Langsung ke konten utama

Fana untuk Nirwana

Malam semakin pekat, suasana pun semakin sunyi namun kurasakan hatiku begitu gusar.
Entah apa sebab jelas dari kegusaran ini, makin lama makin gelisah, terlebih lagi kerisauan yang tiada sebabnya ini melanda sedari tadi hingga membuatku hilang selera untuk bicara dengan siapapun.
Segalanya tak terasa begitu saja kuabaikan, yang dekat pun jadi terasa jauh, juga yang berjarak perlahan seperti pergi.
Kerisauan tanpa alasan ini menyebabkan bencana yang melanda di titik kisaran bahagiaku akhir-akhir ini.
Seketika melunturkan tinta warna-warni yang tadinya begitu cerah menempel di dinding hatiku. Kini seperti terlihat pudar, tak menarik lagi dipandang serta kehilangan daya tariknya.
Aku ingin tidur saja!  Sepertinya aku lelah!  Tubuhku berkata demikian, hatiku pun  ingin begitu namun fikiranku tak bekerja sesuai kata hatiku.
Biasanya segalanya terjadi dengan senada dan selaras namun kini begitu tidak berkesinambungan.
Heyyyy... apa lah sesungguhnya inti dari tulisan ini, makin baris makin tak beraturan, kata nya pun makin tak singkron, kalimatnya apa lagi tidak tersusun dengan indahnya.
Imajinasiku mana?? Tak ingin lagikah kita beriringan untuk menciptakan tulisan yang dapat membuat pembacanya terperangah.
Marahkah kau??  Aku tahu belakangan ini aku terlalu disibukkan dengan dunia yang hanya fana ini hingga aku mengabaikanmu, namun ya apalah aku??  Tubuhku tak dapat terbagi, aku pun lelah jika harus mengikuti alur kefanaan ini, aku merasa lebih bahagia berada diatas angan bersama imajinasi gila yang kadang ku impikan jadi realita itu.
Kurasa pula dalam anganku yang sering kali tak dapat dimengerti bahwa dunia fana yang membuatku mengabaikanmu ini akan menjauhkanku dari yang namanya nirwana.
Nirwana yang katanya indah itu, mereka yang berkata tak ada hal yang lebih indah sari nirwana!  Ya mereka!  Mereka yang sama sepertiku, mereka yang cinta pada dunia fana namun ingin tinggal tetap di nirwana.
Adilkah?  Kurasa aku dan mereka terlalu naif, tak menyadari kenyataan bahwa nirwana hanya untuk mereka yang dirinya juga indah.
Pantaskah kita??  Bukan kah aku dan mereka masih begitu cinta pada dunia fana ini, dunia yang akan hilang hanya dengan menghitung waktu.
Entahlah, kusadari memang terkadang aku tidak tahu diri.
Sampai saatnya nanti, sampai fana ini lenyap biarkan aku tetap bersamamu, biarkan aku terus berimajinasi tanpa batas, berangan tanpa larangan serta  biarkan aku membayangkan nirwana yang jauh dari rengkuhan wanita sepertiku, wanita yang masih belum mengerti untuk apa dia berada disini, di dunia fana ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...