Langsung ke konten utama

Takdir

Aku tidak begitu tau kalau takdir selalu saja mengejutkan, hanya saja kita sebagai manusia belum tentu mendapatkan takdir sesuai dengan apa yang kita inginkan dan harapkan.
Boleh saja berharap, tapi siapa yang tau dengan hasil akhirnya, kita hanya dapat menanti akhir itu sembari menikmati prosesnya.
Entah itu aku, kamu, dia ataupun mereka, kita semua sama saja, jadi tolong jangan berbicara seakan-akan kamu tau segalanya, seperti akhir bahagia yang kamu bicarakan tentang kamu dan dia.
Kita hanya menjalani sambil berharap keberuntungan menghampiri, banyak yang memiliki keinginan sama, tapi tidak semuanya tercapai, karena yang berkehendak hanya memberikan hal-hal itu kepada yang pantas. Kita pun tak tau siapa diantara kita atau banyak orang lainnya yang lebih pantas, hanya saja mendahului-Nya dengan berkata kamu lebih baik dari padaku, atau kamu lebih tersakiti hingga kamu lebih layak, atau kamu sudah menanti hingga pada akhirnya penantian itu menghampirimu, itu terdengar seperti kamu terlalu meramalkan bahagiamu.
Kamu merasa hanya kamu yang menanti, berharap, dan terluka. Pernahkah kamu mempertimbangkan hati milik yang lain, apa yang orang lain rasakan, sedalam apa luka yang ia punya, dan sebesar apa harapan orang lainnya??
Terkadang kita sebagai manusia terlalu angkuh untuk peduli terhadap orang lain hanya karena merasa dirinya adalah orang yang paling menderita. Setiap orang memiliki luka masing-masing, jika hidupnya terlihat mudah bukan berarti hidupmu lebih sulit, caranya saja yang berbeda, mungkin apa yang menyebabkan luka juga berbeda, karena jalan hidup setiap orang juga berbeda semua.
Kamu boleh saja menyalahkanku atas apa yang kau anggap luka itu disebabkan olehku, terserah itu hakmu, bahkan aku tak ingin mencampuri pendapatmu. Hanya saja jangan terlalu menghakimiku dengan seolah-olah hanya kamulah orang yang paling menderita.
Terimakasih sekali jika kamu berpikir hidupku sempurna dan tiada luka, aku juga berharap selalu begitu, hanya saja apa yang kamu katakan dan kamu pikirkan tidak selalu benar.
Bukan berarti aku mengatakan salah pula, tetapi yang berhak menentukan salah atau benarnya hanya yang memiliki kuasa.
Bahkan saat aku berbicara seperti ini, ini hanyalah pendapatku, pandangan dari sudutku, mungkin berbeda dengan anggapanmu, atau orang lainnya. Aku tidak merasa benar, karena bagiku untuk melanjutkan hidup dan melalui segalanya tidak harus menjadi selalu benar.
Meski tak dapat kupinkiri, terkadang aku pun tak suka disalahkan, atau seringkali aku terlalu egois untuk menganggap apa yang ku lakukan adalah yang seharusnya. Itulah sebabnya aku hanya manusia, wanita biasa yang jauh dari kata sempurna, bahkan jika kamu bilang aku licik, tak tau diri, perusak, pengganggu, atau apapun sumpah serapah lainnya, itu semua benar jika dari sudut pandangmu. Tapi sekali lagi kita tau, pemikiran dan sudut pandang setiap orang selalu berbeda.
Kita semua harus hidup dengan bahagia, aku, dia, dan kusemogakan juga untukmu. Untuk bagaimana caranya kita dapatkan bahagia itu ya terserah seperti apa, tak ada yang bisa dipaksakan, mengubah atau mengharuskan segalanya berjalan sesuai dengan inginku atau inginnya, karena kamu juga punya inginmu sendiri.
Jadi mari hidup dengan seharusnya, dengan bahagia!
Jika kamu tidak merasa bahagia karenaku, maaf itu semua diluar kuasaku, aku tak bisa memaksa kamu harus seperti ini dan itu, dan aku juga tak bisa memberikan bahagiaku padamu. Oleh karenanya mari kita usahakan sendiri, entah aku atau kamu, biar yang berkuasa yang menentukan takdir berpihak pada siapa.
Dan aku bahkan sudah menyiapkan diri, jika sewaktu-waktu bahagiaku hilang, mungkin itu adalah takdir, atau sejenis hukuman yang memang seharusnya kuterima. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...