Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Hujan Badai

Sore tadi aku tiada awan gelap yang bergumal-gumpal dilangit, juga tak ada gema petir yang menggelegar namun langit menangis dengan derai hujan yang di iringi mentari yang masih bersinar terang dibagian baratnya. Hujan reda sejenak selang beberapa waktu, tapi seperti ada isyarat tiba-tiba perlahan ku dengar gema petir yang menggelegar, diiringi kilat yang cahaya nya cukup terlihat dilangit yang sedikit demi sedikit berubah menjadi gelap, awan columbus datang dari arah timur, hitam dan bergumpal-gumpal merata dilangit yang tadinya terang. Kini matahari benar-benar menghilang, senjanya hilang seketika, tak terlihat cahaya apapun dari atas sana. Kubuka tirai jendela, kulihat cuaca diluar sana seperti isyarat pertanda buruk, angin bertiup melawan arah mata angin dengan hembusan yang lumayan cepat, hujan yang turun pun semakin deras hingga embun menguap dijendela kamarku menghalangi pemandangan jalan yang hanya tersinari oleh lampu jalan. Kunikmati amukan alam ini dengan syahdu, kini ak

Rindu Pencipta

Apa ya rasanya jiwa terlepas dari raga lalu terbang tinggi mencari nirwana?? Hari ini rasanya enggan sekali melakukan rutinitas seperti biasanya, lelah namun tubuhku baik-baik saja, resah namun hatiku pun sedang tak terluka, khawatir namun tidak terjadi -apa. Kondisi psikisku benar-benar sedang tidak baik, aku merasa ada mata yang mengawasi pada setiap langkahku, seperti ada yang membisikkan suatu hal tidak baik. Aku tidak takut, hanya saja aku gelisah. Ada apakah sesungguhnya, apakah penciptaku merindukanku. Mata siapa yang mengawasiku, mengapa seperti aku adalah terdakwa yang akan dibawa kesidang terakhir, apakah itu mata para malaikatmu wahai pencipta?? Akan dengan cara apa kau ingin melepas rindu, apakah kau sedang menguji kesiapanku?? Tenang saja aku siap Pencipta, kapan pun kau mau aku akan kembali kepelukmu jika itu pintamu. Walau jika aku tak ingin namun apa dayaku, aku hanya akan menyerahkan diri tanpa ada pemberontakan dalam bentuk apapun. Aku siap kalaupun harus seka

hujan yang belum sepenuhnya reda

Teruntuk pria yang yang kulihat sore tadi dibawah hujan Aku memandangi langit yang masih gelap dengan awannya yang bergumpal-gumpal, hujan belum sepenuhnya reda namun ia mulai beranjak dari tempat yang melindunginya dari rintik-rintik sahabatku. Kutatap dirinya berjalan menjauh dengan iringan candaan dari beberapa temanku agar seolah aku tidak terlihat seperti memperhatikannya. Lama kelamaan bayangan punggungnya mulai menghilang diujung jalan. Cuaca sore ini benar-benar membuatku merindukan kekhawatiran dari sosoknya, entah mengapa aku jadi rindu suasana yang mungkin tak bisa kudapatkan lagi bersamanya. Kadang apa yang bukan menjadi milik kita lagi memang terasa lebih indah untuk dirindukan. Tak lama setelah ia tak terlihat aku memutuskan pula untuk beranjak pulang, dalam perjalanan tubuhku diserang dingin yang begitu menusuk dan tubuhku sedikit dibasahi oleh hujan yang belum sepenuhnya bersembunyi lagi dilangit, hal itu membuatku tersenyum kecil mengingat beberapa waktu lalu

Bukan kisah yang begitu penting :')

"Begitu terik sang surya memberikan kehangatannya hari ini hingga ku benar-benar rindu hujan. Biasanya kutatap langit yang teduh bahkan hari ini mataku menyipit saat mendongak kearah langit dan tak tahan akan cahaya dari sang surya yang begitu terang beribu kali lipat dari biasanya. Kurasakan ada air keringat yang menetes dari dahiku, bahkan setengah bajuku seperti dibasahi oleh hujan keringat dari tubuhku. Namun perjalananku masih jauh, belum setengah kutempuh dari tempat tujuanku, menyusahkan sekali memang pergi dihari yang cuacanya tidak berpihak seperti ini. Namun tujuanku begitu ingin kucapai, kudengar kabar masku pulang dari perantauannya, mas yang setahun ini aku tunggu kepulangannya, mas yang amat sangat kurindukan." Ahh suara petir membuyarkan konsentrasiku, hingga imajinasi dari tulisan yang kubuat terpencar kemana-mana, baru saja aku terhanyut masuk sebagai tokoh dalam tulisanku dengan peran sebagai gadis desa yang menggebu ingin mengejar cinta seorang mas nya.

Lembar kisah terakhir

Tangisku pecah dalam keheningan, semakin aku merajuk semakin terasa sakit tepat di ulu hatiku. Hujan seolah memihak padaku, sepertinya ia tak ingin ada yang tahu tangisku, sehingga ia turun dengan derasnya turut pula memecah keheningan dengan bising rintiknya dalam ritme yang cepat. Tangisku tak ada yang tahu, hanya aku dan hujan yang akan menyimpan rahasia dari tangisku. Entah sedih atau bahagia yang menjadi alasan dari  tangisku aku sudah tak tahu lagi, aku tak dapat membedakan antara keduanya. Kedua hal tersebut begitu sulit kubedakan karena dulu aku sering bahagia didalam tangis kadang pula aku menangis karena benar-benar bersedih. Aku merasa bersalah kepada diriku sendiri, mengapa aku menyakiti hatiku begitu dalamnya, hingga ada yang tersakiti pula karena kebodohanku. Aku membohongi hatiku ketika aku bersama seseorang, seseorang yang kupikir benar-benar tulus. Seseorang yang datang dengan sosok dewasanya datang memberikan kenyamanan. Memanjakanku seperti abang kepada adikn

manusia bertopeng

Aku rindu kesendirian, aku mulai muak denan keadaan sekitar, konspirasi dalam suatu hubungan makin menyebar. Terenyuh sejenak atas ketidaknyamanan pada lingkungan sekitar, terlihat jelas politik kotor dalam suatu hubungan. Entah dimana pun dalam hal apapun, segalanya kini sudah teracuni, tak ada kesucian dalam suatu hubungan, banyak pihak-pihak yang menjadi korban tak berdaya. Terlebih lagi banyak sosok siluman yang berperan mengaku sebagai teman, juga ada sosok monster yang mengaku sebagai pahlawan, mereka memainkan kata cinta serta ketulusan sebagai alih-alih muslihatnya. Menggunakan wajah polos seolah tanpa dosa sebagai topengnya, memainkan suatu drama dengan kisah yang melankolis dan membuat para penontonnya menjadi korban penipuan. Menjijikkan!  Amat sangat menjijikan mengetahui segala konspirasi itu Memuakkan melihat wajah asli dibalik topeng-topeng itu. Wajah manis yang nyatanya pahit, berparas peri tapi berhati iblis. Mengapa tidak dipunahkan para pengguna topeng itu, k

Pensil di Kotak Pensil

Terimakasih telah pergi secepat itu, kekosongan yang aku alami karena kepergianmu membuatku  bertemu pada  bahagiaku, aku mendapatkan kehidupan baru yang amat menyenangkan. Kudapat secercah cahaya terang yang membuat hariku lebih berwarna, kudapat tempat terindah yang tadinya belum pernah kusinggahi. Kini dikala dilema melanda aku tak lagi risau karena menghadapinya tanpa hadirmu. Dilema itu kini telah dikalahkan oleh kebahagiaan nyata yang menjadi penyemangat baru jiwaku. Iya disitu, iya mereka. Di kotak kecil yang kami sebut kotak pensil, dikotak itu aku berlabuh, disana kudapat bahagiaku, kotak yang menampung segala bentuk imajinasiku, disana aku menjadi sebuah pensil, pensil yang menemukan jati diri sesungguhnya, banyak pula pensil-pensil berwarna yang kini menjadi keluargaku didalam kotak pensil itu, pensil yang berperan sebagai sahabat serta keluarga, saling memberikan kenyamanan dan kehangatan pada setiap tulisan yang kami goreskan saat berperan sebagai pensil. Mereka yang

Surat untuk Hujan

Teruntuk teman terbaikku Hujan. Bukankah jika kita bertemu teman dalam perjalanan sebaiknya berhenti sejenak walau hanya untuk sekedar tegur sapa. Maaf teman dalam perjalanan pulang tadi dan dipersimpangan pertemuan kita aku meninggalkanmu. Aku hanya begitu antusias dengan cerita-cerita yang kudongengkan untukmu, hingga aku terlarut sendiri ditengah kisahnya terlebih lagi aku terjebak dalam kebisingan jawabanmu yang ritmenya selalu terdengar sama. Teman aku senang kita sering bertemu akhir-akhir ini, walau pertemuan kita siang tadi agak sedikit berbeda dari biasanya. Tak seperti biasanya dipertemuan kita sebelumnya aku lebih suka bercerita kepadamu sambil beriringan di perjalanan, dimana kau menemaniku sambil bernyanyi dengan nada yang kadang rendah kadang tinggi dan di iringi cahaya kilat dari langit yang bagaikan lampu sorot seperti konser band-band ternama. Aku bercerita tentang berbagai kisah mengenai kepedihanku dan kau selalu berbaik hati menghapus air mataku dikala tanpa

Aku Pergi Mas

Kalaupun aku harus menyerah setidaknya aku pernah mati-matian tidak pernah kalah oleh keadaan. Kau harus tau itu mas, aku memang sudah berhenti sekarang tapi mengapa tak kau lihat bagaimana gigihnya aku mempertahankan segalanya sebelum ini. Mas, aku menyerah bukan karena tidak ingin berjuang lebih untukmu, hanya saja aku lelah karena perjuangan ini tak pernah kau lihat. Bahkan kau yang aku perjuangkan ternyata tak mengerti apa maksudku, bertahun-tahun yang kita lewati bersama mana mungkin tak ada artinya sedikitpun untukmu. Bagaimana bisa dihari itu kau memperkenalkanku kepada wanita yang kau bahasakan sebagai calon mbakyu ku. Lalu apakah aku hanya adikmu mas? Lalu apa maksud kecupan serta pelukan hangat yang kau berikan beberapa tahun terakhir ini untukku. Apakah hanya kenyamanan kepada seorang adik jika semuanya dilakukan dengan hasrat yang tak dapat kuartikan. Aku memang hanya gadis yang baru beranjak dari masa pubertasnya diusia 18tahun. Tapi  aku tidak begitu bodoh mas unt

Cinta yang Naif

Terlalu naif rasanya jika membicarakan cinta, sebuah pesan dari Blackberry Mesenggerku sejak tadi mengusik otak. Pesan dari seorang teman yang sedang mencari inspirasi untuk sebuah novel yang sedang digarapnya. Dia bertanya tentang arti sebuah cinta sejati menurut pendapatku. Sesaat aku tertawa kecil membaca pesan itu, hahaaa pertanyaan apa ini? Mengapa dia bertanya hal ini kepada wanita yang sedang terluka hatinya  karena cinta. Haruskah kujawab cinta sejati adalah tertawa walau habis ditinggal saat sedang cinta-cintanya?? Ataukah kujawab cinta sejati adalah tetap cinta walau habis dilempari beribu penghianatan oleh salah satunya?? Ahhh.. itu bukan jawaban rasanya namun hanya sekeping curahan hatiku. Ingin ku kembalikan lagi pertanyaan temanku itu, memangnya masih ada yang namanya cinta sejati setelah air mata para kaum hawa bertumpahan diantera jagad raya ini?? Dulu aku percaya pada cinta saat masih ada yang membuatku tertawa hanya karena membaca pesan singkatnya, disaat masih

Berdebukah kamu masalaluku ??

Hei masalalu.. Tidak, aku hanya ingin menyapamu, sesaat tadi aku teringat olehmu dan merasakan rindu yang begitu dahsyatnya didalam hatiku. Jantungku kembali berdebar setelah sekian lamanya, dan rasanya begitu aneh. Masalalu berdebukah kamu??  Maaf aku semakin jarang mengunjungimu. Aku sedang disibukkan dengan masa kini, masa dimana aku sedang berjuang untuk menata hidupku tanpamu, dan juga aku disibukan oleh impian masa depanku, dimana ada banyak angan dan harapanku yang ingin kuraih. Kadang aku juga teringat impian yang dulu ingin kita gapai bersama, kala membuatku sedih karena tidak mungkin hal itu dapat kita raih bersama kini. Apalagi kamu mengatakan akan tetap meraihnya walau tidak bersamaku. Maaf aku tidak bisa menemani, aku hanya akan menyemangatimu melalui doa diakhir sujudku. Aku hanya mungkin akan jarang menengokmu, maaf bukannya aku tak ingin. Hanya saja aku harus melakukan itu, jika aku sering melihatmu hal itu tidak akan baik untuk perjalanan masa depanku. Aku akan s

jangan datang sekarang !

Langit sore ini lebih terang dari biasanya, mega dengan jingganya yang indah menghiasi hamparan langit. Semilir angin berhembus mengiringi senja sore ini. Begitu teduh melihat keindahan langit yang surya nya hampir tenggelam. Lama kelamaan langit mulai pudar dari cahayanya, begitu pula keteduhan dihatiku mulai pudar. Perasaan menjadi kacau, seperti terjadi konflik dalam hatiku. Baru saja kudapat ketenangan namun rasanya seperti ada lagi monster yang bangun dari tidurnya dan mengusik hatiku. Kudengar suatu kabar siang tadi sebelum aku resah dan mencari langit senja untuk menenangkanku. Kabar yang ingin kuabaikan namun malah melekat erat dipikiranku. Katanya kamu akan kembali?? Apakah benar??  Sudah pulihkah lara hatimu akan luka yang kau derita tepat dihatimu hingga kau berani untuk kembali? Bagaimana bisa secepat itu? Aku bahkan belum menyembuhkan setengah dari luka yang kumiliki, lukaku masih basah, hatiku masih lara. Bisakah kau jangan kembali! Ini bukan perintah, tapi ini

Lepaskan topengku ini !!

Hujan apakah kau tau kepedihanku?? Aku ingin bercerita kepadamu, tapi kumohon satu hal untuk kau kabulkan. Ketika ceritaku usai tolong bawalah mereka dalam deraimu, biarkan mereka terlarut bersama aliranmu hingga menghilang tanpa sempat ada seorangpun yang tau akan ceritaku. Hujan apakah kau tau apa yang kurasakan?? Mereka bilang aku makhluk paling bahagia, tapi mereka salah hujan. Ketika aku tidak menangis bukan berarti aku tidak bersedih, dan ketika aku sedang tertawa bukan berarti aku berbahagia. Mereka tidak mengerti kepedihanku, aku tidak menangis hanya karena aku terlalu bingung, begitu banyak kesedihanku, kurasa aku akan lelah jika semua hal itu harus ku tangisi satu per satu. Selama ini mereka melihatku tertawa sebagai manusia paling bahagia. Namun bukan aku yang mereka lihat, itu hanya topeng yang menyembunyikan wajah asliku. Topeng yang amat pandai berakting memainkan perannya. Aku hanya takut selama ini untuk menunjukkan wajah asliku. Wajah penuh penderitaan, kehancur