Langsung ke konten utama

Ia yang bodoh!

Tidak ada bedanya denganmu, lelaki itu juga hanya ingin menjamahinya, memanfaatkan nya disaat iya sedang terdesak. Apa yang bisa dilakukannya seorang wanita yang rindu akan segala perhatian, menolak serta menepis ia enggan. Bicara tentang materi pun lelaki itu menggunakan lidahnya dengan baik untuk memanfaatkannya tanpa wanita itu sadar jika ia hanya menjadi bank bagi lelaki bajingan itu.
Awalnya ia pikir lelaki itu lebih baik dari dirimu, tapi apakah memang lelaki seperti itu.
Hanya diawal ia memberikan kesan manis, menyanjung wanitanya setinggi langit namun setelah ia mendapat apa yang diinginkannya, ia lalu menghempaskan wanita itu sampai samudera terdalam. Hingga wanita tenggelam dalam beribu penyesalan, lalu  hanya racun pahit dari kenangan yang merambat menggerogoti hati dan pikiran sang wanita hingga ia terpuruk tak berdaya.
Dia sudah tidak percaya ada lelaki yang berbeda, setiap kali ada yang mendekatinya maksudnya selalu sama. Hanya mempermainkannya!
Ia tidak mencari, ia tak ingin lagi. Namun apakah akan datang, pria dengan sosok yang lebih baik, pria yang dapat membimbingnya dan mengajaknya melakukan hal-hal baik, pria yang tidak peduli dengan masalalunya, pria yang dapat menerima dirinya dengan apa adanya, pria yang akan menjadi imam dalam solatnya.
Adakah sosok pria yg ingin memulai segalanya dengan tulus bersamanya, menikmati masa dimana ada tawa dan air mata, menikmati masa sulit dan bahagia bersama, tanpa pamrih tanpa maksud buruk.
Ia lelah dengan persoalan tentang kamu dan kekasihnya. Ia ingin menyudahinya namun kalian selalu jadi masalah terbesar yang sulit dilupakan olehnya.
Satu persatu miliknya terenggut, satu persatu miliknya hilang, satu persatu miliknya pergi, hingga ia benar-benar sendiri.
Selama ini ia menjalani hidupnya dengan topeng, ia selalu berusaha tertawa diatas penderitaannya, membuat senyum dengan simpul dipipinya yang padahal selalu basah dengan air mata, bahkan ia berusaha membuat tawanya terdengar renyah supaya terlihat benar-benar bahagia.
Bukan hanya yang melihatnya merasa tertipu, namun ia pun menipu dirinya sendiri, membohongi hati dan perasaannya, bertahan tetap tegar dengan kerapuhan dirinya. Dia yang terlihat kokoh padahal sangat rapuh, dia selalu menutupi kerapuhannya dengan senyum bodoh yang membuatnya merasa lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketidaksengajaan Yang Diatur Tuhan

Aku tak tau ingin memulai ini dari mana. Banyak yang kurasakan, ingin kusampaikan, hingga jadi membingungkan untuk ku aksarakan. Sayang, sebelum bertemu denganmu aku sudah menjadi seorang pemimpi, sama halnya denganmu berkhayal terasa menyenangkan bagiku. Hanya saja mungkin haluan khayalan kita yang berbeda, kamu yang terlalu fantasy sedangkan aku terlalu fiksi. Aku punya banyak mimpi yang kata orang hanya bisa jadi imajinasi, tapi bagiku semua mimpi itu harus lebih nyata dari sekedar imajinasi. Bahagia, ia memang banyak dari sebabnya adalah ketika aku sedang bermimpi, berkhayal, berandai-andai tentang segala sesuatunya yang terlihat indah serta membahagiakan. Taukah kamu sayang, akhir-akhir ini aku banyak melibatkanmu dalam mimpi itu. Mungkin jika kuceritakan akan terdengar terlalu berlebihan, tapi sungguh bahwa segalanya amat menyenangkan kurasakan. Pernah kubilang bukan, bahwa aku lelah untuk memulai lagi, ku ingatkan sedikit, percakapan itu kita lakukan di pinggiran...

Kala Sore

Kala sore, Jalan itu terasa lengang Walaupun satu dua masih berlalu lalang Dua pasang kaki berdiri di pinggir trotoar Kala sore, Langit mulai terlihat kekuningan Desis daun memecah keheningan Dua bibir masih saling terbungkam Kala sore, Daun gugur diterpa angin Kicau burung meramaikan sepi Dua pasang mata menatap lirih Kala sore, Matahari mulai menghilang Seperti petang akan segera datang Dua pasang insan saling meninggalkan

Hapuslah Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu

Aku jadi ingin melakukan hal yang sama setelah membaca tulisan milik Hamsad Rangkuti yang berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu," aku begitu terlarut dengan tulisan itu. Dengan perasaan resah kuraba bibirku dengan jemari, seakan masih terasa kecupan terakhir bibirnya dibibirku. Terasa pula tangannya yang mengelus lembut rambutku ketika bibirnya masih melekat mesra dibibirku. Memang benar semua kenangan antara aku dengannya sudah kuhapus walau kadang beberapa dari memorinya muncul kembali sebagai virus yang merusak jaringan di sistem hatiku. Namun masih ada yang tertinggal dengan baik ditempatnya, bekas bibirnya yang belum terhapus masih melekat dibibirku. "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu," seperti yang dituangkan oleh Hamsad Rangkuti dalam tulisannya, aku memperkenankanmu melakukannya untukku. Tak apa lakukanlah, kecup saja bibirku dengan bibirmu, lumatlah agar bekas bibirnya benar-benar hilang dari...

Elektron

Berputar elektron, seperti muatan listrik bergerak lainnya, membuat medan magnet di sekitar mereka. Akulah medan magnet itu. Bahwa medan magnet memengaruhi cara elektron mengatur diri dalam atom dan bagaimana mereka bereaksi satu ssama lain. Seperti aku memengaruhimu, perlahan masuk dalam hidupmu, perlahan mencampuri segala urusmu, hingga yang kau ingat hanya aku, bukan dirinya sebagai milikmu.

Sepertinya Penulis Jatuh Cinta

Selamat malam hujan, aku sedang  mendengarkan suara rintikmu dari balik selimutku. Hujan, rasanya sudah lama sekali aku sibuk dengan rutinitas yang menyita waktu hingga aku tak sempat menyapamu dikala kau berlalu beberapa saat kemarin, bahkan aku mengabaikan sedikit banyak imajinasi yang biasanya menjadi alat menyampaikan perasaanku. Aku lupa cara berkata-kata dan mengatur diksi yang baik pada tulisanku, terlihat berantakan serta tak beraturan pada setiap kata yang kutuliskan. Bagaimana aku menyampaikan bahagiaku ini hujan, aku takut perkataanku salah dan tak terdengar indah. Harusnya jika aku bahagia, para pembacaku juga turut bahagia, aku takut malah menuliskan hal yang begitu melankolis diatas bahagiaku. Ah makin lama makin penuh gurauan saja, aku pun tak mengerti dengan pasti harus mengawali cerita ini dari mana. Hujan, aku bahagia. Bahagiaku karena kutemui sosok yang merasa bahagia karena hadirku. Hujan ada lagi, ternyata masih ada sosok yang merasa bahagia jika bersamaku...