Langsung ke konten utama

Bukan Lagi Tentangmu

Sebelum sejauh matahari
Kita pernah sedekat nadi

Ini bukan serial tentangmu,  aku berikrar pada diriku tak akan ada lagi serial tentangmu.
Aku lelah dan sudah ini benar2 titik jenuhku.  Aku akan melupakan meski terlalu banyak hal yang begitu indah untukku.
Lagi pula kurasa sudah tak ada artinya lagi,  begitu menurutmukan?
Aku hanya mengikuti alur permainanmu saja,  menikmati sebagai penonton dan pemeran yang dicampakan.
Tenang saja,  kau tak usah khawatir ataupun merasa bersalah,  aku sudah cukup baik saat ini,  ternyata tanpamu tidak seburuk bayanganku sebelumnya.
Aku pikir aku bukan apa-apa tanpamu,  tapi ternyata tak seperti itu,  kata mereka aku lebih berharga tanpamu.
Kalau aku sedih,  kamu tak usah peduli,  itu urusanku dengan hatiku.
Dan kalau kamu memang sungguh ingin pergi,  pergilah sejauh yang kau mau,  atau menghilang saja di benua antartika.
Aku,  punya banyak mimpi yang ingin kuraih, tak perlu kamu disampingku,  aku sudah bisa.

Percuma saja,  menunggu hal yang jelas tak akan pernah kembali.  Percuma juga menanti orang yang tak menghapkanmu lagi.
Kamu merasa dewa??
Iya aku akui kamu pada awalnya bagaikan malaikat untukku,  tapi nyatanya kamu tak seindah itu.  Perumpaan iblis kurasa akan lebih tepat kini.
Bertaring,  bergigi hitam,  bertanduk tajam,  berambut tak beraturan,  dengan tinggi yang menjulang,  anggap saja seperti itu!
Apa kamu tak suka ku umpamakan seperti itu?
Coba saja bilang kalau berani,  kurasa kamu terlalu pengecut bahkan hanya untuk berpapasan denganku,  nyalimu tak sekuat bicaramu,  kesombonganmu tak sesui dengan kenyataan yang ada.
Aku tau banyak yang tak kamu tau,  hanya saja aku tak ingin jadi iblis sepertimu.
Aku merasa terlalu berharga untuk bersikap buruk hanya untuk mrmbalasmu.

Bagaimana ya jika sekarang masalahnya adalah tentang perasaanku.  Iya aku masih cinta kamu tapi rasa sakit ini kurasa sudah menutupi hal itu,  hingga sudah tak penting lagi kamu untukku.
Kecewaku lebih besar dari cintaku.  Dan itu semua karena kamu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...