Langsung ke konten utama

Lembar kisah terakhir

Tangisku pecah dalam keheningan, semakin aku merajuk semakin terasa sakit tepat di ulu hatiku.
Hujan seolah memihak padaku, sepertinya ia tak ingin ada yang tahu tangisku, sehingga ia turun dengan derasnya turut pula memecah keheningan dengan bising rintiknya dalam ritme yang cepat.
Tangisku tak ada yang tahu, hanya aku dan hujan yang akan menyimpan rahasia dari tangisku.
Entah sedih atau bahagia yang menjadi alasan dari  tangisku aku sudah tak tahu lagi, aku tak dapat membedakan antara keduanya.
Kedua hal tersebut begitu sulit kubedakan karena dulu aku sering bahagia didalam tangis kadang pula aku menangis karena benar-benar bersedih.
Aku merasa bersalah kepada diriku sendiri, mengapa aku menyakiti hatiku begitu dalamnya, hingga ada yang tersakiti pula karena kebodohanku.
Aku membohongi hatiku ketika aku bersama seseorang, seseorang yang kupikir benar-benar tulus.
Seseorang yang datang dengan sosok dewasanya datang memberikan kenyamanan.
Memanjakanku seperti abang kepada adiknya dengan penuh kasih sayang, hingga aku terlarut dalam kenyamanan dan kasih sayang yang diberikannya.
Hingga kini baru kurasa bahwa  kemarin itu hanyalah emosi sesaatku, aku terlalu cepat mengartikan perasaanku kepada seseorang itu sebagai cinta, padahal semuanya hanya karena aku rindu cinta lamaku yang tak akan pernah kembali.
Maafkan aku memutuskan untuk pergi, rasa nyaman yang hadir hanya sesaat kurasakan, aku tidak akan bertahan lagi pada hal yang tidak membuatku bahagia, maafkan keegoisan dari perasaanku yang haus akan bahagia ini, aku hanya tidak ingin mengulangi kesalahanku.
Aku tak dapat membohongi diriku, selain itu menyakitiku, hal itu juga akan menyakitimu kelak ketika kau tahu kebenarannya.
Aku fikir kau sudah cukup dewasa untuk menerima keputusan ini, bukannya aku pergi tanpa alasan hanya saja segala alasanku itu tak akan pernah engkau mengerti, jadi lebih baik aku tidak mengatakannya.
Namun kuucap beribu terimakasih lewat tulisan yang mungkin tak akan pernah kamu baca ini, terimakasih karena hadirmu kemarin dapat sedikit menyembuhkan lukaku, terimakasih karena kebersamaan singkat kita kemarin dapat membuatku melupakan sedikit potongan dari kisah cinta lamaku, terimakasih karena dirimu memberikan sedikit cerita yang dapat kutuliskan disalah satu lembar dari deretan kisah hidupku.
Setidaknya tulisan itu yang akan membuatku selalu mengingat adanya sosokmu, abangku.



Dariku adikmu yang bodoh: ')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...