Langsung ke konten utama

Berdebukah kamu masalaluku ??

Hei masalalu..
Tidak, aku hanya ingin menyapamu, sesaat tadi aku teringat olehmu dan merasakan rindu yang begitu dahsyatnya didalam hatiku.
Jantungku kembali berdebar setelah sekian lamanya, dan rasanya begitu aneh.
Masalalu berdebukah kamu??  Maaf aku semakin jarang mengunjungimu. Aku sedang disibukkan dengan masa kini, masa dimana aku sedang berjuang untuk menata hidupku tanpamu, dan juga aku disibukan oleh impian masa depanku, dimana ada banyak angan dan harapanku yang ingin kuraih.
Kadang aku juga teringat impian yang dulu ingin kita gapai bersama, kala membuatku sedih karena tidak mungkin hal itu dapat kita raih bersama kini.
Apalagi kamu mengatakan akan tetap meraihnya walau tidak bersamaku. Maaf aku tidak bisa menemani, aku hanya akan menyemangatimu melalui doa diakhir sujudku.
Aku hanya mungkin akan jarang menengokmu, maaf bukannya aku tak ingin. Hanya saja aku harus melakukan itu, jika aku sering melihatmu hal itu tidak akan baik untuk perjalanan masa depanku. Aku akan selalu merindukanmu dan kisah singkat yang pernah kita lewati dulu, rindu yang berusaha untuk ku abaikan namun selalu gagal.
Hei masalalu..
Lagi lagi aku hanya ingin menyapa, apakah aku mengganggumu?
Aku sedang tertawa mengingat sedikit kisah tentang kita dulu, masih bolehkan aku untuk mengingatnya.
Aku ingin mengutarakan sesuatu, mengucapkan terimakasih karena kamu pernah ada dihidupku, mengukir kenangan-kenangan menarik yang tidak akan pernah dapat aku lupakan walaupun ku ingin.
Terimakasih pula pernah menjadi bagian dari singkatnya  perjalananku, perjalanan penuh liku yang juga kita lewati bersama dengan penuh gairah.
Sedih pun bahagia kisah kita yang pernah terjalani kini menjadi penguat langkahku, menjadi penyemangat terhebat bagiku dimasa kini.
Kesalahan yang pernah kita lakukan dulu pada kisah masalalu menjadi pembelajaran untukku, menjadi tolak ukur perbuatanku dimasa kini.
Tahukah kamu kini aku menjadi sosok yang lebih tangguh karenamu masalalu, berkat jutaan masalah dan penyesalanku dimasalalu aku menjadi makin kuat.
Bahkan kini sabarku sudah tidak berbatas, aku mulai terbiasa dengan yang namanya kesulitan.
Bedanya kesulitan yang kualami hanyalah cara menghadapinya, jika dulu ada kamu yang menemaniku untuk melaluinya, kini aku sendiri.
Hal itu yang makin menguatkanku, kesendirian adalah hal yang menangguhkan aku dimasa kini.
Bukankah masa kini juga adalah rentetan dari panjangnya perjalanan masalalu.
Maka dari itu aku berterimakasih olehmu masalaluku.
Tanpa dirimu masalalu tidak akan ada namanya masa kini yang aku miliki.




Dariku yang sesaat tadi merindukanmu.
Masalalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...