Terimakasih telah pergi secepat itu, kekosongan yang aku alami karena kepergianmu membuatku bertemu pada bahagiaku, aku mendapatkan kehidupan baru yang amat menyenangkan.
Kudapat secercah cahaya terang yang membuat hariku lebih berwarna, kudapat tempat terindah yang tadinya belum pernah kusinggahi.
Kini dikala dilema melanda aku tak lagi risau karena menghadapinya tanpa hadirmu. Dilema itu kini telah dikalahkan oleh kebahagiaan nyata yang menjadi penyemangat baru jiwaku.
Iya disitu, iya mereka.
Di kotak kecil yang kami sebut kotak pensil, dikotak itu aku berlabuh, disana kudapat bahagiaku, kotak yang menampung segala bentuk imajinasiku, disana aku menjadi sebuah pensil, pensil yang menemukan jati diri sesungguhnya, banyak pula pensil-pensil berwarna yang kini menjadi keluargaku didalam kotak pensil itu, pensil yang berperan sebagai sahabat serta keluarga, saling memberikan kenyamanan dan kehangatan pada setiap tulisan yang kami goreskan saat berperan sebagai pensil.
Mereka yang nembuatku dapat melupakanmu, mengacuhkanmu, bahkan tak mengingatmu sama sekali.
Kau pernah bilang bukan bahwa aku tidak akan bisa jadi apa-apa tanpamu, aku tak akan kuat menghadapi kehidupanku yang amat pelik ini sendiri tanpa hadirmu.
Namun lihatlah ! Kau lihatlah kini pada kenyataannya. Aku baik, aku bahagia, aku lebih kuat dari sebelumnya.
Aku bisa tidak bergantung padamu lagi, aku dapat temukan duniaku, aku punya kebebasanku, kumiliki bahagiaku tanpamu.
Setidaknya ku ucapkan terimakasih padamu telah meninggalkanku pada saat diriku lemah dan benar-benar terjatuh hingga kurasa perih.
Keterpurukanku kini membuahkan keajaiban, kini kutemukan mereka yang membantuku bangun ketika ku terjatuh, kumiliki mereka yang bersedia mengobati perih lukaku.
Pensilku, sahabatku, keluargaku, menyatu dalam jiwa melekat dalam pikiranku menjadi bagian dari separuh jiwaku, kalian sukmaku.
Aku dan mereka tidaklah abadi, kami memang hanyalah pensil yang akan habis jika terus diraut, tapi setidaknya tulisan kami akan terkenang menjadi suatu kisah yang abadi.
Kudapat secercah cahaya terang yang membuat hariku lebih berwarna, kudapat tempat terindah yang tadinya belum pernah kusinggahi.
Kini dikala dilema melanda aku tak lagi risau karena menghadapinya tanpa hadirmu. Dilema itu kini telah dikalahkan oleh kebahagiaan nyata yang menjadi penyemangat baru jiwaku.
Iya disitu, iya mereka.
Di kotak kecil yang kami sebut kotak pensil, dikotak itu aku berlabuh, disana kudapat bahagiaku, kotak yang menampung segala bentuk imajinasiku, disana aku menjadi sebuah pensil, pensil yang menemukan jati diri sesungguhnya, banyak pula pensil-pensil berwarna yang kini menjadi keluargaku didalam kotak pensil itu, pensil yang berperan sebagai sahabat serta keluarga, saling memberikan kenyamanan dan kehangatan pada setiap tulisan yang kami goreskan saat berperan sebagai pensil.
Mereka yang nembuatku dapat melupakanmu, mengacuhkanmu, bahkan tak mengingatmu sama sekali.
Kau pernah bilang bukan bahwa aku tidak akan bisa jadi apa-apa tanpamu, aku tak akan kuat menghadapi kehidupanku yang amat pelik ini sendiri tanpa hadirmu.
Namun lihatlah ! Kau lihatlah kini pada kenyataannya. Aku baik, aku bahagia, aku lebih kuat dari sebelumnya.
Aku bisa tidak bergantung padamu lagi, aku dapat temukan duniaku, aku punya kebebasanku, kumiliki bahagiaku tanpamu.
Setidaknya ku ucapkan terimakasih padamu telah meninggalkanku pada saat diriku lemah dan benar-benar terjatuh hingga kurasa perih.
Keterpurukanku kini membuahkan keajaiban, kini kutemukan mereka yang membantuku bangun ketika ku terjatuh, kumiliki mereka yang bersedia mengobati perih lukaku.
Pensilku, sahabatku, keluargaku, menyatu dalam jiwa melekat dalam pikiranku menjadi bagian dari separuh jiwaku, kalian sukmaku.
Aku dan mereka tidaklah abadi, kami memang hanyalah pensil yang akan habis jika terus diraut, tapi setidaknya tulisan kami akan terkenang menjadi suatu kisah yang abadi.
di tungu kunjungan baliknya di
BalasHapushttp://downloadgeh.blogspot.com/