Aku tidak mampu berbohong lagi.
Tuhan, kau tau apa saja penderitaanku serta duka hatiku. Kau pun tau jelas kondisi serta mampuku untuk menghadapi segala hal itu.
Tidak sebentar bahkan sudah cukup lama aku dikondisikan dalam keterpurukan, lalu mengapa segala hal itu tak kau mudahkan tapi malah bertambah parah kondisinya.
Aku lelah, entah sudah kali keberapa kukatakan hal itu dalam hati. Lelah yang tak pernah ku ungkapkan, lelah yang kuabaikan, lelah yang ku coba hilangkan namun tak kunjung habis.
Bukan aku sabaran tapi aku hanya ingin tau kapan segalanya membaik?
Aku hanya merasa begitu amat menyedihkan, menyimpan kemuraman durja ini lewat tulisan-tulisan cengeng seperti ini. Tak semua kutunjukkan, padahal lukaku banyak, perihku penuh, sakitku bertubi-tubi. Karena aku masih tau batasanku.
Aku cukup punya otak untuk tidak mengatakan hal yang tak pantas, tapi aku pun lelah merasa tak pantas ada diantara dunia yang menuntut kesempurnaan ini.
Bising, kedengarannya bising sekali dunia yang kutempati ini. Aku tak suka mereka yang banyak berbicara tentangku padahal mereka hanya burung beo yang mengikuti perkataan orang lain yang mereka dengar.
Tau apa orang-orang yang berkomentar itu. Hanya kau yang tahu.
Bolehkah aku bertanya? ?
Sampai kapan skenario ini kuperankan, aku pun engap berada dibalik topeng ini, topeng berparas cantik dengan bibir yang disunggingkan kedua sisinya hingga membentuk senyum simpul yang begitu manis.
Tak tau saja, dibalik paras itu ada hati yang tak berdarah namun terluka parah. Sisinya sesak tak ada ruang bernapas karena penuh oleh tekanan problema.
Menyedihkan bukan!
Aku bukan aktris, bisa saja sewaktu-waktu topeng itu terbuka jika aku sudah kehabisan napas. Nanti bisa terlihat mata sembab dibalik topeng itu dengan wajah pucat serta bibir yang membiru karena menahan kelu.
Aku ingin berherak bebas, tubuhku terasa kaku. Hidupku hanya berputar pada masalah ini dan itu bukannya bahagia ini dan itu.
Tak pantaskah aku tau yang namanya bahagia ?? Aku tau semuanya sudah ada waktunya, tapi kapan waktu untukku. Tak perlu bahagia yang berlebihan, aku hanya ingin bahagia yang sekedarnya untuk saat ini, setidaknya aku tak merasa dipusingkan oleh hal yang hanya itu-itu saja.
Aku ingin punya wajah dengan bibir yang kedua sisinya benar-benar ditarik dan bukan hanya sekedar topeng.
Kalau tidak, pinjamkan aku topeng yang lain, topeng yang parasnya berbeda, agar aku tak terlihat membosankan.
Aku lelah berpura-pura bahagia dalam ketidakbahagiaan. Atau ada dalam ketiadaan. Atau ramai dalam ketidakramaian. Atau nyaman dalam ketidaknyamanan. Atau baik dalam ketidak baikan. Pokoknya hal-hal yang bertolak belakang dengan kenyataan belaka ini.
Ahh sudahlah rasanya kata tak lagi bermakna, tulisan pun hanyalah tinta yang akan luntur, serta harapan hanyalah angan yang tak dapat tergapai.
Aku bukan menyerah, bukan juga berhenti berharap, aku hanya ingin bilang, aku lelah.
Tuhan, kau tau apa saja penderitaanku serta duka hatiku. Kau pun tau jelas kondisi serta mampuku untuk menghadapi segala hal itu.
Tidak sebentar bahkan sudah cukup lama aku dikondisikan dalam keterpurukan, lalu mengapa segala hal itu tak kau mudahkan tapi malah bertambah parah kondisinya.
Aku lelah, entah sudah kali keberapa kukatakan hal itu dalam hati. Lelah yang tak pernah ku ungkapkan, lelah yang kuabaikan, lelah yang ku coba hilangkan namun tak kunjung habis.
Bukan aku sabaran tapi aku hanya ingin tau kapan segalanya membaik?
Aku hanya merasa begitu amat menyedihkan, menyimpan kemuraman durja ini lewat tulisan-tulisan cengeng seperti ini. Tak semua kutunjukkan, padahal lukaku banyak, perihku penuh, sakitku bertubi-tubi. Karena aku masih tau batasanku.
Aku cukup punya otak untuk tidak mengatakan hal yang tak pantas, tapi aku pun lelah merasa tak pantas ada diantara dunia yang menuntut kesempurnaan ini.
Bising, kedengarannya bising sekali dunia yang kutempati ini. Aku tak suka mereka yang banyak berbicara tentangku padahal mereka hanya burung beo yang mengikuti perkataan orang lain yang mereka dengar.
Tau apa orang-orang yang berkomentar itu. Hanya kau yang tahu.
Bolehkah aku bertanya? ?
Sampai kapan skenario ini kuperankan, aku pun engap berada dibalik topeng ini, topeng berparas cantik dengan bibir yang disunggingkan kedua sisinya hingga membentuk senyum simpul yang begitu manis.
Tak tau saja, dibalik paras itu ada hati yang tak berdarah namun terluka parah. Sisinya sesak tak ada ruang bernapas karena penuh oleh tekanan problema.
Menyedihkan bukan!
Aku bukan aktris, bisa saja sewaktu-waktu topeng itu terbuka jika aku sudah kehabisan napas. Nanti bisa terlihat mata sembab dibalik topeng itu dengan wajah pucat serta bibir yang membiru karena menahan kelu.
Aku ingin berherak bebas, tubuhku terasa kaku. Hidupku hanya berputar pada masalah ini dan itu bukannya bahagia ini dan itu.
Tak pantaskah aku tau yang namanya bahagia ?? Aku tau semuanya sudah ada waktunya, tapi kapan waktu untukku. Tak perlu bahagia yang berlebihan, aku hanya ingin bahagia yang sekedarnya untuk saat ini, setidaknya aku tak merasa dipusingkan oleh hal yang hanya itu-itu saja.
Aku ingin punya wajah dengan bibir yang kedua sisinya benar-benar ditarik dan bukan hanya sekedar topeng.
Kalau tidak, pinjamkan aku topeng yang lain, topeng yang parasnya berbeda, agar aku tak terlihat membosankan.
Aku lelah berpura-pura bahagia dalam ketidakbahagiaan. Atau ada dalam ketiadaan. Atau ramai dalam ketidakramaian. Atau nyaman dalam ketidaknyamanan. Atau baik dalam ketidak baikan. Pokoknya hal-hal yang bertolak belakang dengan kenyataan belaka ini.
Ahh sudahlah rasanya kata tak lagi bermakna, tulisan pun hanyalah tinta yang akan luntur, serta harapan hanyalah angan yang tak dapat tergapai.
Aku bukan menyerah, bukan juga berhenti berharap, aku hanya ingin bilang, aku lelah.
Komentar
Posting Komentar