku tidak sedewasa itu untuk berada disekitarmu dan melihatmu,  sedangkan pikiranku berkata kalau "kita bukan siapa-siapa lagi". Aku bahkan ingin menyapamu dengan senyum yang merekah ataupun tawa yang renyah tapi aku takut suaraku parau,  aku takut kamu melihat jelas kepedihan yang kusembunyikan dalam-dalam i

Dua hari tanpamu

Dua hari tanpamu Aku yakin kamu sudah hitam dan kering seperti nasib tiga tangkai mawar unguku.  Apa kabarmu lelaki yang meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya? Bahagiakah kamu karena sudah mendapatkan kebebasan dariku. Aku harap begitu,  walaupun aku tidak sedang dalam keadaan baik karenanya. Beberapa hari ini diriku tak bisa tidur lelap,  tepatnya sejak dua hari yang lalu saat kamu pergi tanpa lambaian tangan. Pikiranku selalu terganggu oleh segala suatu tentang dirimu. Mulai hari itu aku menghitung lagi,  padahal aku fikir serial menghitung hari tanpamu tak akan ada lagi sejak kau berniat memperbaiki hubungan kita diwaktu itu,  dan bodohnya aku mempercayaimu. Harusnya dulu aku tidak sebodoh itu untuk percaya bahwa kau tulus dengan segala yang kau katakan itu,  seharusnya aku dapat mencegah segala kepedihan yang kini ku alami karena sikapmu yang terlalu naif. Aku sudah berhenti menangisimu sejak kemarin,  cukup sehari tanpamu saja aku membuang air asin dari kelopak mataku,

Menghitung Lagi

Menghitung lagi..  Aku bangun dari tidurku dan kepalaku terasa begitu berat,  kedua mataku pun sulit sekali untuk terbuka. Hatiku masih terasa sakit, masih sama sakitnya seperti semalam. Ternyata bukan mimpi,  padahal aku berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi buruk yang mengusik tidurku,  ternyata saat bangun segalanya malah terasa nyata. Aku sendiri tak tau kapan aku tertidur,  yang kuingat aku tak bisa tidur karena pikiranku diganggu oleh rasa sakit yang bersarang dan tak mau pergi,  yang ku ingat semalam aku menangis dan menenggelamkan wajah ini didalam selimutku, mungkin karena sudah terlalu lelah jadi aku tak sadar lagi sampai tertidur. Aku masih berbaring di kasurku yang empuk,  dan aku sama sekali tak berniat untuk beranjak dari sini,  aku malas dan tak siap rasanya menghadapi hari ini,  padahal kufikir semalam aku sudah memantapkan hatiku bahwa "aku baik-baik saja", dan ternyata untuk merasa baik-baik saja tidak semudah itu. Kalian pasti tidak mengerti dan ber

Dear Diary

Dear Diary..  Hey gadis, yang kuat ya, ingat Allah gak akan pernah kasih kamu masalah diluar batas kemampuan kamu. Mungkin Allah pengen dengan cara kayak gini kamu bisa lebih deket sama dia.  Masalah dia pergi biarin aja, dia pasti nyesel kok udah ngelepasin wanita berharga yang Allah sayang. Pikir aja dia bukan yang terbaik, karena kalau dia baik gak akan mungkin dia tega buat hati kamu patah begini.  Anggep aja dia cuman pemain figuran yang kemarin-kemarin maksa buat jadi pemeran utama dihidup kamu.  Ngerti kan cantik? Kamu pasti dapat yang lebih baik dari dia, tapi gak sekarang. Anggap aja Allah mau liat kesabaran kamu supaya Dia bisa milih yang benar-benar terbaik untuk kamu.  Sekarang kamu harus lanjutin hidup kamu dengan baik, belajar yang rajin supaya gak kejadian lagi dibodohin sama lelaki hehe.  Cari kebahagiaan yang pasti untuk kamu, dan jangan pernah berharap kalo kamu takut kecewa, karena ngarepin seseorang yang gak bisa diharepin itu pasti bakal mengece

Desember Hujan

Tenang saja, aku yakin ini bukan air mata Aku tahu ini hanya tetes hujan yang dengan sengaja membasahi pipi Terasa dingin,  aku membiarkan tumbuhku dicumbui angin.  Aku menyukainya,  angin dengan aroma khas hujan,  jelas sekali ini tanda akan turun hujan lagi. Iya ini memang sudah musim penghujan,  mengingat musim ini jadi teringat "Desember Hujan" ditahun lalu. Ya sudah dua kali kita mendapati musim hujan dalam kebersamaan,  namun musim hujan kali ini kurasa amat berbeda. "dulu ada yang bersedia basah bersamaku, dulu ada yang memperjuangkanku, dulu masih ada kebahagian yang tersisa meski tak banyak, dulu ada penyemangat, dulu ada sahabat,  dulu sedikit lebih indah". Tak ada gairah,  aku benar-benar tak tau harus berbuat apa,  rasanya lelah,  dan ingin menyerah. Tapi mengapa terasa amat sia-sia,  dalam sekejap segalanya hilang,  mengapa hilang lagi padahal sebelumnya sudah hilang banyak,. Harus sebanyak apa lagi yang hilang,  harus sebanyak apa yang pergi,

Cerita

Tau apa aku soal hatimu, yang aku tau ini hanya tentang hatiku yang sedari tadi sesak karena suatu hal yang juga tak kumengerti. Langit gelap, angin berhembus sesuka hati menerpa pepohonan diluar. Aku benci mulutku kaku saat pulang tadi, aku benci kita yang seperti itu. Sepertinya sebentar lagi hujan, ibuku tadi bertanya apakah aku diantar olehmu? Ibuku khawatir kamu akan terjebak hujan diluar, ia marah karena tak mempersilahkanmumasuk. Kupikir apa peduliku, kini saja aku terjebak hujan diarea pelupuk mata dan kamu saja tak peduli. Apa aku mau tau, tidak! Basah, petir, hujan, angin, dingin, atau apa terserahlah itu urusanmu. (tapi aku khawatir barusan ada petir, hujan pun tiba-tiba deras, kamu sudah sampai belum). Kecewa, amat mengecewakan. Aku tau aku ini siapa, aku bukan wanita baik dan bukan juga dari keluarga yang bisa dikatakan baik. Entah hanya perasaanku atau memang benar tapi sejak kemarin, sejak pertanyaan itu terlontar, aku merasa segalanya berubah pada detik itu j