Kalaupun aku harus menyerah setidaknya aku pernah mati-matian tidak pernah kalah oleh keadaan.
Kau harus tau itu mas, aku memang sudah berhenti sekarang tapi mengapa tak kau lihat bagaimana gigihnya aku mempertahankan segalanya sebelum ini.
Mas, aku menyerah bukan karena tidak ingin berjuang lebih untukmu, hanya saja aku lelah karena perjuangan ini tak pernah kau lihat.
Bahkan kau yang aku perjuangkan ternyata tak mengerti apa maksudku, bertahun-tahun yang kita lewati bersama mana mungkin tak ada artinya sedikitpun untukmu.
Bagaimana bisa dihari itu kau memperkenalkanku kepada wanita yang kau bahasakan sebagai calon mbakyu ku.
Lalu apakah aku hanya adikmu mas?
Lalu apa maksud kecupan serta pelukan hangat yang kau berikan beberapa tahun terakhir ini untukku.
Apakah hanya kenyamanan kepada seorang adik jika semuanya dilakukan dengan hasrat yang tak dapat kuartikan.
Aku memang hanya gadis yang baru beranjak dari masa pubertasnya diusia 18tahun. Tapi aku tidak begitu bodoh mas untuk mengartikan bahasa tubuhmu selama ini. Bagiku apa yang kau lakukan selama ini mengisyaratkan cinta yang amat nyata.
Namun apakah aku memang terlalu bodoh menganggap hal itu begitu nyatanya.
Mas, aku tahu usia kita terlampau jauh untuk menjalin hubungan, tapi mengapa kau buat aku begitu terpedayanya olehmu. Kau hadir dengan sosok dewasa pada usianya dengan tampang yang diibaratkan mirip artis idola juga memiliki pekerjaan yang cukup mapan serta penuh kehangatan kepadaku, bagaimana bisa aku menolak segala pesonamu itu mas.
Terlebih lagi diusia kita yang berbeda sebelas tahun ini kau dapat memahami secara utuh pemikiranku. Kau selalu jadi pendengar dan penasihat kehidupanku.
Aku fikir yang kau lakukan selama ini adalah sama dengan diriku yang menganggap hubungan kita begitu special. Ku kira kita sepasang kekasih mas.
Mengapa kau begitu naif jika masalahnya hanya karena umur, apakah kau tak bisa menunggu lima tahun lagi untuk ku menjadi sosok yang dewasa seperti wanita yang kau sebut calon mbakyu ku itu untuk mendampingimu.
Mas, aku mohon bangunkan aku dari mimpi ini. Katakan kalau aku hanya sedang bermimpi buruk, bilang bahwa takkan ada calon mbakyu ku itu dan katakan bahwa aku juga lebih bukan hanya sekedar adik bagimu.
Aku tak sekuat itu mas jika harus melihatmu bersanding dengan wanita yang bukan aku. Aku tak setegar itu mas untuk menahan air mataku agar tidak keluar dan menahan kesakitan yang begitu luar biasanya karenamu ini.
Apa dayaku mas yang mencintaimu lebih dari sekedar mas. Aku pikir kau memanggilku dik hanya karena suku kita yang mengajarkan berbicara seperti itu agar terdengar sopan, bukan karena aku ini benar-benar adikmu.
Mengapa kau katakan semua itu saat aku sedang cinta-cintanya. Mengapa kau hempaskan harapanku begitu saja. Mengapa kau hancurkan anganku dengan kejinya.
Bahkan kini aku tak dapat menyalahkanmu mas, aku terlalu cinta untuk marah.
Maaf jika aku menjauh tanpa sepatah kata, maaf pula aku pergi tanpa lambaian tangan. Aku hanya tak begitu hebat untuk memberikan senyum terakhir disaay hatiku sedang terluka parah. Aku pun tak ingin terlihat bodoh dimatamu mas jika kau tahu perasaanku yang sebenarnya bahwa aku mencintaimu. Dan juga aku akan begitu malu karena sadar perasaanku itu tak sebanding denganmu yang hanya menganggapku sebagai adik.
Maka dari itu aku pergi mas, maaf aku lari tanpa penjelasan. Aku hanya tidak ingin merusak hubunganmu dengan wanita yang kau sebut calon mbakyu ku itu jika aku tetap didekatmu.
Selamat tinggal mas.
Kau harus tau itu mas, aku memang sudah berhenti sekarang tapi mengapa tak kau lihat bagaimana gigihnya aku mempertahankan segalanya sebelum ini.
Mas, aku menyerah bukan karena tidak ingin berjuang lebih untukmu, hanya saja aku lelah karena perjuangan ini tak pernah kau lihat.
Bahkan kau yang aku perjuangkan ternyata tak mengerti apa maksudku, bertahun-tahun yang kita lewati bersama mana mungkin tak ada artinya sedikitpun untukmu.
Bagaimana bisa dihari itu kau memperkenalkanku kepada wanita yang kau bahasakan sebagai calon mbakyu ku.
Lalu apakah aku hanya adikmu mas?
Lalu apa maksud kecupan serta pelukan hangat yang kau berikan beberapa tahun terakhir ini untukku.
Apakah hanya kenyamanan kepada seorang adik jika semuanya dilakukan dengan hasrat yang tak dapat kuartikan.
Aku memang hanya gadis yang baru beranjak dari masa pubertasnya diusia 18tahun. Tapi aku tidak begitu bodoh mas untuk mengartikan bahasa tubuhmu selama ini. Bagiku apa yang kau lakukan selama ini mengisyaratkan cinta yang amat nyata.
Namun apakah aku memang terlalu bodoh menganggap hal itu begitu nyatanya.
Mas, aku tahu usia kita terlampau jauh untuk menjalin hubungan, tapi mengapa kau buat aku begitu terpedayanya olehmu. Kau hadir dengan sosok dewasa pada usianya dengan tampang yang diibaratkan mirip artis idola juga memiliki pekerjaan yang cukup mapan serta penuh kehangatan kepadaku, bagaimana bisa aku menolak segala pesonamu itu mas.
Terlebih lagi diusia kita yang berbeda sebelas tahun ini kau dapat memahami secara utuh pemikiranku. Kau selalu jadi pendengar dan penasihat kehidupanku.
Aku fikir yang kau lakukan selama ini adalah sama dengan diriku yang menganggap hubungan kita begitu special. Ku kira kita sepasang kekasih mas.
Mengapa kau begitu naif jika masalahnya hanya karena umur, apakah kau tak bisa menunggu lima tahun lagi untuk ku menjadi sosok yang dewasa seperti wanita yang kau sebut calon mbakyu ku itu untuk mendampingimu.
Mas, aku mohon bangunkan aku dari mimpi ini. Katakan kalau aku hanya sedang bermimpi buruk, bilang bahwa takkan ada calon mbakyu ku itu dan katakan bahwa aku juga lebih bukan hanya sekedar adik bagimu.
Aku tak sekuat itu mas jika harus melihatmu bersanding dengan wanita yang bukan aku. Aku tak setegar itu mas untuk menahan air mataku agar tidak keluar dan menahan kesakitan yang begitu luar biasanya karenamu ini.
Apa dayaku mas yang mencintaimu lebih dari sekedar mas. Aku pikir kau memanggilku dik hanya karena suku kita yang mengajarkan berbicara seperti itu agar terdengar sopan, bukan karena aku ini benar-benar adikmu.
Mengapa kau katakan semua itu saat aku sedang cinta-cintanya. Mengapa kau hempaskan harapanku begitu saja. Mengapa kau hancurkan anganku dengan kejinya.
Bahkan kini aku tak dapat menyalahkanmu mas, aku terlalu cinta untuk marah.
Maaf jika aku menjauh tanpa sepatah kata, maaf pula aku pergi tanpa lambaian tangan. Aku hanya tak begitu hebat untuk memberikan senyum terakhir disaay hatiku sedang terluka parah. Aku pun tak ingin terlihat bodoh dimatamu mas jika kau tahu perasaanku yang sebenarnya bahwa aku mencintaimu. Dan juga aku akan begitu malu karena sadar perasaanku itu tak sebanding denganmu yang hanya menganggapku sebagai adik.
Maka dari itu aku pergi mas, maaf aku lari tanpa penjelasan. Aku hanya tidak ingin merusak hubunganmu dengan wanita yang kau sebut calon mbakyu ku itu jika aku tetap didekatmu.
Selamat tinggal mas.
Dariku adik yang mencintaimu
Mas.
Komentar
Posting Komentar