Bagaimana ini Tuan. Ketakutanku selalu menghantui, rasanya begitu tidak nyaman di dada, ini seperti suatu firasat atau sebuah prasangka.
Aku tidak ingin memikirkannya, tapi ini segalanya dengan sendiri berlalu lalang.
Mengapa kau lakukan ini Tuan. Aku hanya mencintaimu tanpa sengaja, apa salahku jika ini terjadi begitu saja.
Lantas mengapa aku begitu gelisah, aku khawatir Tuan hatimu masih belum utuh, tidak untukku sepenuhnya. Namun tak ada yang dapat kulakukan, aku hanya berusaha untuk percaya bahwa segalanya akan berujung indah untuk kita. Tapi nyatanya tak semudah itu Tuan, aku takut kepercayaan itu terhianati, aku takut untuk menerima resiko itu.
Bukankah kau tau Tuan, aku pernah jatuh srjatuh-jatuhnya, hingga rasanya ingin mati, hidup menelan luka dan di dampingi kecewa. Kau tau Tuan itu sangat menyakitkan, dan aku tak ingin lagi, apalagi jika sebabnya kau.
Aku tau Tuan, kita bersama melalui jalan yang tak seharusnya, tapi iru semua diluar kendaliku, bahkan jika ada yang terluka karena kebersamaan kita, aku bahkan lebih terluka jika tak bersamamu, aku tak ingin kamu hilang.
Apa yang harus kulakukan Tuan, aku tak ingin kamu berpaling, ataupun berbalik arah, selalu ada yang kuandaikan untuk kita setiap harinya, dan aku ingin kamu mengamininya.
Tuan, aku tau segalanya terlihat gila, tapi saat kukatakan aku menyayangimu lebih dari yang kau tau, hal itu benar-benar sungguhan Tuan.
Apakah kau tau Tuan, betapa bahagianya aku saat kau mengajakku bicara tentang masa depan, katamu kau tidak akan membicarakannya dengan org yg tak kau sayangi, tapi aku takut Tuan, aku takut kau membagi cerita itu dengan yang lainnya.
Aku tak ingin kau tertawa dengan wanita lain, atau dia misalnya.
Aku tak ingin kau bergurau tentang bagaimana kau akan hidup nanti dengan orang lain, rasanya sangat mencemaskan.
Apalagi melihatnya seperti mengejekku, apa yang dia katakan tentangmu selalu merisaukanku. Amat meyakinkan dirinya jika kamu bukan milikku, dan seringkali aku terpengaruh, kesalnya lagi aku tak dapat melakukan apapun, bahkan mengatakan pada dunia bahwa aku mencintaimu seperti sebuah dosa, yang hukuman beratnya diberikan olehmu.
Mengapa kau membiarkannya tapi tak membiarkan aku, kau yang jadi sebeb resahku Tuan, mengapa tak menenangkanku dengan memberiku keyakinan itu. Keyakinan kalau dia salah, keyakinan kalau wanita itu tidak benar, keyakinan kalau aku yang kau inginkan, mengapa tak kau lakukan Tuan.
Aku sangat tersiksa oleh hal itu, batinku membisu dalam asap yang membuat sesak. Aku hanya ingin merasa diinginkan Tuan, olehmu.
Aku ingin begitu mempercayaimu dan mempercayai hatiku, kalau tidak ada apa-apa diantara kalian. Tapi pikiranku tidak mendukung itu, kupikir karena aku begitu takutnya. Lantas aku harus apa tuan, semua ini tak dapat kuabaikan begitu saja.
Resah dan putus asa, ini begitu sulit.
Dan kurasa yang kubutuhkan hanyalah satu Tuan, darimu.
Misalnya seperti sebuah pengakuan.
Aku tidak ingin memikirkannya, tapi ini segalanya dengan sendiri berlalu lalang.
Mengapa kau lakukan ini Tuan. Aku hanya mencintaimu tanpa sengaja, apa salahku jika ini terjadi begitu saja.
Lantas mengapa aku begitu gelisah, aku khawatir Tuan hatimu masih belum utuh, tidak untukku sepenuhnya. Namun tak ada yang dapat kulakukan, aku hanya berusaha untuk percaya bahwa segalanya akan berujung indah untuk kita. Tapi nyatanya tak semudah itu Tuan, aku takut kepercayaan itu terhianati, aku takut untuk menerima resiko itu.
Bukankah kau tau Tuan, aku pernah jatuh srjatuh-jatuhnya, hingga rasanya ingin mati, hidup menelan luka dan di dampingi kecewa. Kau tau Tuan itu sangat menyakitkan, dan aku tak ingin lagi, apalagi jika sebabnya kau.
Aku tau Tuan, kita bersama melalui jalan yang tak seharusnya, tapi iru semua diluar kendaliku, bahkan jika ada yang terluka karena kebersamaan kita, aku bahkan lebih terluka jika tak bersamamu, aku tak ingin kamu hilang.
Apa yang harus kulakukan Tuan, aku tak ingin kamu berpaling, ataupun berbalik arah, selalu ada yang kuandaikan untuk kita setiap harinya, dan aku ingin kamu mengamininya.
Tuan, aku tau segalanya terlihat gila, tapi saat kukatakan aku menyayangimu lebih dari yang kau tau, hal itu benar-benar sungguhan Tuan.
Apakah kau tau Tuan, betapa bahagianya aku saat kau mengajakku bicara tentang masa depan, katamu kau tidak akan membicarakannya dengan org yg tak kau sayangi, tapi aku takut Tuan, aku takut kau membagi cerita itu dengan yang lainnya.
Aku tak ingin kau tertawa dengan wanita lain, atau dia misalnya.
Aku tak ingin kau bergurau tentang bagaimana kau akan hidup nanti dengan orang lain, rasanya sangat mencemaskan.
Apalagi melihatnya seperti mengejekku, apa yang dia katakan tentangmu selalu merisaukanku. Amat meyakinkan dirinya jika kamu bukan milikku, dan seringkali aku terpengaruh, kesalnya lagi aku tak dapat melakukan apapun, bahkan mengatakan pada dunia bahwa aku mencintaimu seperti sebuah dosa, yang hukuman beratnya diberikan olehmu.
Mengapa kau membiarkannya tapi tak membiarkan aku, kau yang jadi sebeb resahku Tuan, mengapa tak menenangkanku dengan memberiku keyakinan itu. Keyakinan kalau dia salah, keyakinan kalau wanita itu tidak benar, keyakinan kalau aku yang kau inginkan, mengapa tak kau lakukan Tuan.
Aku sangat tersiksa oleh hal itu, batinku membisu dalam asap yang membuat sesak. Aku hanya ingin merasa diinginkan Tuan, olehmu.
Aku ingin begitu mempercayaimu dan mempercayai hatiku, kalau tidak ada apa-apa diantara kalian. Tapi pikiranku tidak mendukung itu, kupikir karena aku begitu takutnya. Lantas aku harus apa tuan, semua ini tak dapat kuabaikan begitu saja.
Resah dan putus asa, ini begitu sulit.
Dan kurasa yang kubutuhkan hanyalah satu Tuan, darimu.
Misalnya seperti sebuah pengakuan.
Komentar
Posting Komentar