Imajinasiku kosong, aku kehabisan kata-kata, terlalu penat rasanya untuk menyampaikan segalanya lewat tulisan-tulisan seperti biasanya. Hanya saja tidak ada hal yang lebih baik dari pada aku berbicara dengan imajinasiku.
Tak ada yang lebih mengerti hatiku dari pada setiap kata yang ku tulis, tak ada yang memahaminya lebih dari pada kegilaan imajinasi yang selama ini menjadi pelipur laraku.
Aku memulainya lagi, aku memberikan hatiku, aku cinta lagi.
Ia bilang cintaku palsu, bukan palsu hanya saja aku belum terbiasa dengan cinta yang baru.
Hatiku sudah terlalu lama mencintai sosok yang kini telah menghilang bagai kayu yang berubah menjadi abu.
Bukan aku tak ingin membiasakan diri dengan cinta baruku, tetapi hati kecilku masih memberontak, katanya aku harus lebih berhati-hati lagi.
Aku tidak boleh terjebak lagi pada cinta yang salah, bukannya aku menyamakan masalalu dengan keadaan sekarang namun aku hanya berusaha belajar dari hal yang telah lalu itu, hal yang mengeksploitasi hidupku.
Katanya aku tidak bersungguh-sungguh, namun bukan seperti itu nyatanya. Aku tak bisa mengulangi hal-hal yang memberikan kenyamanan itu lagi, karena kutahu segalanya akan membuatku terlarut jika aku terjerumus kedalam perasaan yang mengambil alih hidupku.
Aku tak ingin lagi ada kata terbiasa yang membuatku mati rasa, seperti ketika aku terbiasa dengan sosok pahlawan masalalu yang membuatku mati rasa kepada pahlawan lain yang bersedia menggantikannya saat dia pergi, seperti saat aku hanya bergantung pada dirinya, terbuka padanya, memberikan hidupku padanya, mempercayainya, mencintainya, segalanya begitu sulit kuhadapi ketika kenyamanan itu pergi begitu saja.
Aku bagai yatim piatu sebatang kara, terjebak dalam hutan dengan gulita yang pekat, ditemani kesunyian tanpa suara yang menenangkan dan membuatku yakin masih ada sosok kehidupan.
Kala itu aku hancur, lemah, aku kehilangan bahagiaku, separuh dari hidupku tak kumiliki, hingga aku benar- benar harus memulai hidupku dari awal, mengisi kekosongan lewat tulisan yang kubuat dengan tinta hitam yang mengukir tentang kisah-kisah lalu yang pernah terjadi.
Kisah yang kusadari tak akan pernah kuulangi lagi, kisah yang kutahu seiring berjalannya waktu akan terhapus dan kulupakan.
Oleh karenanya sayang, sikapku masih begitu kaku, maaf aku blm dapat terbiasa, aku hanya ingin membuat kisah kita berbeda dengan cerita kelamku, aku ingin segalanya jadi lebih indah, agar aku dapat mengingatnya sampai ujung kehidupan.
Aku harap kau mengerti sedikit banyak dari keegoisan hatiku ini, mengerti lah hatiku belum sepenuhnya pulih dari luka masalalu, bukankah kau tahu itu??
Maka aku ingin kau yang menjadi penyembuh luka ku dan akan menjadi penjaga keindahan cerita hidupku sehingga aku tidak perlu membuang butiran air asin yang sering kali mengalir dari kelopak sayu mataku ini.
Juga biarkan aku menulis kisah kita dengan cerita cinta tanpa luka namun penuh pesona untuk menjadi penyemangat dikehidupan kelak.
Tak ada yang lebih mengerti hatiku dari pada setiap kata yang ku tulis, tak ada yang memahaminya lebih dari pada kegilaan imajinasi yang selama ini menjadi pelipur laraku.
Aku memulainya lagi, aku memberikan hatiku, aku cinta lagi.
Ia bilang cintaku palsu, bukan palsu hanya saja aku belum terbiasa dengan cinta yang baru.
Hatiku sudah terlalu lama mencintai sosok yang kini telah menghilang bagai kayu yang berubah menjadi abu.
Bukan aku tak ingin membiasakan diri dengan cinta baruku, tetapi hati kecilku masih memberontak, katanya aku harus lebih berhati-hati lagi.
Aku tidak boleh terjebak lagi pada cinta yang salah, bukannya aku menyamakan masalalu dengan keadaan sekarang namun aku hanya berusaha belajar dari hal yang telah lalu itu, hal yang mengeksploitasi hidupku.
Katanya aku tidak bersungguh-sungguh, namun bukan seperti itu nyatanya. Aku tak bisa mengulangi hal-hal yang memberikan kenyamanan itu lagi, karena kutahu segalanya akan membuatku terlarut jika aku terjerumus kedalam perasaan yang mengambil alih hidupku.
Aku tak ingin lagi ada kata terbiasa yang membuatku mati rasa, seperti ketika aku terbiasa dengan sosok pahlawan masalalu yang membuatku mati rasa kepada pahlawan lain yang bersedia menggantikannya saat dia pergi, seperti saat aku hanya bergantung pada dirinya, terbuka padanya, memberikan hidupku padanya, mempercayainya, mencintainya, segalanya begitu sulit kuhadapi ketika kenyamanan itu pergi begitu saja.
Aku bagai yatim piatu sebatang kara, terjebak dalam hutan dengan gulita yang pekat, ditemani kesunyian tanpa suara yang menenangkan dan membuatku yakin masih ada sosok kehidupan.
Kala itu aku hancur, lemah, aku kehilangan bahagiaku, separuh dari hidupku tak kumiliki, hingga aku benar- benar harus memulai hidupku dari awal, mengisi kekosongan lewat tulisan yang kubuat dengan tinta hitam yang mengukir tentang kisah-kisah lalu yang pernah terjadi.
Kisah yang kusadari tak akan pernah kuulangi lagi, kisah yang kutahu seiring berjalannya waktu akan terhapus dan kulupakan.
Oleh karenanya sayang, sikapku masih begitu kaku, maaf aku blm dapat terbiasa, aku hanya ingin membuat kisah kita berbeda dengan cerita kelamku, aku ingin segalanya jadi lebih indah, agar aku dapat mengingatnya sampai ujung kehidupan.
Aku harap kau mengerti sedikit banyak dari keegoisan hatiku ini, mengerti lah hatiku belum sepenuhnya pulih dari luka masalalu, bukankah kau tahu itu??
Maka aku ingin kau yang menjadi penyembuh luka ku dan akan menjadi penjaga keindahan cerita hidupku sehingga aku tidak perlu membuang butiran air asin yang sering kali mengalir dari kelopak sayu mataku ini.
Juga biarkan aku menulis kisah kita dengan cerita cinta tanpa luka namun penuh pesona untuk menjadi penyemangat dikehidupan kelak.
Komentar
Posting Komentar