Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Mati Rasa Cinta

Hujan terimakasih telah mengguyur seluruh tubuhku sore ini, membasahi tubuhku hingga kurasa dingin disekujurnya, menggigil hingga kurasa amat tak berdayanya. Hatiku luka, kini aku benar-benar hilang selera untuk berbahagia, rasanya begitu menyakitkan, ulu hatiku seakan terhimpit batu besar yang membuatnya amat sesak dan sebentar lagi seolah akan berhenti berdetak. Air dari kelopak sayu ku ini pun memberontak, pipiku begitu panas, benteng pertahananku hancur, runtuh dalam seketika, aku merintih hingga mengerang, aku kesakitan, tak berdarah namun luka ini benar-benar lebih sakit dari pada tersayat pisau. Bajuku basah karena guyuran hujan, hingga langit berhenti menangispun baju ini masih melekat ditubuhku, biarlah dinginnya terus menjalar, tak apa untuk menyejukkan hati yang panas karena terhimpit batu ini. Malah kini makin basah, rupanya air asin yang mengalir dari kelopak mata sayu ini makin deras, mengapa hujan aku harus menangis ?? Apa yang begitu menyedihkan hingga aku terlihat

Kisah Surat Terakhir

Terenyuh sejenak hati yang tadinya sudah kokoh dari keretakan yang disebabkan oleh kehancuran masalalu,  pipi yang tadinya masih merekah merah muda seketika menjadi basah dialiri air yang mengalir dari kelopak mata sayu ini. Artikel luar biasa tentang surat terakhir gadis 8tahun yang meninggal berapa waktu lalu. "Santa Claudia" gadis yang menulis catatan harian dengan potlot di lembar kertas bergambarkan tokoh animasi dalam film "Frozen" dengan aksen merah muda. Tulisannya begitu membuatku mengerti bagaimana isi hatinya, pedih namun tak dapat diungkapkan, aku rasa hal itu lah yang dialaminya sejak tiga bulan terakhir setelah perceraian kedua orang tuanya. Ungkapan sedih dan rindu yang ia coretkan dengan pensil dalam lembar kertas itu pun begitu nyata aku turut merasakannya, begitu sedih namun tak tahu apa yang harus diperbuat juga begitu rindu dengan temu bahagia yang tak mungkin terulang lagi. Hatiku terus berdebar tanpa ada celah untuk memelankan ritme nya, be

Fana untuk Nirwana

Malam semakin pekat, suasana pun semakin sunyi namun kurasakan hatiku begitu gusar. Entah apa sebab jelas dari kegusaran ini, makin lama makin gelisah, terlebih lagi kerisauan yang tiada sebabnya ini melanda sedari tadi hingga membuatku hilang selera untuk bicara dengan siapapun. Segalanya tak terasa begitu saja kuabaikan, yang dekat pun jadi terasa jauh, juga yang berjarak perlahan seperti pergi. Kerisauan tanpa alasan ini menyebabkan bencana yang melanda di titik kisaran bahagiaku akhir-akhir ini. Seketika melunturkan tinta warna-warni yang tadinya begitu cerah menempel di dinding hatiku. Kini seperti terlihat pudar, tak menarik lagi dipandang serta kehilangan daya tariknya. Aku ingin tidur saja!  Sepertinya aku lelah!  Tubuhku berkata demikian, hatiku pun  ingin begitu namun fikiranku tak bekerja sesuai kata hatiku. Biasanya segalanya terjadi dengan senada dan selaras namun kini begitu tidak berkesinambungan. Heyyyy... apa lah sesungguhnya inti dari tulisan ini, makin baris m

Aku pun TERSANGKA disini

Udara dingin begitu menusuk di tengah bisingnya hinaan serta cacian, makian yang begitu kejinya menyayat hati. Aku siapa??  Aku tak terpedaya, aku tak bersangkutan tapi aku jadi tersangka. Apa lagi kamu??? Sahabatku! Tenanglah, aku tau segalanya begitu tidak mudah, aku tahu segalanya begitu sulit, nama baik serta harga diri dipermainkan. Diam, iya maaf bahkan aku hanya bisa diam menelan segala cercaan yang terlontarkan dari mulut mereka. Mereka yang tidak tahu benar atau salahnya, aku tidak membenarkan, aku bahkan menutup rapat mulutku untuk hal ini. Kau tahu sahabat, aku tak pandai untuk berkata-kata, hanya tulisan ini yang kupikir akan menguatkan. Aku tidak dapat membelamu karena kutahu kau masih kuat untuk menopang ini, kutahu kau mulai rapuh, aku pun melihat tangis serta jeritan yang tak pernah kau tunjukkan itu. Aku pun terluka karena lukamu sahabat, aku pun kini jadi tersangka, mereka pikir aku juga penjahatnya. Tak apa, kuterima segalanya. Sakitmu yang menjadi perihku, a

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku, ku

Imajinasi kosong

Imajinasiku kosong, aku kehabisan kata-kata, terlalu penat rasanya untuk menyampaikan segalanya lewat tulisan-tulisan seperti biasanya. Hanya saja tidak ada hal yang lebih baik dari pada aku berbicara dengan imajinasiku. Tak ada yang lebih mengerti hatiku dari pada setiap kata yang ku tulis, tak ada yang memahaminya lebih dari pada kegilaan imajinasi yang selama ini menjadi pelipur laraku. Aku memulainya lagi, aku memberikan hatiku, aku cinta lagi. Ia bilang cintaku palsu, bukan palsu hanya saja aku belum terbiasa dengan cinta yang baru. Hatiku sudah terlalu lama mencintai sosok yang kini telah menghilang bagai kayu yang berubah menjadi abu. Bukan aku tak ingin membiasakan diri dengan cinta baruku, tetapi hati kecilku masih memberontak, katanya aku harus lebih berhati-hati lagi. Aku tidak boleh terjebak lagi pada cinta yang salah, bukannya aku menyamakan masalalu dengan keadaan sekarang namun aku hanya berusaha belajar dari hal yang telah lalu itu, hal yang mengeksploitasi hidupk