Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Bertahan ya.

Seluruh dunia sedang tidak baik-baik saja. Hidup dalam ketakutan, tertidur dengan rasa khawatir dan terbangun dengan rasa kecewa, karena apa yang kita alami bukanlah mimpi semalam. Kenyataan alam raya sedang tidak baik-baik saja, itu tetap mutlak hingga kini. Siapa yang paling menderita karena pandemi ini, kita semua menderita, kita semua ketakutan, barang kali satu dua menjadikannya lelucon, percayalah mereka hanya tak ingin menerima kenyataan. Meremehkan? Menganggap sepele? Tidak boleh begitu, kita semua harus sadar, harus waspada. Dalam setiap langkah kita, ada ribuan jiwa yang dipertaruhkan nyawanya. Bukan hanya nyawa, ada juga mimpi dalam setiap jiwa. Siapa yang tega mengubur semuanya, dan merelakan mereka kehilangan harapan. Lagi pula, siapa yang siap menghadapi kehilangan. Masa depan ada untuk kita, semuanya harus percaya bahwa ada kesempatan untuk kita. Dari mana kita harus memulainya, jelas dari diri kita. Maka mari kita berjuang sama-sama. Yang kua

Ikrar

Kita sama-sama berikrar bahwa perasaan ini akan terus hidup dalam setiap jiwa kita, dan semoga saja tiap dari kita tak akan ada pula yang berlaku ingkar. Menyambut pagi terasa menyenangkan setiap kali membaca sapaan darimu, hangat selalu menjalar dalam hati, merasa selalu dicintai pada setiap pagi, kamu paling tau caranya membuatku jatuh hati setiap hari. Berharap kita abadi, sebab tak rela semesta merenggutmu dari rengkuhanku, aku yakin sekali bahwa pelukku adalah tempat teraman bagimu, selama alam raya membiarkan kita menyatu. Pernah nama lain tertulis dihatiku –pun hatimu, kita sama-sama tau bahwa yang pertama bukan aku atau kamu, tapi kini hanya ada utuh namamu tertulis di setiap sudut hati juga ingatanku, – harapku sama berlaku untukmu mengenaiku. Berapa lama kita akan bersama, aku selalu penasaran akan hal itu. Bukan dukun, bukan cenayang, bukan juga peramal, kita berdua takkan pernah tau ada takdir apa yang menanti kita. Entah jalan mana yang akan kita lewati, nam

Meminta Waktu

Tuhan. Kalau bisa jangan dulu, segala ketakutan yang ada tentang tak hidup lagi esok jangan dulu terjadi. Banyak, sungguh sangat banyak hal yang ingin aku lakukan dan belum terlaksana. Seperti ikhlas, masih begitu banyak hal yang membebankan hati, hal buruk yang sulit untuk kurelakan, kuabaikan, hingga menjadi borok dan tumbuh makin dalam di hati. Seperti kebencian yang belum bisa kumaafkan, rasanya hitam menutupi isi kepala. Aku ingin lebih baik lagi, menjadi sosok yang bisa memaafkan dan merekan lebih ikhlas. Atau biarkan aku siap, sedikit saja untuk mencapai mimpi-mimpi yang kupunya. Tuhan, aku ingin hidup dengan lebih bahagia. Melupakan masalalu yang kelam, tidak merasa marah dengan perceraian orang tua, tidak merasa kesal dengan beban yang diemban, memaafkan setiap orang hingga hati menjadi tenang, membalas setiap kebaikan yang diterima, dan berterimakasih kepada orang-orang yang menguatkan. Aku juga punya hal yang ingin kuraih, seperti membangun dan memiliki

Mimpiku

Aku ingin menjadi penulis, ujarku kepada diri sendiri setiap kali ada orang yang bertanya aku ingin menjadi apa. Jawaban itu hanya ku katakan pelan dalam hati, dengan suara yang tak pernah terdengar. Terlalu malu, padahal aku sungguh ingin. Membayangkan menandatangani ratusan lembar halaman awal buku untuk diberikan kepada penggemar, tertawa geli dengan bahagia yang menjalar. Apakah bisa? Aku meraih mimpi itu. Aku yang sering kali hilang rasa percaya diri, berlagak paling berani hanya karena tak ingin dengar caci. Aku yang seringkali meremehkan karya sendiri karena begitu membosankan untuk dibaca ulang, berlagak bangga menunjukkannya, menyebarkan lewat segala media, berharap satu dua puji terucap dari yang membaca. Aku yang sering kali menyalahkan dunia karena merasa ia tak pernah adil, berlagak bijak dengan bicara soal rasa syukur yang aku sendiri tak begitu mengerti. Nanti, ucapku selalu nanti akan datang waktunya bahwa segalanya akan membaik, hanya saja terlalu ba