Langsung ke konten utama

jangan datang sekarang !

Langit sore ini lebih terang dari biasanya, mega dengan jingganya yang indah menghiasi hamparan langit. Semilir angin berhembus mengiringi senja sore ini.
Begitu teduh melihat keindahan langit yang surya nya hampir tenggelam.
Lama kelamaan langit mulai pudar dari cahayanya, begitu pula keteduhan dihatiku mulai pudar.
Perasaan menjadi kacau, seperti terjadi konflik dalam hatiku. Baru saja kudapat ketenangan namun rasanya seperti ada lagi monster yang bangun dari tidurnya dan mengusik hatiku.
Kudengar suatu kabar siang tadi sebelum aku resah dan mencari langit senja untuk menenangkanku. Kabar yang ingin kuabaikan namun malah melekat erat dipikiranku.
Katanya kamu akan kembali??
Apakah benar??  Sudah pulihkah lara hatimu akan luka yang kau derita tepat dihatimu hingga kau berani untuk kembali?
Bagaimana bisa secepat itu?
Aku bahkan belum menyembuhkan setengah dari luka yang kumiliki, lukaku masih basah, hatiku masih lara.
Bisakah kau jangan kembali!
Ini bukan perintah, tapi ini permohonan. Hanya satu permohonanku, kau jangan kembali.
Biarkan aku menyembuhkan luka ini terlebih dahulu, berikan aku waktu untuk dapat kembali menata hatiku.
Kau akan mengacaukannya jika kembali. Hatiku tak akan pulih, lukaku bertambah perih. Aku mohon padamu, jangan datang lagi dikehidupanku yang baru ini.
Aku mulai terbiasa tanpamu, aku baru saja mencari bahagiaku.
Ini hidupku, biar aku yang pilih biar aku yang jalani. Jangan datang lagi dan mengacaukannya, aku memang amat merindukanmu tapi aku tak harap bertemu.
Pertemuan itu ku yakin akan membuatku lemah, aku tidak ingin menumpahkan air mataku untukmu lagi.
Jadi jangan datang sekarang, datanglah nanti ketika kau sudah tidak menjadi sosok yang begitu penting bagiku, disaat aku sepenuhnya melupakanmu, bahkan disaat namamu disebut hatiku akan biasa saja mendengarnya.
Aku mohon padamu, jangan datang sekarang!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...