Aku tidak begitu tau kalau takdir selalu saja mengejutkan, hanya saja kita sebagai manusia belum tentu mendapatkan takdir sesuai dengan apa yang kita inginkan dan harapkan.
Boleh saja berharap, tapi siapa yang tau dengan hasil akhirnya, kita hanya dapat menanti akhir itu sembari menikmati prosesnya.
Entah itu aku, kamu, dia ataupun mereka, kita semua sama saja, jadi tolong jangan berbicara seakan-akan kamu tau segalanya, seperti akhir bahagia yang kamu bicarakan tentang kamu dan dia.
Kita hanya menjalani sambil berharap keberuntungan menghampiri, banyak yang memiliki keinginan sama, tapi tidak semuanya tercapai, karena yang berkehendak hanya memberikan hal-hal itu kepada yang pantas. Kita pun tak tau siapa diantara kita atau banyak orang lainnya yang lebih pantas, hanya saja mendahului-Nya dengan berkata kamu lebih baik dari padaku, atau kamu lebih tersakiti hingga kamu lebih layak, atau kamu sudah menanti hingga pada akhirnya penantian itu menghampirimu, itu terdengar seperti kamu terlalu meramalkan bahagiamu.
Kamu merasa hanya kamu yang menanti, berharap, dan terluka. Pernahkah kamu mempertimbangkan hati milik yang lain, apa yang orang lain rasakan, sedalam apa luka yang ia punya, dan sebesar apa harapan orang lainnya??
Terkadang kita sebagai manusia terlalu angkuh untuk peduli terhadap orang lain hanya karena merasa dirinya adalah orang yang paling menderita. Setiap orang memiliki luka masing-masing, jika hidupnya terlihat mudah bukan berarti hidupmu lebih sulit, caranya saja yang berbeda, mungkin apa yang menyebabkan luka juga berbeda, karena jalan hidup setiap orang juga berbeda semua.
Kamu boleh saja menyalahkanku atas apa yang kau anggap luka itu disebabkan olehku, terserah itu hakmu, bahkan aku tak ingin mencampuri pendapatmu. Hanya saja jangan terlalu menghakimiku dengan seolah-olah hanya kamulah orang yang paling menderita.
Terimakasih sekali jika kamu berpikir hidupku sempurna dan tiada luka, aku juga berharap selalu begitu, hanya saja apa yang kamu katakan dan kamu pikirkan tidak selalu benar.
Bukan berarti aku mengatakan salah pula, tetapi yang berhak menentukan salah atau benarnya hanya yang memiliki kuasa.
Bahkan saat aku berbicara seperti ini, ini hanyalah pendapatku, pandangan dari sudutku, mungkin berbeda dengan anggapanmu, atau orang lainnya. Aku tidak merasa benar, karena bagiku untuk melanjutkan hidup dan melalui segalanya tidak harus menjadi selalu benar.
Meski tak dapat kupinkiri, terkadang aku pun tak suka disalahkan, atau seringkali aku terlalu egois untuk menganggap apa yang ku lakukan adalah yang seharusnya. Itulah sebabnya aku hanya manusia, wanita biasa yang jauh dari kata sempurna, bahkan jika kamu bilang aku licik, tak tau diri, perusak, pengganggu, atau apapun sumpah serapah lainnya, itu semua benar jika dari sudut pandangmu. Tapi sekali lagi kita tau, pemikiran dan sudut pandang setiap orang selalu berbeda.
Kita semua harus hidup dengan bahagia, aku, dia, dan kusemogakan juga untukmu. Untuk bagaimana caranya kita dapatkan bahagia itu ya terserah seperti apa, tak ada yang bisa dipaksakan, mengubah atau mengharuskan segalanya berjalan sesuai dengan inginku atau inginnya, karena kamu juga punya inginmu sendiri.
Jadi mari hidup dengan seharusnya, dengan bahagia!
Jika kamu tidak merasa bahagia karenaku, maaf itu semua diluar kuasaku, aku tak bisa memaksa kamu harus seperti ini dan itu, dan aku juga tak bisa memberikan bahagiaku padamu. Oleh karenanya mari kita usahakan sendiri, entah aku atau kamu, biar yang berkuasa yang menentukan takdir berpihak pada siapa.
Dan aku bahkan sudah menyiapkan diri, jika sewaktu-waktu bahagiaku hilang, mungkin itu adalah takdir, atau sejenis hukuman yang memang seharusnya kuterima.
Boleh saja berharap, tapi siapa yang tau dengan hasil akhirnya, kita hanya dapat menanti akhir itu sembari menikmati prosesnya.
Entah itu aku, kamu, dia ataupun mereka, kita semua sama saja, jadi tolong jangan berbicara seakan-akan kamu tau segalanya, seperti akhir bahagia yang kamu bicarakan tentang kamu dan dia.
Kita hanya menjalani sambil berharap keberuntungan menghampiri, banyak yang memiliki keinginan sama, tapi tidak semuanya tercapai, karena yang berkehendak hanya memberikan hal-hal itu kepada yang pantas. Kita pun tak tau siapa diantara kita atau banyak orang lainnya yang lebih pantas, hanya saja mendahului-Nya dengan berkata kamu lebih baik dari padaku, atau kamu lebih tersakiti hingga kamu lebih layak, atau kamu sudah menanti hingga pada akhirnya penantian itu menghampirimu, itu terdengar seperti kamu terlalu meramalkan bahagiamu.
Kamu merasa hanya kamu yang menanti, berharap, dan terluka. Pernahkah kamu mempertimbangkan hati milik yang lain, apa yang orang lain rasakan, sedalam apa luka yang ia punya, dan sebesar apa harapan orang lainnya??
Terkadang kita sebagai manusia terlalu angkuh untuk peduli terhadap orang lain hanya karena merasa dirinya adalah orang yang paling menderita. Setiap orang memiliki luka masing-masing, jika hidupnya terlihat mudah bukan berarti hidupmu lebih sulit, caranya saja yang berbeda, mungkin apa yang menyebabkan luka juga berbeda, karena jalan hidup setiap orang juga berbeda semua.
Kamu boleh saja menyalahkanku atas apa yang kau anggap luka itu disebabkan olehku, terserah itu hakmu, bahkan aku tak ingin mencampuri pendapatmu. Hanya saja jangan terlalu menghakimiku dengan seolah-olah hanya kamulah orang yang paling menderita.
Terimakasih sekali jika kamu berpikir hidupku sempurna dan tiada luka, aku juga berharap selalu begitu, hanya saja apa yang kamu katakan dan kamu pikirkan tidak selalu benar.
Bukan berarti aku mengatakan salah pula, tetapi yang berhak menentukan salah atau benarnya hanya yang memiliki kuasa.
Bahkan saat aku berbicara seperti ini, ini hanyalah pendapatku, pandangan dari sudutku, mungkin berbeda dengan anggapanmu, atau orang lainnya. Aku tidak merasa benar, karena bagiku untuk melanjutkan hidup dan melalui segalanya tidak harus menjadi selalu benar.
Meski tak dapat kupinkiri, terkadang aku pun tak suka disalahkan, atau seringkali aku terlalu egois untuk menganggap apa yang ku lakukan adalah yang seharusnya. Itulah sebabnya aku hanya manusia, wanita biasa yang jauh dari kata sempurna, bahkan jika kamu bilang aku licik, tak tau diri, perusak, pengganggu, atau apapun sumpah serapah lainnya, itu semua benar jika dari sudut pandangmu. Tapi sekali lagi kita tau, pemikiran dan sudut pandang setiap orang selalu berbeda.
Kita semua harus hidup dengan bahagia, aku, dia, dan kusemogakan juga untukmu. Untuk bagaimana caranya kita dapatkan bahagia itu ya terserah seperti apa, tak ada yang bisa dipaksakan, mengubah atau mengharuskan segalanya berjalan sesuai dengan inginku atau inginnya, karena kamu juga punya inginmu sendiri.
Jadi mari hidup dengan seharusnya, dengan bahagia!
Jika kamu tidak merasa bahagia karenaku, maaf itu semua diluar kuasaku, aku tak bisa memaksa kamu harus seperti ini dan itu, dan aku juga tak bisa memberikan bahagiaku padamu. Oleh karenanya mari kita usahakan sendiri, entah aku atau kamu, biar yang berkuasa yang menentukan takdir berpihak pada siapa.
Dan aku bahkan sudah menyiapkan diri, jika sewaktu-waktu bahagiaku hilang, mungkin itu adalah takdir, atau sejenis hukuman yang memang seharusnya kuterima.
Komentar
Posting Komentar