Dua hari tanpamu
Aku yakin kamu sudah hitam dan kering seperti nasib tiga tangkai mawar unguku.
Apa kabarmu lelaki yang meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya? Bahagiakah kamu karena sudah mendapatkan kebebasan dariku.
Aku harap begitu, walaupun aku tidak sedang dalam keadaan baik karenanya.
Beberapa hari ini diriku tak bisa tidur lelap, tepatnya sejak dua hari yang lalu saat kamu pergi tanpa lambaian tangan. Pikiranku selalu terganggu oleh segala suatu tentang dirimu.
Mulai hari itu aku menghitung lagi, padahal aku fikir serial menghitung hari tanpamu tak akan ada lagi sejak kau berniat memperbaiki hubungan kita diwaktu itu, dan bodohnya aku mempercayaimu.
Harusnya dulu aku tidak sebodoh itu untuk percaya bahwa kau tulus dengan segala yang kau katakan itu, seharusnya aku dapat mencegah segala kepedihan yang kini ku alami karena sikapmu yang terlalu naif.
Aku sudah berhenti menangisimu sejak kemarin, cukup sehari tanpamu saja aku membuang air asin dari kelopak mataku, kurasa air itu terlalu bahagia untuk terbuang karenamu. Aku sudah berpikir lama sekali sampai membuatku pusing, awalnya memang terlalu sakit untuk menerima kenyataan bahwa kau tidak menginginkan kebersamaan kita lagi, tapi kamu harus tau bahwa aku lebih kuat dari yang kamu kita, dan kini aku ingin beritahu kalau aku sudah lebih baik dari dua hari yang lalu.
Cinta?? Kalau ditanya cinta, jelas masih cinta, tapi untuk apa jika aku saja yang cinta.
Berjuang?? Aku rasa sudah, hanya akan percuma jika aku saja yang berjuangkan.
Kecewa?? Itu sudah pasti, hanya aku tau kau tak peduli oleh itu.
~Sudah lewat tengah malam
Aku sedang duduk dan mendengarkan Pimpinan Sidang membahas AD/ART Sukmaku.
Aku sudah lelah, tapi tidak mengantuk, dan pikiranku sedang melayang tentang beberapa memori tentang kita yang jujur masih ingin ku ulangi lagi, aku rindu kamu.
Aku sedang menahan egoku yang dari kemarin ingin memberontak karena berharap temu denganmu.
Aku pikir itu akan memalukan!
Aku tak ingin membiarkan diriku terperosok ke jurang yang sama lagi.
Aku sudah merasa cukup baik dengan membiarkan kamu berjalan kebelakang untuk menerobos pintu yang kemarin membatasimu.
Kamu pergilah, tak apa tinggalkan aku sendiri, berlari saja dan hilangkan kejenuhan iitu, tapi kumohon jika jenuhmu sudah hilang, jangan datang lagi jika kamu masih ingin jenuh lagi.
Aku yakin kamu sudah hitam dan kering seperti nasib tiga tangkai mawar unguku.
Apa kabarmu lelaki yang meninggalkanku saat sedang cinta-cintanya? Bahagiakah kamu karena sudah mendapatkan kebebasan dariku.
Aku harap begitu, walaupun aku tidak sedang dalam keadaan baik karenanya.
Beberapa hari ini diriku tak bisa tidur lelap, tepatnya sejak dua hari yang lalu saat kamu pergi tanpa lambaian tangan. Pikiranku selalu terganggu oleh segala suatu tentang dirimu.
Mulai hari itu aku menghitung lagi, padahal aku fikir serial menghitung hari tanpamu tak akan ada lagi sejak kau berniat memperbaiki hubungan kita diwaktu itu, dan bodohnya aku mempercayaimu.
Harusnya dulu aku tidak sebodoh itu untuk percaya bahwa kau tulus dengan segala yang kau katakan itu, seharusnya aku dapat mencegah segala kepedihan yang kini ku alami karena sikapmu yang terlalu naif.
Aku sudah berhenti menangisimu sejak kemarin, cukup sehari tanpamu saja aku membuang air asin dari kelopak mataku, kurasa air itu terlalu bahagia untuk terbuang karenamu. Aku sudah berpikir lama sekali sampai membuatku pusing, awalnya memang terlalu sakit untuk menerima kenyataan bahwa kau tidak menginginkan kebersamaan kita lagi, tapi kamu harus tau bahwa aku lebih kuat dari yang kamu kita, dan kini aku ingin beritahu kalau aku sudah lebih baik dari dua hari yang lalu.
Cinta?? Kalau ditanya cinta, jelas masih cinta, tapi untuk apa jika aku saja yang cinta.
Berjuang?? Aku rasa sudah, hanya akan percuma jika aku saja yang berjuangkan.
Kecewa?? Itu sudah pasti, hanya aku tau kau tak peduli oleh itu.
~Sudah lewat tengah malam
Aku sedang duduk dan mendengarkan Pimpinan Sidang membahas AD/ART Sukmaku.
Aku sudah lelah, tapi tidak mengantuk, dan pikiranku sedang melayang tentang beberapa memori tentang kita yang jujur masih ingin ku ulangi lagi, aku rindu kamu.
Aku sedang menahan egoku yang dari kemarin ingin memberontak karena berharap temu denganmu.
Aku pikir itu akan memalukan!
Aku tak ingin membiarkan diriku terperosok ke jurang yang sama lagi.
Aku sudah merasa cukup baik dengan membiarkan kamu berjalan kebelakang untuk menerobos pintu yang kemarin membatasimu.
Kamu pergilah, tak apa tinggalkan aku sendiri, berlari saja dan hilangkan kejenuhan iitu, tapi kumohon jika jenuhmu sudah hilang, jangan datang lagi jika kamu masih ingin jenuh lagi.
Semoga jenuhmu hilang.
Komentar
Posting Komentar