Langsung ke konten utama

hujan yang belum sepenuhnya reda

Teruntuk pria yang yang kulihat sore tadi dibawah hujan



Aku memandangi langit yang masih gelap dengan awannya yang bergumpal-gumpal, hujan belum sepenuhnya reda namun ia mulai beranjak dari tempat yang melindunginya dari rintik-rintik sahabatku.
Kutatap dirinya berjalan menjauh dengan iringan candaan dari beberapa temanku agar seolah aku tidak terlihat seperti memperhatikannya.
Lama kelamaan bayangan punggungnya mulai menghilang diujung jalan.
Cuaca sore ini benar-benar membuatku merindukan kekhawatiran dari sosoknya, entah mengapa aku jadi rindu suasana yang mungkin tak bisa kudapatkan lagi bersamanya.
Kadang apa yang bukan menjadi milik kita lagi memang terasa lebih indah untuk dirindukan.
Tak lama setelah ia tak terlihat aku memutuskan pula untuk beranjak pulang, dalam perjalanan tubuhku diserang dingin yang begitu menusuk dan tubuhku sedikit dibasahi oleh hujan yang belum sepenuhnya bersembunyi lagi dilangit, hal itu membuatku tersenyum kecil mengingat beberapa waktu lalu dalam cuaca dan kondisi yang sama aku pulang dengan jaket berwarna merah hitam yang kebesaran menempel ditubuhku.
Haha iya benar, jaket itu miliknya, milik pria yang yang kulihat punggungnya pergi menjauh sore tadi.
Terhanyut dalam ingatan-ingatan singkat tentangnya juga membuatku ingat akan awal pertemuan dengannya, juga masa-masa yang pernah terlalui dulu sebagai awal kedekatan kami sebelum seperti sekarang dimana ada tembok besar dan tinggi yang membatasi kami.
Dia, pria yang membuatku cinta pada awal pertemuanku dengannya, kala itu dia d tang dengan sosok yang berpembawaan menyenangkan, dewasa serta penuh kehangatan.
Hingga semakin hari diwaktu perkenalannya semakin aku ingin menjadi lebih dekat dan ingin memilikinya.
Kehadirannya membuahkan pengaruh yang cukup besar pada hidupku yang mungkin tak pernah ia ketahui kenyataannya.
Hanya saja menyakitkan kala itu dia punya kekasih, menyakitkan pula ia mengatakan diriku banyak kesamaan dengan wanita yang ia sebut kekasihnya itu.
Namun kenyataan dia punya kekasih waktu itu tak berpengaruh besar untukku, karena kala itu aku pun milik pria lain.
Pria yang dulu kucinta namun membuatku bertahan dalam luka karena mencintainya, dan karena kehadirannya aku dapat membulatkan tekat untuk melepaskan cintaku yang kupikir aku tak dapat hidup tanpanya.
Sosoknya meyakinkanku bahwa suatu saat ia dapat menggantikan sosok kekasihku itu, hingga sampai pada kenyataannya aku berhasil bersanding dengannya setelah melalui beberapa fase yang cukup merepotkan.
Bahkan kuakui selain janji serta nazarku untuk menutupi rambutku dengan kain yang disebut hijab, ia menjadi salah satu alasannya, ucapannya yang menjadi nasihat juga pujian menjadi motivasi tersendiri untukku kala itu.
Ah sial, ku ingat pula waktu singkat saat selesainya acara silaturahmi program stydy ku kala itu, "jalan sore yang indah", aku menyebutnya begitu.
Tak satu pun moment bersamanya aku lupakan, bahkan botol minuman yang ia belikan pertama kali masih kusimpan hingga kini, agak berlebihan memang tapi setidaknya botol itu bisa berfungsi sebagai penyimpan kenangan singkat dihari itu yang akan selalu ku ingat bila melihat botol itu.
Dan surat cinta, haha. Hari itu ingin kukatakan surat itu sebagian adalah isi hatiku, hanya saja aku masih memiliki urat malu yang cukup tinggi untuk mengakuinya, dan beruntung aku tidak mengungkapkan kejujuran dari surat yang mungkin telah disobek oleh kekasihnya waktu itu.
Mengingat masa-masa yang lampau memang begitu menyenangkan, membuat tawa yang tertahan dirongga dada juga senyum simpul yang kurasakan sendiri.
Ingin kuutarakan sesuatu jika suatu waktu kamu membaca tulisan ini, terimakasih untuk waktu singkat yang pernah kita lewati bersama, juga terimakasih untuk perubahan kecil yang kau berikan dalam hidupku, aku lebih bahagia beberapa waktu lalu bersamamu, bahkan sebelum kita saling memiliki aku pun pernah merasa bahagia hanya dengan melihat inisial namamu yang ku ukir di ujung hak sepatuku.
Sampai hari ini aku masih suka untuk memandangmu sama seperti awal perkenalan dan pertemuan kita, jika kebersamaan tak dapat lagi bisa kita lakukan tolong biarkan aku meminta satu hal, biarkan sampai saat aku sudah tak ingin lagi, izinkan aku memandangmu dari kejauhan dan melihat tawamu yang renyah itu.
Tapi tenang saja aku tidak akan membuatmu terbebani oleh pintaku itu, aku hanya melakukannya tanpa sepengetahuanmu sehingga tidak mengganggu seperti sore tadi saat aku memandangmu dibawah hujan yang belum sepenuhnya reda.



Dariku wanita yang bahagia hanya dengan memandangmu :')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...