Langsung ke konten utama

dingin-

Sayang, malam ini begitu dingin, tubuhku dibuat kaku oleh angin yang meresap lewat pori-pori.
Aku tau akhir-akhir ini cuacanya memang selalu begini, hujan turun tiada henti. Akan tetapi hari kemarin masih kurasakan hangat sayang, hangat yang lewat melalui tegur sapa kita, hangat yang nyaman melalui canda gurau kita, hangat yang menjalar dari perasaan kita.
Tapi mengapa malam ini berbeda sayang. Malam ini begitu dingin, dingin yang menusuk, dan hatiku seperti dirajam sayang.
Dingin ini membuatku linu, dan terasa nyeri tepat di ulu hatiku. Mengapa hangat yang kemarin hilang, belum lewat beberapa jam dari terakhir kali kita bercengkrama, tapi aku merindukanmu.
Kadang aku bertanya pada hatiku. Mengapa ia memilihmu?
Hatiku beku tak menjawab, akupun tidak tau, tapi kau berhasil menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya, dan aku benar-benar jatuh hati. Sampai rasanya hilang akalku olehmu.
Sayang, apakah kau tau lawan dari cinta bukanlah benci, namun kurasa pergi. Entah mengapa aku sangat ketakutan, aku tak mengerti mengapa aku tak ingin kamu pergi, tapi aku pun tak ingin kau membenciku.
Maafkan aku jika sebagai wanita, aku terlalu tak tau diri sampai beraninya mencintaimu. Aku terlalu naif oleh rasa ini, seberapa keras aku menginginkanmu aku hanya takut rasaku ini sepihak,  seberapa ingin aku mempercayaimu namun aku tetap saja ketakutan tak dapat memilikimu, seberapa sering kita bersama tingkat ketakutanku meningkat kalau kau dapat hilang kapan saja, dan ketakutan itu menghantuiku sayang.
Maaf aku tidak memahamimu, aku mengacaukan segalanya dengan segala ketakutan bodoh itu. Aku tau mungkin kau kecewa tapi ketahuilah sebabnya, aku hanya tak ingin kehilanganmu.
Aku tau rasanya luka sayang, aku sudah hebat dalam hal dilukai hingga beberapa luka terkadang sembuh sendiri tanpa kuobati, seperti saat aku menyadari perasaan gila ini padamu, kamu seperti obat yang amat menyembuhkan.
Karenanya aku tak ingin sakit lagi sayang, apalagi jika sebabnya kamu. Aku tak ingin kamu meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya.
Mungkin segala yang aku tulis terdengar berlebihan sayang, tapi aku tak tau lagi bagaimana cara menyampaikannya.
Aku bukan pembicara yang baik, bahkan setiap perdebatan aku tak pernah menang darimu, entah mengapa menatapmu bicara membuatku terpaku, sampai seringkali segalanya hilang, dan aku melupakan apa yang ingin kukatakan, hanya karena aku tak ingin melewatkan waktu bersamamu.
Aku takut, aku takut salah bicara, aku takut ucapku bukan apa yang ingin kamu dengar, hingga seringkali aku lebih memilih untuk diam.
Kau tau sayang apa yang paling kuinginkan saat ini, aku butuh penenang. Aku selalu berharap kamu mengucapkan sesuatu untuk menenangkan hati ini. Seperti ucapan sederhana bahwa kamu menyayangiku, atau kamu tak akan pergi, atau diantara yang akan terlalu hanya ada aku dan kamu.
Aku tak pernah dengar kamu meyakinkanku, hingga terkadang ketakutanku berpikir kalau semua ini tidak kau anggap serius. Namun bagaimana hatiku, meskipun aku tau bahwa janji hanyalah penenang sementara, tapi aku selalu mendambakannya.
Meskipun ada kemungkinan ingkar diantara janji tapi aku tetap menginginkannya. Itulah wanita sayang, aku pun wanita, kadang aku berpikir bodoh menginginkan hal seperti itu. Sesungguhnya aku lebih suka hal realita dr pada ungkapan.
Tapi keduanya tak kudapatkan sayang, aku tak dapat pengakuan, hingga aku dikalahkan oleh harapan.
Apa kau tau tuan, sejak kita memulai segalanya hatiku digerogoti oleh cemburu.
Aku tau cemburu hanyalah untuk orang yang tak percaya diri, dan aku selalu tak percaya diri jika mengkhawatirkanmu.
Lagi-lagi aku ketakutan, selalu sebabnya ketakutan kamu hilang, takut bukan aku satu-satunya bagimu.
Memikirkannya saja hatiku tercekik, apalagi tentang opinimu yang beranggapan aku ini menuduh.
Itu bukan tuduhan sayang, hanya sedikit cara agar aku kau beri perhatian, karena aku tak pernah dapat tenang yang kuharapkan.
Jadi mengertilah, aku hanya belum benar-benar tau caranya memahamimu dan aku juga ingin dipahami.
Kemudian maukah kita saling memahami, jawabannya aku akan berusaha, dan bagaimana denganmu?
Dan ketahuilah sayang, cinta itu memahami bukannya menjelaskan.
Dan aku menyayangimu, akan kupastikan selalu begitu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...