Langsung ke konten utama

FIRASAT

aku sedang mengingat rindu saat kita menyesap kopi malam itu.
kopi yang aromanya tak pernah kulupakan meski sisa pahitnya sudah menghilang.
aku takut akan melupakannya ketika selamat tinggal akan terucapkan lagi.
entah kenapa aku punya firasat buruk tentang selamat tinggal yang berulang-ulang, tapi mungkin kata itu akan jadi penutup kali ini,  karena diwaktu ini aku tidak sebodoh diwaktu kemarin dan kemarinnya.
saat ini aku hanya ingin mematikan hal yang menyakitkan ini, -agar kelak kurindukan.
hanya saja apa kamu sudah selesai mempermainkanku, dan jika belum lanjutkanlah,  aku akan menunggumu,  sampai kau berani bilang selamat tinggal lagi.
aku tau kamu terlalu pengecut untuk mengambil keputusan itu hingga kamu hanya bisa bermain dititik ini,  dimana hatiku kau tarik ulur dan kau biarkan menunggu, kau bahkan mendiamkan aku saat aku mencintaimu, mencekik saat hanya namamu yang kusebut dalam lafalan doa.
aku bahkan bukan malaikat tapi mengapa aku hanya membiarkanmu untuk menyakitiku lagi dan lagi.
aku merasa dejavu pada hal ini,  seperti akan terulang lagi.
tahun yang lalu dibulan yang sama situasi ini pernah terjadi,  kamu menjauh,  mengabaikanku, dan pada klimaksnya kamu meninggalkanku tanpa lambaian tangan disaat aku sedang cinta-cintanya.
ini sudah sampai titik pengabaian dan sebentar lagi waktunya klimaks,  apa akan sama lagi,  apa akan terjadi lagi,  apa bukan hanya dejavu tapi kenyataan.
aku tak ingin memikirkannya tapi ini sungguh menyiksa diri.
aku terlalu muak harus menghadapi hal seperti ini -jika lagi terjadi.
aku muak jika harus menahanmu tapi kamu tetap memilih pergi.
aku lebih muak mendengar alasanmu yang bagiku seperti skenario drama itu.
aku amat muak harus memaafkanmu dan mengikhlaskanmu lagi.
dan aku begitu muak jika kamu datang lagi dan akan meminta kembali.
aku tidak siap dengan segala kemungkinan itu,  tidak bisakah aku hanya hidup dengan tenang bahkan jika kamu menyakitiku terus-menerus.
dan kumohon aku hanya tidak ingin merasa seperti ini lagi,  merasa sesak seperti aku akan kehilanganmu sungguhan, karena aku ketakutan,  aku takut duduk disini sendiri,  menyesap kopi pahit sendiri tanpamu, dan aromanya mengendap bersama luka.



selamat malam tuan
aku harap asap rokokmu tidak segera membunuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...