Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Takdir

Aku tidak begitu tau kalau takdir selalu saja mengejutkan, hanya saja kita sebagai manusia belum tentu mendapatkan takdir sesuai dengan apa yang kita inginkan dan harapkan. Boleh saja berharap, tapi siapa yang tau dengan hasil akhirnya, kita hanya dapat menanti akhir itu sembari menikmati prosesnya. Entah itu aku, kamu, dia ataupun mereka, kita semua sama saja, jadi tolong jangan berbicara seakan-akan kamu tau segalanya, seperti akhir bahagia yang kamu bicarakan tentang kamu dan dia. Kita hanya menjalani sambil berharap keberuntungan menghampiri, banyak yang memiliki keinginan sama, tapi tidak semuanya tercapai, karena yang berkehendak hanya memberikan hal-hal itu kepada yang pantas. Kita pun tak tau siapa diantara kita atau banyak orang lainnya yang lebih pantas, hanya saja mendahului-Nya dengan berkata kamu lebih baik dari padaku, atau kamu lebih tersakiti hingga kamu lebih layak, atau kamu sudah menanti hingga pada akhirnya penantian itu menghampirimu, itu terdengar seperti kamu

dingin-

Sayang, malam ini begitu dingin, tubuhku dibuat kaku oleh angin yang meresap lewat pori-pori. Aku tau akhir-akhir ini cuacanya memang selalu begini, hujan turun tiada henti. Akan tetapi hari kemarin masih kurasakan hangat sayang, hangat yang lewat melalui tegur sapa kita, hangat yang nyaman melalui canda gurau kita, hangat yang menjalar dari perasaan kita. Tapi mengapa malam ini berbeda sayang. Malam ini begitu dingin, dingin yang menusuk, dan hatiku seperti dirajam sayang. Dingin ini membuatku linu, dan terasa nyeri tepat di ulu hatiku. Mengapa hangat yang kemarin hilang, belum lewat beberapa jam dari terakhir kali kita bercengkrama, tapi aku merindukanmu. Kadang aku bertanya pada hatiku. Mengapa ia memilihmu? Hatiku beku tak menjawab, akupun tidak tau, tapi kau berhasil menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya, dan aku benar-benar jatuh hati. Sampai rasanya hilang akalku olehmu. Sayang, apakah kau tau lawan dari cinta bukanlah benci, namun kurasa pergi. Entah mengapa aku sangat ketakuta

Katakan Tuan

Bagaimana ini Tuan. Ketakutanku selalu menghantui, rasanya begitu tidak nyaman di dada, ini seperti suatu firasat atau sebuah prasangka. Aku tidak ingin memikirkannya, tapi ini segalanya dengan sendiri berlalu lalang. Mengapa kau lakukan ini Tuan. Aku hanya mencintaimu tanpa sengaja, apa salahku jika ini terjadi begitu saja. Lantas mengapa aku begitu gelisah, aku khawatir Tuan hatimu masih belum utuh, tidak untukku sepenuhnya. Namun tak ada yang dapat kulakukan, aku hanya berusaha untuk percaya bahwa segalanya akan berujung indah untuk kita. Tapi nyatanya tak semudah itu Tuan,   aku takut kepercayaan itu terhianati, aku takut untuk menerima resiko itu. Bukankah kau tau Tuan, aku pernah jatuh srjatuh-jatuhnya, hingga rasanya ingin mati, hidup menelan luka dan di dampingi kecewa. Kau tau Tuan itu sangat menyakitkan, dan aku tak ingin lagi, apalagi jika sebabnya kau. Aku tau Tuan, kita bersama melalui jalan yang tak seharusnya, tapi iru semua diluar kendaliku, bahkan jika ada yang t

patahkan lagi

Rasanya patah seketika, begitu saja. Entah harus bagaimana, bahkan berkata saja ku kira sulit sekali. Tak bisa menyalahkanmu, karena memang bukan salahmu. Dari awal aku yang salah, aku yang memaksa hadir diantara kau dan dia. Namun apa sepenuhnya ini salahku, lantas percakapan yang kau awali apa itu juga salahku, kemudian bagaimana dengan peluk yang kau tawarkan itu, serta waktu yang kita habiskan bersama apa semuanya adalah kesalahanku. Lalu bagaimana dengan ucapmu yang bilang kalau aku telah jadi satu-satunya. Kau bahlan tak tau, sesenang apa hatiku hingga rasanya ingin waktu berhenti disitu. Kamu saja yang tak mengerti, kamu pikir segalanya dapat kau kendalikan dengan mudah. Lalu kini aku harus apa brengsek, mengapa mencintaimu semenyakitkan ini, mengapa mengharapkanmu setidakmumgkin ini, mengapa mempercayaimu semenyulitkan ini, dan sialnya sebrengsek apapun kamu, hatiku tak mau berhenti berdebar karenamu. Tapi ini menyakitkan Tuan, mengapa harus terjadi lagi, mengapa haru