Sore tadi aku tiada awan gelap yang bergumal-gumpal dilangit, juga tak ada gema petir yang menggelegar namun langit menangis dengan derai hujan yang di iringi mentari yang masih bersinar terang dibagian baratnya.
Hujan reda sejenak selang beberapa waktu, tapi seperti ada isyarat tiba-tiba perlahan ku dengar gema petir yang menggelegar, diiringi kilat yang cahaya nya cukup terlihat dilangit yang sedikit demi sedikit berubah menjadi gelap, awan columbus datang dari arah timur, hitam dan bergumpal-gumpal merata dilangit yang tadinya terang.
Kini matahari benar-benar menghilang, senjanya hilang seketika, tak terlihat cahaya apapun dari atas sana.
Kubuka tirai jendela, kulihat cuaca diluar sana seperti isyarat pertanda buruk, angin bertiup melawan arah mata angin dengan hembusan yang lumayan cepat, hujan yang turun pun semakin deras hingga embun menguap dijendela kamarku menghalangi pemandangan jalan yang hanya tersinari oleh lampu jalan.
Kunikmati amukan alam ini dengan syahdu, kini aku bersembunyi dibalik selimut pinkku yang bergambar princess mermadia, aku meringkuk mengatasi dingin yang menyerang sekujur tubuhku.
Dibalik selimut kudengarkan dengan seksama ritme hujan yang makin kelamaan makin cepat.
Kuperhatikan ritmenya seperti detak jantungku siang tadi, membawaku kembali ke kondisi terburukku, dimana tepat saat aku bertemu seseorang yang tidak ku ketahui namanya.
Aku merasa detak jantungku tak beraturan, aku takut jika perasaan ini sama seperti beberapa tahun lalu ketikq aku memulai awal dari kesalahan terbesarku.
Namun perasaan itu menghantuiku,embuatku menerawang kembali sosok yang jadi persoalanku ini.
Mengapa baru hadir saja sudah membayangi seperti ini, aku tidak ingon menderita rasa ini untuk yang kesekian kali, aku tak ingin memecahkan hal yang lebih rumit dari rumus matematika ini.
Aku tak ingin mengeyahui kebenarannya kalau aku jatuh cinta lagi.
Apa iya?? Benarkah? Kurasa ini akan menyulitkan.
Aku baru saja menikmati hidupku yang bahagia ini tanpa cinta. Cinta hanya berupa seperti hujan badai dal hidupku, apalagi cinta pada pertemuan pertama, datang tiba-tiba lalu memberantaki, mengobrak-abrik isi duniaku, memporak porandakan segala hal yang ada didalamnya lalu pergi begitu saja dengan tenang tanpa rasa bersalah.
Aku tidak ingin lagi dalam kondisi sesak tak berdaya seperti saat kehabisan amunisi dikala perang. Aku tak mau lagi menata segalanya dari awal berkali-kali, aku tak punya keberanian yang cukup untuk melawan perasaanku.
Tapi bagaimana bisa perasaanku malah menghianatiku, melakukan konspirasi pada hatiku, melawan keinginanku yang penuh akal sehat tanpa logika.
Aku tak ingin lagi berada ditengah badai hujan, biarkan aku memejamkan mata untuk menghapus bayangan sosokmu yang ingin kuketahui tapi tak ingin kuakui itu.
Hilanglah bersama badai yang lewat dan menyatu lah dengan angin yang sesaat tadi kurasakan hembusannya.
Selamat tinggal pria yang hari ini berhasil memberantaki pikiranku.
Hujan reda sejenak selang beberapa waktu, tapi seperti ada isyarat tiba-tiba perlahan ku dengar gema petir yang menggelegar, diiringi kilat yang cahaya nya cukup terlihat dilangit yang sedikit demi sedikit berubah menjadi gelap, awan columbus datang dari arah timur, hitam dan bergumpal-gumpal merata dilangit yang tadinya terang.
Kini matahari benar-benar menghilang, senjanya hilang seketika, tak terlihat cahaya apapun dari atas sana.
Kubuka tirai jendela, kulihat cuaca diluar sana seperti isyarat pertanda buruk, angin bertiup melawan arah mata angin dengan hembusan yang lumayan cepat, hujan yang turun pun semakin deras hingga embun menguap dijendela kamarku menghalangi pemandangan jalan yang hanya tersinari oleh lampu jalan.
Kunikmati amukan alam ini dengan syahdu, kini aku bersembunyi dibalik selimut pinkku yang bergambar princess mermadia, aku meringkuk mengatasi dingin yang menyerang sekujur tubuhku.
Dibalik selimut kudengarkan dengan seksama ritme hujan yang makin kelamaan makin cepat.
Kuperhatikan ritmenya seperti detak jantungku siang tadi, membawaku kembali ke kondisi terburukku, dimana tepat saat aku bertemu seseorang yang tidak ku ketahui namanya.
Aku merasa detak jantungku tak beraturan, aku takut jika perasaan ini sama seperti beberapa tahun lalu ketikq aku memulai awal dari kesalahan terbesarku.
Namun perasaan itu menghantuiku,embuatku menerawang kembali sosok yang jadi persoalanku ini.
Mengapa baru hadir saja sudah membayangi seperti ini, aku tidak ingon menderita rasa ini untuk yang kesekian kali, aku tak ingin memecahkan hal yang lebih rumit dari rumus matematika ini.
Aku tak ingin mengeyahui kebenarannya kalau aku jatuh cinta lagi.
Apa iya?? Benarkah? Kurasa ini akan menyulitkan.
Aku baru saja menikmati hidupku yang bahagia ini tanpa cinta. Cinta hanya berupa seperti hujan badai dal hidupku, apalagi cinta pada pertemuan pertama, datang tiba-tiba lalu memberantaki, mengobrak-abrik isi duniaku, memporak porandakan segala hal yang ada didalamnya lalu pergi begitu saja dengan tenang tanpa rasa bersalah.
Aku tidak ingin lagi dalam kondisi sesak tak berdaya seperti saat kehabisan amunisi dikala perang. Aku tak mau lagi menata segalanya dari awal berkali-kali, aku tak punya keberanian yang cukup untuk melawan perasaanku.
Tapi bagaimana bisa perasaanku malah menghianatiku, melakukan konspirasi pada hatiku, melawan keinginanku yang penuh akal sehat tanpa logika.
Aku tak ingin lagi berada ditengah badai hujan, biarkan aku memejamkan mata untuk menghapus bayangan sosokmu yang ingin kuketahui tapi tak ingin kuakui itu.
Hilanglah bersama badai yang lewat dan menyatu lah dengan angin yang sesaat tadi kurasakan hembusannya.
Selamat tinggal pria yang hari ini berhasil memberantaki pikiranku.
Komentar
Posting Komentar