Tenang saja, aku yakin ini bukan air mata
Aku tahu ini hanya tetes hujan yang dengan sengaja membasahi pipi
Terasa dingin, aku membiarkan tumbuhku dicumbui angin. Aku menyukainya, angin dengan aroma khas hujan, jelas sekali ini tanda akan turun hujan lagi.
Iya ini memang sudah musim penghujan, mengingat musim ini jadi teringat "Desember Hujan" ditahun lalu.
Ya sudah dua kali kita mendapati musim hujan dalam kebersamaan, namun musim hujan kali ini kurasa amat berbeda.
"dulu ada yang bersedia basah bersamaku, dulu ada yang memperjuangkanku, dulu masih ada kebahagian yang tersisa meski tak banyak, dulu ada penyemangat, dulu ada sahabat, dulu sedikit lebih indah".
Tak ada gairah, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa, rasanya lelah, dan ingin menyerah.
Tapi mengapa terasa amat sia-sia, dalam sekejap segalanya hilang, mengapa hilang lagi padahal sebelumnya sudah hilang banyak,. Harus sebanyak apa lagi yang hilang, harus sebanyak apa yang pergi, apa harus terus begini.
Kenapa semua yang dekat seketika menjauh, begitu menyakitkan rasanya. Dihianati orang terdekat, dikecewakan orang tersayang, ditinggalkan orang yang menjadi penguat.
Tadinya rapuh, sampai kini akhirnya pecah, berserakan, "iya itu hatiku".
Tak ingin terlihat lemah namun sungguh aku tak sanggup lagi menyembunyikan ketidakberdayaan ini.
Menjadi asing dilingkungan terdekat, menjadi seperti orang bodoh yang tak punya siapa-siapa.
Aku ingin lari, tapi kaki ini terlalu lelah untuk berdiri.
Aku ingin pergi, tapi diri ini tak punya tempat sembunyi.
Aku butuh penopang, tapi aku tak siap jika itu hanya sebuah tembok, aku takut tembok itu runtuh. "padahal aku saja rapuh".
Sudahlah, aku tak ingin apa-apa lagi.
Aku ingin satu hal yang terakhir, aku janji hanya ingin ini, sebenarnya ini permintaan lama yang kuinginkan lagi.
Sekali lagi hanya ini, "aku ingin pucat pasi".
Aku tahu ini hanya tetes hujan yang dengan sengaja membasahi pipi
Terasa dingin, aku membiarkan tumbuhku dicumbui angin. Aku menyukainya, angin dengan aroma khas hujan, jelas sekali ini tanda akan turun hujan lagi.
Iya ini memang sudah musim penghujan, mengingat musim ini jadi teringat "Desember Hujan" ditahun lalu.
Ya sudah dua kali kita mendapati musim hujan dalam kebersamaan, namun musim hujan kali ini kurasa amat berbeda.
"dulu ada yang bersedia basah bersamaku, dulu ada yang memperjuangkanku, dulu masih ada kebahagian yang tersisa meski tak banyak, dulu ada penyemangat, dulu ada sahabat, dulu sedikit lebih indah".
Tak ada gairah, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa, rasanya lelah, dan ingin menyerah.
Tapi mengapa terasa amat sia-sia, dalam sekejap segalanya hilang, mengapa hilang lagi padahal sebelumnya sudah hilang banyak,. Harus sebanyak apa lagi yang hilang, harus sebanyak apa yang pergi, apa harus terus begini.
Kenapa semua yang dekat seketika menjauh, begitu menyakitkan rasanya. Dihianati orang terdekat, dikecewakan orang tersayang, ditinggalkan orang yang menjadi penguat.
Tadinya rapuh, sampai kini akhirnya pecah, berserakan, "iya itu hatiku".
Tak ingin terlihat lemah namun sungguh aku tak sanggup lagi menyembunyikan ketidakberdayaan ini.
Menjadi asing dilingkungan terdekat, menjadi seperti orang bodoh yang tak punya siapa-siapa.
Aku ingin lari, tapi kaki ini terlalu lelah untuk berdiri.
Aku ingin pergi, tapi diri ini tak punya tempat sembunyi.
Aku butuh penopang, tapi aku tak siap jika itu hanya sebuah tembok, aku takut tembok itu runtuh. "padahal aku saja rapuh".
Sudahlah, aku tak ingin apa-apa lagi.
Aku ingin satu hal yang terakhir, aku janji hanya ingin ini, sebenarnya ini permintaan lama yang kuinginkan lagi.
Sekali lagi hanya ini, "aku ingin pucat pasi".
Komentar
Posting Komentar