Langsung ke konten utama

Aku pun TERSANGKA disini

Udara dingin begitu menusuk di tengah bisingnya hinaan serta cacian, makian yang begitu kejinya menyayat hati. Aku siapa??  Aku tak terpedaya, aku tak bersangkutan tapi aku jadi tersangka.
Apa lagi kamu??? Sahabatku!
Tenanglah, aku tau segalanya begitu tidak mudah, aku tahu segalanya begitu sulit, nama baik serta harga diri dipermainkan.
Diam, iya maaf bahkan aku hanya bisa diam menelan segala cercaan yang terlontarkan dari mulut mereka.
Mereka yang tidak tahu benar atau salahnya, aku tidak membenarkan, aku bahkan menutup rapat mulutku untuk hal ini.
Kau tahu sahabat, aku tak pandai untuk berkata-kata, hanya tulisan ini yang kupikir akan menguatkan.
Aku tidak dapat membelamu karena kutahu kau masih kuat untuk menopang ini, kutahu kau mulai rapuh, aku pun melihat tangis serta jeritan yang tak pernah kau tunjukkan itu.
Aku pun terluka karena lukamu sahabat, aku pun kini jadi tersangka, mereka pikir aku juga penjahatnya.
Tak apa, kuterima segalanya. Sakitmu yang menjadi perihku, aku tahu akupun lemah, hanya saja harus kusembunyikan agar tidak membuatmu lebih dalam terluka.
Biarlah kau merasa sendiri dalam keterpurukan ini, tak apa karena ku yakin kau bukan wanita yang lemah, kebungkamanku bukan berarti aku tidak menyayangimu, hanya aku tak ingin kau semakin terperosok jika mulutku pun ikut berbicara.
Kau tahu bukan, aku sering kali berkata segalanya akan indah pada waktunya.
Biarlah segala asumsi kosong yang mereka lontarkan itu melukaimu, karena aku percaya Tuhan akan menyembuhkan lukamu itu pada saatnya nanti.
Maaf aku tak melontarkan kata yang dapat membantu ataupun menguatkan, bahkan ku hanya dapat tertawa diam dalam bisingnya cacian mereka.
Tersenyumlah agar kau terlihat lebih mulia dari pada mereka yang berbicara keras tentangmu. Itu adalah cara terbaik untuk menguatkan hati yang luka dari pada kau bergelut dengan amarah yang akan memperkeruh segalanya.
Tetaplah bertahan sayang walau dalam keterpurukan yang paling dalam, aku mengiringimu dengan doa yang ku bisikkan pada-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...