Langsung ke konten utama

Cerita

Tau apa aku soal hatimu, yang aku tau ini hanya tentang hatiku yang sedari tadi sesak karena suatu hal yang juga tak kumengerti.

Langit gelap, angin berhembus sesuka hati menerpa pepohonan diluar.
Aku benci mulutku kaku saat pulang tadi, aku benci kita yang seperti itu.
Sepertinya sebentar lagi hujan, ibuku tadi bertanya apakah aku diantar olehmu?
Ibuku khawatir kamu akan terjebak hujan diluar, ia marah karena tak mempersilahkanmumasuk.
Kupikir apa peduliku, kini saja aku terjebak hujan diarea pelupuk mata dan kamu saja tak peduli.
Apa aku mau tau, tidak!
Basah, petir, hujan, angin, dingin, atau apa terserahlah itu urusanmu. (tapi aku khawatir barusan ada petir, hujan pun tiba-tiba deras, kamu sudah sampai belum).

Kecewa, amat mengecewakan.
Aku tau aku ini siapa, aku bukan wanita baik dan bukan juga dari keluarga yang bisa dikatakan baik. Entah hanya perasaanku atau memang benar tapi sejak kemarin, sejak pertanyaan itu terlontar, aku merasa segalanya berubah pada detik itu juga.
Dan aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya menerka-nerka.
Kini kebohongan mulai merajalela pula, dan rasa percaya luntur seketika. Janji dan harapan hilang dari pandangan secara bersamaan.
Dan aku fikir, sebenarnya kita ini bagaimana ?
Kufikir sedang tidak baik, tapi aku tak ingin percaya karena aku tak ingin jadi sulit untuk hatiku.
Hatiku sudah terlanjur cinta kamu, dan hatiku tak sanggup untuk memikirkan segala kemungkinan buruk yang ada. Karena hatiku pernah tau segalanya akan sangat menyakitkan pada kenyataannya.

Sedih, sungguh begitu sedih, hanya tak ingin menunjukkannya.
Aku butuh banyak penjelasan, aku butuh kejelasan, dan aku butuh yang tidak mentakitkan.


"hujan?? Apa kabarmu, aromamu menyeruak saat baru saja menetes ditanah yang berdebu. Namun aku yakin kau segar. Hujan?? Aku sedang tidak baik, aku menyedihkan, aku menunggu untuk dimengerti tapi ia tak mau mengerti, aku menunggu penjelasan tapi ia tak mau memberi penjelasan. Aku sesak, ingin menangis, tapi aku malu. Apa aku terlalu tak tai diri selama ini, aku kaku, aku bisu, aku lelah hujan, aku mau dia tau".



Heyy readers, sorry ceritanya ambigu, author lagi kehilangan semangat nih ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...