Langsung ke konten utama

Rindu Pencipta

Apa ya rasanya jiwa terlepas dari raga lalu terbang tinggi mencari nirwana??
Hari ini rasanya enggan sekali melakukan rutinitas seperti biasanya, lelah namun tubuhku baik-baik saja, resah namun hatiku pun sedang tak terluka, khawatir namun tidak terjadi -apa.
Kondisi psikisku benar-benar sedang tidak baik, aku merasa ada mata yang mengawasi pada setiap langkahku, seperti ada yang membisikkan suatu hal tidak baik.
Aku tidak takut, hanya saja aku gelisah. Ada apakah sesungguhnya, apakah penciptaku merindukanku.
Mata siapa yang mengawasiku, mengapa seperti aku adalah terdakwa yang akan dibawa kesidang terakhir, apakah itu mata para malaikatmu wahai pencipta??
Akan dengan cara apa kau ingin melepas rindu, apakah kau sedang menguji kesiapanku??
Tenang saja aku siap Pencipta, kapan pun kau mau aku akan kembali kepelukmu jika itu pintamu.
Walau jika aku tak ingin namun apa dayaku, aku hanya akan menyerahkan diri tanpa ada pemberontakan dalam bentuk apapun.
Aku siap kalaupun harus sekarang, tak apa walau dalam kondisi tubuhku yang diselimuti dosa, walau dalam keadaan yang begitu tidak baiknya.
Ini pula salahku, aku yang membuat diriku terselimuti dosa, aku yang menikmati segala kelalaianku, aku yang melakukan perbuatan dosa dalam kondisi sadar hingga kini aku merasa ada sesak tangis yang terbendung dalam bentuk penyesalan.
Kutahu sesal tak akan menghapus tinta hitam dicatatan hidupku hanya saja aku berharap kau akan memberiku sedikit pengampunan dari banyaknya dosa yang kulakukan.
Siapa aku Pencipta, hanya wanita lemah yang terpedaya oleh dunia, aku tahu tak pantas lagi aku memohon hanya saja aku rindu untuk bersujud padamu.
Masih bersediakah engkau menerima sujudku, membiarkanku menangis dalam sujudku, memohon kau memaafkan atas segala dosaku.
Aku malu untuk meminta ini pencipta, hanya saja aku ingin terbang ke nirwanamu jika kau rindukan aku, aku tak ingin menangis dikehidupan yang tak pernah kulihat alam nyatanya karena sesal.
Ragaku sudah tak berdaya, jiwaku pun hilang, aku masih ada hanya aku merasa tidak hidup, itu karena aku kehilangan duniaku yang membuatku melupakanmu beberapa waktu lalu.
Maafkan aku pencipta, aku memohon dengan beribu sesal yang tak dapat ku ungkapkan satu persatu.
Namun jika memang sudah tak dapat kau terima maafku, aku mohon tuhan terbangkan aku ke tempat yang pantas bagiku lebih cepat agar aku tak lagi melakukan banyak dosa yang akan semakin kusesali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...