Apakah kamu pernah merasakan rindu namun tak berani berharap temu ? Aku pernah.
Apakah kamu pernah merasakan sesak didada karena melihat orang yang ingin kau sentuh namun tak dapat tersentuh? Aku pernah.
Apakah kamu pernah merasakan sakit karena ditinggal pergi saat sedang cinta-cintanya? Aku pernah.
Apakah kamu pernah merasakan sulitnya menahan perasaan tapi malah perasaan itu meluap-luap? Aku pernah.
Entah apa namanya perasaanku saat ini. Aku amat begitu tak mengerti. Hari ini aku banyak sekali bertemu dengan orang yang sama-sama kita kenal. Tak ada yang istimewa, hanya saja mereka semua bertanya padaku mengenai hubungan kita? Apakah begitu terlihat dimata dunia tentang perpisahan kita ini, mengapa semua orang menanyakan kebersamaan yang telah hilang itu.
Hatiku sesak, lidahku kelu. Entah aku harus menjawab apa, berkata sebenarnya bahwa kita memang bukan siapa-siapa lagi rasanya amat menyakitiku.
Tujuh belas hari, lewat dua pekan kita berjalan sendiri tanpa saling mengenal. Dan aku masih tak percaya akan hal itu, rasanya seperti mimpi buruk yang memang benar nyatanya.
Berhari-hari aku berusaha menghibur diri dengan mendengarkan andai-andai yang dikatakan hatiku.
Andai ini mimpi?
Andai ini hanya lelucon tak lucu seperti biasanya?
Andai kita masih bersama?
Andai kita tak pernah memulai segalanya?
Andai kita tak bertemu?
Andai aku dapat melemparmu dengan sepatuku!
Andai aku dapat membuatmu menghilang di segitiga bermuda!
Andai membunuhmu bukanlah perbuatan dosa!
Dan segalanya hanyalah andai saja -_-.
Ya lagi pula siapa aku dari awal yang sudah salah berani memasuki kehidupanmu, harusnya seperti semula saja, hanya aku, hanya tulusanku, hanya imajinasiku, dan tanpa kamu. Mungkin segalanya akan terasa lebih baik.
Berkali-kali disakiti aku merasa makin kuat menjalani kehidupan yang penuh skenario yang disutradai oleh Tuhan ini. Rasanya aku menjadi aktris dengan peran penuh ketabahan yang selalu dan terus menerus sengaja dilukai oleh siapa saja, dengan para pemain figuran seperti kamu yang mencoba menjadi aktor utamanya.
Tapi sadarlah, tak mudah jadi aktor utama. Aktor utama biasanya tak berperan jahat dan antagonis seperti kamu, kamu tak pantas dengan segala keangkuhanmu itu untuk menjadi aktor utama di skenario hidupku.
Jadi ya cukup figuran saja, hanya main sebentar lalu pergi. Lagi pula kamu yang meminta pergi sendiri kan.
Waktuku pun terlalu berharga untuk beradu peran denganmu Tuan.
Iya aku akui beberapa actingmu ada yang menghipnotisku, tapi ya itu hanya karena aku terlalu bodoh menganggap peranmu itu sebagai cerita yang nyata.
Sudahlah aku lelah membicarakanmu yang hanya akan melukaiku lebih dalam.
Lagi pula kamu pun sudah terlihat benar-benar tak peduli dengan kisah ini. Aku pun sepertinya tau bahwa memang kau sudah jadi aktor figuran lagi dikehidupan wanita lain.
Biarlah, dari sini aku hanya akan menonton saja, dan nanti akan kuberikan tepuk tangan paling meriah untukmu jika ceritamu dengan wanita itu pun sudah selesai.
Apakah kamu pernah merasakan sesak didada karena melihat orang yang ingin kau sentuh namun tak dapat tersentuh? Aku pernah.
Apakah kamu pernah merasakan sakit karena ditinggal pergi saat sedang cinta-cintanya? Aku pernah.
Apakah kamu pernah merasakan sulitnya menahan perasaan tapi malah perasaan itu meluap-luap? Aku pernah.
Entah apa namanya perasaanku saat ini. Aku amat begitu tak mengerti. Hari ini aku banyak sekali bertemu dengan orang yang sama-sama kita kenal. Tak ada yang istimewa, hanya saja mereka semua bertanya padaku mengenai hubungan kita? Apakah begitu terlihat dimata dunia tentang perpisahan kita ini, mengapa semua orang menanyakan kebersamaan yang telah hilang itu.
Hatiku sesak, lidahku kelu. Entah aku harus menjawab apa, berkata sebenarnya bahwa kita memang bukan siapa-siapa lagi rasanya amat menyakitiku.
Tujuh belas hari, lewat dua pekan kita berjalan sendiri tanpa saling mengenal. Dan aku masih tak percaya akan hal itu, rasanya seperti mimpi buruk yang memang benar nyatanya.
Berhari-hari aku berusaha menghibur diri dengan mendengarkan andai-andai yang dikatakan hatiku.
Andai ini mimpi?
Andai ini hanya lelucon tak lucu seperti biasanya?
Andai kita masih bersama?
Andai kita tak pernah memulai segalanya?
Andai kita tak bertemu?
Andai aku dapat melemparmu dengan sepatuku!
Andai aku dapat membuatmu menghilang di segitiga bermuda!
Andai membunuhmu bukanlah perbuatan dosa!
Dan segalanya hanyalah andai saja -_-.
Ya lagi pula siapa aku dari awal yang sudah salah berani memasuki kehidupanmu, harusnya seperti semula saja, hanya aku, hanya tulusanku, hanya imajinasiku, dan tanpa kamu. Mungkin segalanya akan terasa lebih baik.
Berkali-kali disakiti aku merasa makin kuat menjalani kehidupan yang penuh skenario yang disutradai oleh Tuhan ini. Rasanya aku menjadi aktris dengan peran penuh ketabahan yang selalu dan terus menerus sengaja dilukai oleh siapa saja, dengan para pemain figuran seperti kamu yang mencoba menjadi aktor utamanya.
Tapi sadarlah, tak mudah jadi aktor utama. Aktor utama biasanya tak berperan jahat dan antagonis seperti kamu, kamu tak pantas dengan segala keangkuhanmu itu untuk menjadi aktor utama di skenario hidupku.
Jadi ya cukup figuran saja, hanya main sebentar lalu pergi. Lagi pula kamu yang meminta pergi sendiri kan.
Waktuku pun terlalu berharga untuk beradu peran denganmu Tuan.
Iya aku akui beberapa actingmu ada yang menghipnotisku, tapi ya itu hanya karena aku terlalu bodoh menganggap peranmu itu sebagai cerita yang nyata.
Sudahlah aku lelah membicarakanmu yang hanya akan melukaiku lebih dalam.
Lagi pula kamu pun sudah terlihat benar-benar tak peduli dengan kisah ini. Aku pun sepertinya tau bahwa memang kau sudah jadi aktor figuran lagi dikehidupan wanita lain.
Biarlah, dari sini aku hanya akan menonton saja, dan nanti akan kuberikan tepuk tangan paling meriah untukmu jika ceritamu dengan wanita itu pun sudah selesai.
Komentar
Posting Komentar